"Hais... akhir pekanku..." gerutuku.
___________
Untuk akhir pekan, ku pikir Galerie Kandlhofer akan ramai pengunjung. Ternyata waktu kunjunganku merupakan jam senggang untuk bisa menikmati seni tanpa terganggu oleh banyaknya pengunjung yang lain. Ku membawa diriku dan Leica M7 ku berkeliling untuk menikmati seni kontemporer yang disuguhkan. Menariknya, dengan mengambil tema tentang pencerahan, aku menemukan banyak hal yang menarik dari pameran seni hari ini.
Aku membidik kameraku dan beberapa kali mencatat deskripsi seni yang terpampang. Menjadi jurnalis merupakan pekerjaan sambilan ku yang kadang ku lakukan untuk platform berita milik wendy. Ya, aku menemukan pekerjaan ini sebagai hiburan untuk pekerjaan asli ku sebagai photografer. Dan alasan ku kabur ke Austria pun juga untuk menghindari klien-klienku dan beberapa project photoshoot.
Aku tau. Aku tau. Tidak seharusnya aku menolak rejeki kan? Namun ya bagaimana, jika kalian berpikir bekerja sebagai photografer itu tidak berat. Cobalah untuk menjadi photografer sehari. Nanti kau juga akan mengerti seberapa beratnya pekerjaan itu.
Kembali lagi dengan aku yang masih terpaku menatapi karya-karya yang berada di sekitarku itu. Entah mengapa, aku selalu menyukai museum. Aku menemukan tempat-tempat yang dipenuhi dengan benda-benda mati yang memiliki makna dalam dari hasil karya seniman itu sangat menenangkan.
"You like it?", tiba-tiba sebuah suara mengkagetkanku.
"Fu--", ucapku yang terkaget namun tertahan untuk tidak mengumpat. Dan dikali pertama itu, aku bertemu dengan sisi wajahmu nan ayu.
Aku masih terpaku dengan seorang wanita yang tiba-tiba berdiri di sebelahku dengan gaun putih yang menunjukan kedua bahunya yang terbuka. Aneh sekali. Untuk apa dia mengenakan pakaian formal seperti ini.
Matamu itu kemudian melirikku yang sedari tadi tidak berkedip semenjak dirimu mengagetkanku. Kau pun kemudian mengarahkan tubuhmu untuk berhadapan denganku dan mengulurkan tanganmu yang terlihat seputih salju.
"Irene", begitu ucapmu. Memperkenalkan dirimu kepadaku. Aku yang masih terpanah masih menatap mata mempesona mu itu dan kemudian tanganmu. Sampai aku tersadar dan melepaskan salah satu tanganku dari kamera. Menyambut uluran tanganmu.
"Seulgi", ucapku sambil membalas senyumanmu yang sedari tadi tidak meninggalkan wajahmu itu.
"Datang sendiri?", tanya mu lagi.
"Ya. untuk mengambil foto dan menulis bahan artikel tentang karya disini". jawabku. Tak lama dari itu, kita pun terdiam. Tentu aku juga merasa canggung. Hey bagaimana tidak? Kamu begitu cantik. Bahkan dari semua model yang pernah ku temui. Kecantikanmu itu tidak masuk akal.
"Kau.. datang sendiri?", ucapku memecahkan hening di antara kita yang sudah terjadi beberapa menit itu. Aku melihatmu menggeleng.
"Ah. kau datang dengan teman?", tanyaku lagi dan tentu membuahkan gelengan darimu sekali lagi. Hal itu membuat ku mengerutkan kedua alisku, bingung. Kau yang melihat ekspresi bingung yang terpampang di nanar ku pun hanya terkekeh kecil dan kemudian tersenyum hangat.
Astaga! Senyum itu! Membuat irama jantungku tak karuan.
"Cantik...", gumamku yang terkaget dengan parasmu itu.
"Bagaimana?"
"Ah itu.. Tidak ehe.. ehem", ucapku sambil berdehem, mengusap leherku dan tersenyum kaku. Mataku pun kembali bertemu dengan matamu yang benar-benar mempesona itu sekali lagi.
"L-lalu apa yang kau lakukan disini?", tanyaku sedikit terbata, melanjutkan pertanyaanku yang belum terjawab sebelumnya.
"Aku.. aku seni disini", ucapmu dengan wajah yang datar. Dan mata itu, mata milikmu itu memandang lurus pada manik mata milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Playlist: One-shot Collection
Short StoryBerisikan cerita yang terbuat dari sebuah lagu. Dituliskan dalam sudut pandang orang pertama, aku dan kamu. Kalian sebebasnya boleh membayangkan siapa aku dan siapa kamu disini. Tapi secara default, aku sebagai Seulgi dan kamu sebagai Irene atau seb...
Song 13: Aphrodite 📼
Mulai dari awal