Pintu kaca ruangan dance itu menunjukkan Jaemin yang sedang berlatih di dalamnya. Jeno perlahan masuk, dia duduk di kursi. Jaemin seperti nya sangat fokus sampai tidak menyadari dia datang walaupun pas masuk Jeno terpantul dalam kaca di hadapannya.

Lagu mati, tapi sepertinya Jaemin tidak puas dengan dirinya. Dia kembali ingin mengulang tapi suara tepuk tangan mengejutkan dirinya.

"Tidak di ragukan lagi, Nana hebat!" Jeno bertepuk tangan lalu berdiri menghampiri Jaemin.

"Jeno, sejak kapan?" Tanya Jaemin, Jeno melihat ke arah jam tangannya.

"Sejak semalam." Ujarnya, Jaemin menatapnya. Setelahnya Jeno tersenyum.
"Sejak Nana mulai menari. Ada masalah?" Tanya Jeno, Jaemin tidak menjawab dia mengambil minum dan langsung duduk di lantai. Jeno juga ikut.

"Bagaimana kalau aku nanti tidak maksimal tampilnya?" Tanya Jaemin, dia melipat lututnya dan menyembunyikan wajahnya di sana.

"Mana lihat vidionya." Jeno mengambil handphone Jaemin, dia menonton contoh dance Jaemin.


"Susah yang bagian reff nya." Adu Jaemin, Jeno memperhatikan gerakannya. Dia pun berdiri.

"Gini gak sih Na, lihat ya." Jeno pun mulai mengikuti gerakan dance nya, tangannya masih memegang handphone Jaemin.
"Salah ya?"

"Jeno, kamu bisa???"

"Bisa, jadi Nana juga pasti bisa. Ayo, jangan pesimis Na." Jeno mengulurkan tangannya untuk Jaemin.

"Terimakasih..." Jaemin menerima uluran tangan Jeno, rasanya bebannya hilang. Jeno memang selalu bisa. Jaemin jadi tenang juga.

"Yah, keringatan jadi hilang make up-nya. Tapi gak papa, Nana selalu cantik." Puji Jeno, dia menyeka keringat Jaemin dengan tangannya.
"Jangan lelah dulu, simpan tenaga nya biar nanti nampilin hasil yang maksimal."

Jaemin mengangguk, dia tersenyum dengan manis. Jeno mengacak Surainya. Nana nya terlalu manis, dia hampir pingsan.

"Jeno! Rambutnya rusak!" Jaemin mencoba untuk menyingkirkan tangan Jeno dari kepalanya, tapi kakinya lemas dia jadi oleng. Untung jeno menahannya.

Diam, suasana sepi dan lagu yang masih hidup dari handphone Jaemin menjadi backsound keduanya.

Tatapan itu saling mengunci satu sama lain, seakan tidak ada yang mau melepaskan atau mengalihkannya. Jaemin merasakan jantungnya akan meledak. Dia tidak suka ini, dia tidak mampu menahan perasaannya.

Jeno juga sama, dia membeku, terkunci akan pesona Jaemin. Rambut nya yang sedikit lepek, keringat yang masih menetes di dahinya. Wajah manis Jaemin, Jeno terbawa suasana. Dia hilang kendali akan dirinya sendiri.

Jarak semakin hilang saat lagu itu mencapai titik reff kedua. Dimana sangat menggambarkan perasaan keduanya. Feel it. Jeno ingin merasakannya, hatinya berdegup. Dia melewati batasnya.

Jaemin membulatkan matanya saat Jeno mencium dirinya, tubuhnya mati rasa, semuanya berkecamuk, hatinya senang, namun satu sisi dia takut, takut hubungan nya menjadi jauh dengan Jeno. Tangan Jaemin meremat bahu Jeno.

Sakit sekali, Jaemin merasa lagi-lagi Jeno mempermainkan perasaan nya. Disaat dia saja tidak tau apa yang Jeno rasakan untuknya. Jaemin langsung mendorong dada Jeno.

Jaemin mengambil handphone nya dan langsung pergi tanpa sepatah katapun untuk Jeno.

"Na..." Jeno, menyadari kesalahannya. Dia menyesal. Dia memejamkan matanya.
"Jung Jeno, stupid!" Makinya pada dirinya. Jeno menatap pintu ruang dance yang sudah tertutup.
"Bagus, bagus, kebodohan mu!"

You're My Destiny [Jaeyong] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang