05 - Welcome to My Game

Mulai dari awal
                                    

___

Pagi ini adalah mata pelajaran olah raga. Keisha pergi ke lapangan volly bersama rekan-rekan sekelasnya. Terdapat dua bagian, sebelah kiri lapangan volly putra dan sebelah kiri untuk putri.

Setelah sekitar lima belas menit melakukan pemanasan, mereka dibagi menjadi dua tim putra dan dua tim putri. Keisha menjadi lawan Navika, dan dia sekelompok dengan siswi yang cukup akrab dengannya, Jessie.

"Hah, bakal kalah nih ngelawan Navika." Keluh Jessie ketika bersiap di depan net.

"Dia kan jago voly." Timpal salah seorang siswi yang diketahui Keisha bernama Rana.

Sedangkan Keisha hanya berdiri di garis belakang. Dia tidak mengerti apa-apa tentang voly, dia tidak hobby olah raga. Sebenarnya dia sudah bilang ke Jessie tapi katanya tidak apa-apa.

Rana memegang bola voly dan siap melakukan servis. Bola berhasil dipukul dan melambung ke arah lawan, sementara Navika dengan gesit memblok servis dari Rana dan anggota tim Navika yang bernama Hikari melakukan smash dan...

"Sha awas!"

Slapphh!

Terlambat, bola hasil smash dari Hikari tepat mengenai samping kepala Keisha yang membuatnya terjatuh.

"Sha lo gak pa-pa, kan?" Jessie berjalan menghampiri Keisha yang langsung bangkit.

"Gak pa-pa sih, sorry ya." Jawab Keisha.

"Lo istirahat aja." Saran Rana yang diangguki Jessie.

"Sorry ya Sha." Kini Hikari yang meminta maaf.

"Bukan kesengajaan, ini mungkin Keisha yang belum kebiasa bermain voly, smash-an lo tadi kan gak keras." Kata Navika. Dia membawa Keisha ke samping lapangan.

"Lain kali hati-hati." Ujar Navika pada Keisha.

Sementara yang lain bermain voly, Keisha pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas dari Pak Rendi, guru olah raganya. Karena dia tidak bisa ikut voly maka nilainya diganti tugas.

___

Di tempat lain, Kelvin sedang tiduran di lantai dengan alas karpet hijau di sudut perpustakaan. Sudut perpustakaan memang lumayan luas dan jarang didatangi siswa-siswi. Rak buku besar menghalanginya dari pandangan orang-orang. Sebuah komik berada di satu tangannya dan tangan satunya memegang lolipop. Dia terlihat menikmati momen itu.

Keisha berjalan mencari-cari buku olah raga di antara rak-rak yang besar dan tinggi. Dia tiba di rak paling sudut dari ruang perpustakaan. Dia berhasil menemukan buku yang tengah ia cari. Dia berdiri dan masih membaca-baca memastikan ketika ada seorang siswa dengan setumpuk buku paket melewatinya.

"Ehh!" Keisha sedikit terdorong. Kemudian gadis itu panik melihat buku yang berjatuhan.

Bruuk!

Buku-buku yang berjejer di rak itu jatuh ke belakang rak.

"Sorry." Kata siswa itu dan berlalu begitu saja.

"Arghh. Sial, apa-apaan ini." Kelvin yang tertimpuk oleh dua paket buku olah raga langsung bangkit dari posisi tidurnya. Dia bersumpah akan menghajar orang yang ceroboh karena menjatuhkan buku paket tepat di wajahnya.

Kelvin bangkit dan hendak ke seberang rak untuk mencari orang kurang ajar yang membuat mukanya tertimpuk. Saat itu pula Keisha hendak ke belakang untuk mengambil buku yang jatuh. Mereka berdua bertemu, berhenti melangkah dan saling menatap.

Tatapan Kelvin, mata abu-abunya menatap tajam menusuk kedua mata Keisha. Rahangnya mengetat tanda ia sedang marah. Sedangkan Keisha mencengkeram buku yang ia bawa dengan kuat, tubuhnya gemetar. Dia bisa menebak bahwa buku yang jatuh mungkin saja mengenai Kelvin.

          

"Lo lagi." Geram Kelvin.

Keisha yang mengerti situasi langsung melangkah mundur, berbalik lalu berlari keluar meninggalkan Kelvin. Tidak peduli dilihat orang banyak, Keisha hanya perlu menyelamatkan diri. Entah tatapan Kelvin tadi berbeda dari biasanya, Keisha bisa merasakan itu.

Keisha terengah-engah di balik pohon besar yang ada di taman sekolah. Di bawah pohon yang sama saat dia berbicara dengan Tommy beberapa hari lalu. Setidaknya dia merasa aman sekarang. Kelvin pasti tidak akan menemukannya. Semoga saja.

Keisha menyandarkan tubuhnya yang serasa lemas ke batang pohon. Kedua tangannya berada di sisi tubuhnya. Dia masih mengatur napasnya agar stabil kembali.

"Tadi kan gak sengaja, aku gak harus lari." Ucap Keisha pada diri sendiri, setelah napasnya kembali normal.

"Dan tatapan Kelvin tadi nyeremin banget, kayak mata iblis." Tubuh Keisha merosot ke bawah, sekarang dia dalam posisi duduk. Dilihatnya buku paket olah raga yang masih dia pegang.

"Hah. Kelvin menyebalkan, Kelvin menyebalkan, menyebalkaaan." Dumelnya frustasi sambil memeluk buku paket itu.

Sekitar sepuluh menit dia menenangkan diri di balik pohon, akhirnya dia bangkit dan hendak kembali ke lapangan olah raga, bertemu teman-teman yang lain.

"Pasti Kelvin udah lenyap." Ucapnya pada diri sendiri.

Keisha berjalan meninggalkan pohon itu lalu sebuah suara mengagetkannya.

"Lo udah gak bisa lari lagi." Kelvin keluar dari balik pohon yang dia sandari tadi. Dengan lolipop di satu tangannya, sesekali dia emut.

Tubuh Keisha menegang, lari pun dia bakal tertangkap. Dia terpaku pada posisinya. Kelvin berjalan mendekat ke arahnya.

"Kontrak kita diperpanjang menjadi satu setengah bulan." Ucap Kelvin dingin.

"Yak, gak bisa gitu dong. Kamu belum denger penjelasanku. Aku gak mau." Tolak Keisha.

"Sekarang jadi dua bulan." Tanpa mendengarkan Keisha, Kelvin langsung menambah kontraknya.

Keisha menangis sesenggukan, dia bungkam karena saat dia membantah lagi kontrak konyolnya pasti bertambah lagi.

"Ga usah cengeng, sini ikut gue." Tanpa banyak bicara lagi, Kelvin menarik Keisha dengan kasar menuju sebuah ruangan yang belum Keisha datangi sebelumnya. Di atas pintu tertulis "Ruang Ekstrakurikuler Teater". Kelvin masuk ke dalam bersama Keisha. Keisha yang malu hanya menundukkan kepala sambil mengusap air matanya.

Ruangan itu cukup luas, sepertinya untuk latihan pentas. Di sana ada beberapa orang yang sedang berlatih menari dan memerankan beberapa tokoh.

"Lo liat cewek yang pakai bando merah yang lagi nge-dance itu?" Tanya Kelvin sambil memperhatikan seorang gadis sedang menari dengan dua orang lainnya.

"Dia target gue selanjutnya. Namanya Siska." Lanjutnya.

Keisha hanya diam mendengar omongan Kelvin tentang cewek itu.

"Dia kelas 2B, dia juga pindahan kek elo tapi anehnya dia langsung terkenal. Sedangkan elo? Hah, beda jauh." Keisha tetap mendengar omongan Kelvin yang nyelekit.

"Terus kita di sini mau ngapain?" Keisha sudah mulai gerah sekarang.

"Berhubung di sini adalah ruang teater, gue pengen lo meranin sebuah karakter buat gue." Kata Kelvin enteng.

"Maksudnya?" Keisha masih belum paham, sekali paham dia belum yakin.

"Lo akting kalo lo sedang gue putusin gara-gara lo selingkuh, lalu lo masih ngejar-ngejar gue." Jelas Kelvin.

Keisha mengernyit heran dengan rencana Kelvin, orang itu benar-benar kekanakan. Katanya dia selalu dielu-elukan para perempuan, tapi kenapa ini dia malah melakukan hal rendahan seperti ini.

"Gue tau elo gak bakal nolak, kalo lo bingung lo praktikin aja Shella kemarin. Dan lo harus meluk gue biar terlihat nyata. Paham?"

Keisha mengangguk dan kemudian Kelvin mulai berakting.

"Gue nggak nyangka loh, lo bisa berbuat gitu sama gue." Kelvin bicara keras dan dia berjalan cepat menuju tempat Siska.

Keisha mengejar Kelvin dan dia menjadi gugup, dia belum siap.

"Dengerin aku dulu." Suara Keisha bergetar, otaknya berputar untuk memerankan tokoh yang tidak sesuai dengannya itu.

"Basi, gue udah liat dengan mata kepala gue sendiri." Kelvin masih saja berjalan, Keisha berlari kecil mengejarnya.

Grepp.

Entah apa yang dipikirkan, Keisha memeluk Kelvin dari belakang. Itu yang dapat dia pikirkan dalam waktu singkat ini.

"Maafin aku, aku gak akan nyakitin kamu lagi. Aku gak ada hubungan apa-apa sama Nicko."

Kelvin sedikit membeku merasakan pelukan Keisha dari belakang. Namun dia berhasil menetralkan diri, kecuali degup jantungnya yang tidak bisa terkendali.

"Maafin aku, maafin aku, maafin aku, Sayang." Keisha mengucapkan kata maaf berkali-kali. Hanya itu yang bisa dia ucapkan, dirinya terlalu gugup dalam posisi seperti itu. Aktingnya benar-benar buruk.

"Gue udah gak mau lagi lo sakitin." Kelvin membalik tubuhnya dan mendorong Keisha hingga tersungkur di lantai. Air mata Keisha melolos lagi, pantatnya terasa sakit karena mendarat tidak elite di lantai yang keras ini.

"Gue pengen lo pergi dari hadapan gue." Keisha mendapat isyarat dari Kelvin dia harus meninggalkan ruangan. Akhirnya Keisha pun bangkit dan berjalan meninggalkan ruangan.

Sementara itu Kelvin terduduk dengan air mata palsu keluar dari kedua matanya. Dan rencananya berhasil, Siska mendatangi dirinya.

"Hey, permisi." Siska menepuk pundak Kelvin lembut. Kelvin mendongak dan langsung menghapus air matanya.

"Kamu gapapa?" Tanyanya kemudian.

"Nggak kok." Kelvin tersenyum kecil.

"Maaf tadi aku melihatnya." Siska tau Kelvin adalah ketua ekstrakurikuler teater. Dan dia juga sudah terpesona sejak dia pertama kali bertemu, saat dia mendaftar tepatnya.

"Ngenes ya?" Kelvin tersenyum getir.

"Kalo aku jadi kamu mungkin aku juga bakal mutusin dia, secara kan dia udah ngehianatin kamu. Masih banyak kok cewek baik di dunia ini, gak harus dia." Ucapan Siska membuat Kelvin tersenyum sinis. Ternyata gadis itu memang sudah menginginkannya.

"Kayak elo gitu ya?" Kelvin membuat senyumnya semanis mungkin membuat Siska tersipu.

"Mungkin aku bisa menyembuhkan luka di hatimu." Jawabnya lirih.

"Kalo gitu coba sembuhkan." Balas Kelvin. Hatinya bersorak gembira karena mangsanya sudah masuk ke dalam perangkap.

"Serius? Jadi sekarang kita..."

"Hm. Lo sama gue." Kelvin memutus perkataan Siska. Dia bangkit dan Siska memeluknya.

"Aku bahagia, aku mincintaimu Kelvin." Ucap Siska masih memeluk Kelvin dengan erat.

Sementara Kelvin tersenyum licik dan penuh kemenangan.

"Welcome to my game." Batin Kelvin.

_____

To be continue.

...

Sengaja triple up karena pengen cepet-cepet kelar juga ini aku up nya. Setelah aku revisi langsung aku publish.

Masih tertarik untuk part selanjutnya? 🙈

Jangan lupa vote dan komen ya. 💛

See you next chapter 😍


MeloPearl

Keisha for KelvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang