24. Pameran.

Mulai dari awal
                                    

Gue mau gak mau ngangguk setuju. Hasil fotonya emang jadi bagus. Kaki gue yang dibalut kaos kaki dengan iseng ngegambar bentuk-bentuk gak jelas di kaca mobil karena lagi nunggu ngantuk... dan canggung aja tidur di sebelah Biru.

Walaupun gak beneran tidur sebelahan.

Masih ada handle rem tangan yang jadi pembatas.

"Senja."

"Apa?" tanya gue sambil menatap laki-laki tinggi di sebelah gue ini.

"Hasil jepretan lo tapi berkali-kali lipat lebih bagus dari punya gue."

"Ngaco!"

"Beneran! Kok ngaco, sih?" tanya Biru dengan nada sebal.

"Hasil jepretan lo kayak still cuts film tahu gak!" lanjut laki-laki itu yakin.

"Nggak ah? Gue belum sejago itu."

Biru menatap gue lama kemudian menghembuskan napas kencang. "Terserah Cece aja."

"Ih? Udah bisa ngatain!" pekik gue sambil mengejar dia yang jalan duluan.

Biru cuma terkekeh pelan sambil berbalik ke arah gue. Jadi dia malah berjalan mundur.

"Eh, eh! Pulangnya ke rumah gue ya! Sama Clareen dan Calvin juga!"

"Ngapain?"

"Papa ngajakin makan-makan, soalnya baru pulang."

"Oke! Gue sih seneng aja diajak makan gratis. Gak bingung nyari, kan!" jawab Biru dengan senyumnya yang melebar.

Detik itu gue bener-bener sadar, kalau di hidup gue bukan cuma ada Clareen dan Calvin, tapi sekarang ada Biru juga.

###

"Waduh! Eta mah nya, pas Om mau berangkat dari dermaga pan hujan badag, lumayan geumpeur tah! Mana udah malem! Untungnya gak lama itu ombak tarik kitu!" (Itu ya, pas Om mau berangkat dari dermaga kan hujan deras, lumayan gemetar tuh! Untungnya gak lama itu ombak kencang gitu!)

"Rame jigana Om melaut teh. Calvin nyesel euy kenapa gak ngikutin Om," (Seru kayaknya Om) ujar Calvin menimpali.

"Nya rame atuh! Tapi ntong lah. Karunya atuh si Clareen kalau kamu melaut, pasti sering ditinggal-tinggal kayak si Tante!" (Ya seru dong! Tapi jangan lah. Kasian dong si Clareen...) timpal ayah Senja penuh semangat.

"Ih Om! Kenapa jadi bawa-bawa Clareen?!" protes pemilik nama itu.

"Eh? Bukannya ada sesuatu?"

"Sesuatu apa Om?" dengus Clareen sebal.

Maklum, Clareen dan Calvin luar biasa akrab dengan kedua orangtua Senja. Apalagi ayah Senja mudah akrab dengan orang baru.

"Gak pacaran gitu?"

"Ya nggak lah Om!" pekik Clareen.

"Gengsi aja Om si Clareen mah, padahal emang suka sama Calvin," celetuk Calvin santai.

"Clareen jangan langsung bilang gak mau gitu, ih! Nanti nyesel, belum apa-apa udah sok nolak. Padahal sebenernya suka!" ujar ayah Senja bercanda.

Tanpa sadar, Senja dan Biru yang sejak tadi menikmati obrolan langsung saling mengalihkan pandangan karena tiba-tiba merasa canggung.

"Ih, Om! Jangan doain gitu dong!"

"Hahahaha bukan doain! Om mah lihatnya si Calvin kan baik dan bela juga sama kamu, Reen. Apa salahnya nyoba sama anak baik? Kamu mah main nolak aja."

"Om, kalau baik dan bela mah ke Senja juga gitu. Kenapa Om gak nyangka Senja yang pacaran sama Calvin?" tanya Clareen mencoba mengalihkan pusat obrolan.

"Eh? Yang baik dan bela sama Senja kan bukan cuma Calvin, ada Biru juga. Iya gak, Biru?"

"Ohok! Ohok!" Biru yang sejak tadi mencoba mengalihkan perhatian dengan menghabiskan air di dalam gelasnya langsung tersedak.

"Kenapa, Om?" tanya Biru serak.

"Hahaha nggak. Ambil lagi sana minumnya, sakit itu tenggorokan keselek gitu."

Biru mengangguk kecil dan dengan santai kembali ke dapur. Sementara yang lain tetap berkumpul di ruang TV.

Di sana ada ayah dan ibunya Senja, Senja, Damar, juga ketiga sahabat mereka. Persis seperti apa yang dipesankan ayah Senja.

"Ih si Cece salting tuh, Pa!" pekik Damar jahil.

"Apaan?!" jawab Senja dengan nada tinggi. "Papa tuh Pa! Si Koko mah suka gitu, ah!"

"Ye! Kalau gak salting gak usah sewot dong!"

"Eh, emang Senja sama Biru ada apa, Om?" tanya Calvin bingung sekaligus penasaran.

"Ah, gak ada apa-apa. Om kan cuma ngomong gitu doang?" jawab ayah Senja dengan santai. "Biru dan Senja aja kali yang ngerasa?"

"Ih, Papa!"

"Hahahaha Cece kok marahin Papa sih?"

Senja cuma bisa cemberut tanpa membalas apapun. Obrolan malam itu terus berlanjut, menceritakan hal penting sampai tidak penting. Dari obrolan melantur ayah Senja selama di kapal sampai ke obrolan politik di negeri ini.

"Ini pada nginep kan?" tanya ayah Senja semangat.

Semua tamunya yang juga teman-teman anaknya itu langsung mengangguk mengiyakan.

"Yaudah, Joy sama Sella di kamar Damar. Senja sama Clareen di kamar Senja."

"Nah, ini bujang-bujang di depan TV lah ya. Gak apa-apa kan?" lanjut ayah Senja mengatur tempat tidur.

Biru, Calvin, dan Kanu yang merupakan teman Damar langsung mengangguk setuju.

"Rumah Om kurang gede sih kalau kalian di dalem kamar semua. Pengap nanti."

"Gak apa-apa, Om. Tadi Damar ngajakin main PS dulu." jelas Kanu polos.

"Euh! Si Koko mah! Mentang-mentang weekend!"

"Yaudah ah Om juga ikutan. Mau nongkrong dulu sama bujangan, biar up to date!"

Senja cuma bisa menahan tawa dan menggeleng pelan. Selalu. Rumah selalu berkali lipat lebih berisik dan menyenangkan setiap ayahnya pulang.

###


Catatan kakiku:

Halo aku balik lagi dari gua hiro!!

Maaf banget yaa udah lama gak update :((( masih inget Biru dan Senja gak? Semoga masih ya!!

Makasih juga masih mampir ke sini!!


PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang