48. Penyesalan yang Tak Kunjung Berakhir

39.9K 4.1K 488
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
_______

Semilir angin berembus kencang menerpa badan Gavin yang sedang bersimpuh di depan makam Queen. Matanya melirik sendu ke arah nisan, kemudian mengelusnya lembut.

Alqueena Caroline

Binti

Alm. Jonathan Aditya Gustama

Sementara Gara, ia hanya berdiri dan menatap kosong batu nisan tersebut. Semua orang yang berada di pemakaman itu sudah pergi, tinggal Gavin dan Gara saja yang masih berada di sana.

"QUEEN!!!" Itu suara Kayla, ia langsung berlari tergopoh-gopoh menembus terpaan angin hingga ia terjatuh karena kakinya tersandung batu.

Walaupun lututnya lecet, tetapi Kayla tak peduli. Ia terus berlari menghampiri makam Queen.

Ia menangis sejadi-jadinya, sekarang yang terlihat hanyalah gundukan tanah. Ia tak bisa lagi memeluk tubuh sahabatnya, sahabat baiknya.

"Queen, maafin gue. Maafin semua kesalahan sahabat lo ini. Maafin gue, Queen." Kayla memeluk gundukan tanah itu. Ia mencengkeram kuat tanah merah di tangannya, sebagai tanda bahwa ia sangat menyesal.

"Kenapa lo pergi gitu aja? Kenapa?!"

"Lo nggak ngasih kesempatan buat gue minta maaf sama lo. Kenapa, Queen? Kenapa?!"

"GUE BENCI SAMA KALIAN! KALAUPUN NANTI KALIAN MAU MINTA MAAF SAMA GUE, SAMPE MATI PUN GUE NGGAK AKAN PERNAH MAAFIN KALIAN!!!"

Kata-kata yang dilontarkan oleh Queen saat itu, kini berubah menjadi kenyataan. Queen sama sekali tak memberi kesempatan Kayla untuk meminta maaf.

Di detik ini, semua rasa dendam dan sakit hati yang dirasakan Kayla kepada Queen sekarang berubah menjadi sesuatu yang amat sangat mengiris hati.

Sesak di dada begitu terasa, air mata terus saja mengalir di pipi Kayla. Menyesal, satu kata itulah yang berhasil mendominasi.

"Nama kamu siapa?"

Spontan, Kayla langsung menoleh ke samping saat ia tahu ada seseorang yang mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

Kayla yang pendiam sama sekali tak menggubris pertanyaan gadis yang berada di sampingnya.

"Kamu kenapa diem aja si?" tanyanya lagi.

Cepat-cepat Kayla bangkit dari duduknya dan berniat pergi menjauh dari gadis cerewet ini. Tetapi belum sempat ia berlari, gadis itu berhasil memegang tangan Kayla.

"Nggak usah takut sama aku. Kamu belum punya temen, kan? Sama, aku juga belum punya temen. Namanya juga kita murid baru di SMP Bhinabakti, jadi belum punya banyak temen deh."

"Oh ya, kenalin, nama aku Alqueena Caroline. Panggil aja Queen." Queen mengulurkan tangan kanannya, senyum di wajah cantiknya tak pernah luntur.

Lama Kayla tak menjawab dan menerima uluran tangan Queen. Queen langsung memegang tangan kanan Kayla. "Sekarang kita temenan," ucapnya antusias.

Perlahan, Kayla mengangguk. Senyum di wajahnya pun mulai mengembang.

"Nah, gitu dong senyum. Sebagai perempuan cantik, kita tuh harus suka senyum supaya aura kecantikan kita bisa diliat sama laki-laki," ujar Queen.

I'm not an Evil FemaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang