Taehyung tidak pernah menampik jika hatinya sudah terisi penuh oleh si pemilik iris indah yang menyerupai galaksi bima sakti. Membawanya pada jembatan di mana semua waktu akan berhenti selayaknya berjalan bersama dalam mimpi. Berjalan bersama dengan tangan yang saling menggengam hingga menemukan perbatasan di ujung jalan. Maka untuk alasan apa pun, Taehyung tak akan pernah melepaskan rengkuhan tangan besarnya pada Hyura.

Pandangan keduanya kini memindai sekitar, menelusuri taman tersebut hingga langkah itu sampai pada barisan pohon sakura yang berdiri tegak memanjang mengikuti arah jalanan di sepanjang pinggiran sungai Han.

Sejenak Taehyung menatap damai setiap kelopak bunga sakura yang jatuh menyapu wajahnya secara lembut. Menikmati bagaimana desiran angin telah sanggup mengundang lengkungan kurva indah yang terpatri di kedua sisi. Yang kemudian berujar dengan tenang, "Hyura, apa kau tahu tentang filosofi dari kelopak bunga yang tertiup angin?"

Hyura lekas menoleh. Menjadikan satu gelengan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

Perlahan satu tangan besar Taehyung terangkat bersama iringan senyum yang belum juga memudar dari tempatnya. Berharap jika satu kelopak bunga sakura yang beterbangan dapat jatuh tepat di atas telapak tangan yang kini terbuka. "Ada yang mengatakan jika kau berhasil menangkapnya tepat di tanganmu, maka cintamu akan menjadi kenyataan."

"Benarkah? Siapa yang mengatakan itu?"

Senyum Taehyung kian melebar, menatap perempuannya yang begitu lugu dengan kilau mata yang lagi-lagi sanggup menjadi titik kelemahan.

"Aku membacanya dari buku," ucap Taehyung dengan suara rendah. "Tapi kau tahu? Hal yang paling terpenting adalah kau tidak harus mencoba menangkap kelopaknya. Jika ingin cintamu menjadi kenyataan, kelopak itu harus jatuh dan mendarat tepat di telapak tanganmu."

Hyura seketika menyerngit. Pandangannya kini ikut menatap setiap hal yang ada di depannya. Termasuk untuk kelopak bunga sakura yang tengah berjatuhan. "Jadi itu artinya aku harus menunggu daripada harus berusaha untuk menangkapnya?"

Lagi-lagi Taehyung hanya mampu tersenyum untuk keluguan kekasihnya yang lain. Rasa-rasanya ia akan jatuh cinta untuk setiap detik pada jarum jam yang tak pernah berhenti berputar hanya karena menatap senyum Hyura. Tidak peduli berapa banyak detik itu akan memutar, selama seorang Hwang Hyura yang ada di sana, tentu Taehyung akan menyanggupinya dengan baik.

"Hm, tidak juga. Karena cinta itu sesuatu yang tidak dapat kau tangkap atau ditahan. Tapi kau harus membiarkannya mengikuti ke mana arah angin itu akan membawamu. Yakinkan mereka dengan perasaan utuhmu tetapi jangan pernah memaksanya untuk mengubah haluan."

Hyura terdiam. Kepalanya sesegera mungkin menoleh pada Taehyung sembari berusaha menyamakan pandangan. "Bagaimana jika mereka pada akhirnya membawaku pada kegelapan? Bukankah itu sama saja seperti aku membahayakan diriku sendiri?"

Taehyung sedikit tertawa setelah mendengar itu. Entah mengapa Hyura begitu menanggapi ucapannya dengan serius. "Tidak selamanya kegelapan hanya membawa keburukan, Sayang. Setidaknya di tengah kegelapan kau bisa menemukan ketenangan meski harus merasakan bagaimana rasanya diasingkan."

"Tetap saja semuanya terasa hampa dan percuma. Jika tujuan hidup memang untuk mencari ketenangan, bukankah itu sia-sia?"

Mendadak Taehyung terbungkam untuk pernyataan Hyura barusan. Sahutan Hyura nyatanya telah mampu membuat langkah kaki Taehyung mendadak terhenti. Lantas ia tak terburu-buru untuk menanggapi kala melihat raut wajah Hyura yang ingin berujar suatu hal yang tengah ditahan.

"Aku pernah merasakan sekali bagaimana rasanya tinggal dalam kehancuran, Tae. Bahkan aku menemukan diriku jatuh lebih dalam dari pekatnya kegelapan."

BELAMOUR 3.0Where stories live. Discover now