°˖✧ 39 : : suprise

Mulai dari awal
                                    

Tepat saat pintu lift terbuka, seseorang yang hendak keluar membuat Jaemin terkejut, begitupun sebaliknya.

"Ayah? Sedang apa ayah di kantorku?? Dimana Jaera dan ibu??" tanya Jaemin, menatap keheranan melihat kehadiran ayahnya di kantor. Mengingat dirinya sendiri tidak berada di sana, dan katanya ayahnya itu pergi berjalan jalan dengan Jaera tapi kenapa bisa ada di kantornya?

"Mereka masih bersenang senang," jawab Jaehyuk dengan wajah terkejut yang ia kontrol menjadi tenang kembali. "Kau sendiri kenapa ada di sini?? Bukankah kau sedang menghadiri pernikahan bersama Lenna??"

"Ayah berada di sini, itu artinya ayah mengetahui penyerangan yang baru saja terjadi di kantorku. Jadi, apa ayah melihat Jimin?? Kemana perginya pria itu??" Jaemin mengabaikan pertanyaan sang ayah dan memberinya pertanyaan balik.

"Aku rasa dia mencari bajingan itu." Jawab ayahnya, sedikit berjalan mundur begitu Jaemin masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai teratas dimana ruangannya berada.

Tanpa berkata kata Jaemin langsung mengeluarkan ponselnya, berniat menghubungi Jimin dan menanyakan dimana keberadaanya agar dia bisa menyusul.

Dua panggilan tak terjawab, membuat Jaemin mengernyitkan keningnya bingung. Tidak biasanya Jimin mengabaikan panggilannya, terlebih ini di situasi penting.

Tidak menyerah sampai di situ, Jaemin kembali mencoba menghubungi nomor Jimin. Sedangkan ayahnya diam menunggu di sebelahnya. Kali ini bukan karena tidak di angkat, melainkan ponselnya yang tidak aktif.

Tunggu, apa yang terjadi dengan pria itu?? Tidak mungkin Jimin sengaja mematikan ponselnya kan??

"Ada apa, Jaem?? Dimana Jimin??" tanya Jaehyuk begitu melihat raut tak biasa begitu decakan kasar keluar dari mulut sang anak.

"Jimin tidak menjawab panggilanku, tiba tiba ponselnya tidak aktif. Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres terjadi padanya," kata Jaemin berdecak kesal. Ponsel yang ia genggam di remas kuat sebagai pelampiasan dari amarahnya sekarang.

Jaehyuk yang mendengar itu terkejut bukan main, dugaanya ternyata benar. Sesuatu pasti akan terjadi pada Jimin ataupun Jaemin.

Baru saja pintu lift terbuka di lantai tujuan mereka, jari telunjuk Jaemin kembali menekan tombol lantai bawah lift itu dengan sedikit tergesa. Pintu pun kembali tertutup dan mereka kembali menunggu sampai di lantai bawah.

Otak Jaemin berfikir keras, memikirkan apa yang terjadi pada sepupunya itu. Jika mendapat serangan dari orang yang tengah ia kejar tidak mungkin, karena Jimin sama seperti dirinya, tidak mudah tumbang. Kecuali orang itu bermain licik, dan permainan tidak terduga olehnya.

Jadi, apa mungkin...



•••




Pusing dan berat di kepala, itulah yang Jimin rasakan saat ini. Matanya yang semula terpejam perlahan terbuka, ringisan keluar dari mulutnya saat rasa pusing menyerang bersamaan dengan kedua matanya yang berhasil terbuka.

Hening dan sunyi, suasana itulah yang tengah Jimin rasakan sekarang. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, pria itu mulai mengamati ruangan yang tengah ia tempati. Heran, tempat ini terasa begitu asing olehnya.

Ruangan kotor, tembok yang ancur dan tidak terawat. Kaca pecah yang ujungnya bisa saja melukai tubuhmu kalau saja mencoba coba keluar dari saja. Debu di mana mana dan ramat serta sarang laba laba di atap membuat Jimin semakin berfikir keras, dimana dirinya sekarang.

"Akh!" Jimin mengaduh saat ingin menggerakan kedua tangannya yang ternyata terikat ke belakang, begitu kencang sampai terasa perih ketika berusaha untuk di lepaskan.

Jaemin's wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang