Dia ingat ketika dia mengatai temannya yang sedang patah hati. Ya, walaupun Matthew bersedih karena bukan karena patah hati, tapi dia sangat yakin yang temannya rasakan saat itu 11:12 dengan ini.

Mereka sudah berada di gedung itu. Tanpa sepengetahuan Michael. Bagaimana cara mereka masuk? Ya, berasal dari ide pintarnya Locky untuk masuk melewati balkon gedung tua yang berada disamping hotel tua itu dan itu menjadi sangat mudah karena gedung-gedung disana berdempetan. Hal baik lainnya adalah balkon gedung itu dengan balkon hotel Paradise jaraknya tidak jauh.

Sekarang, yang perlu mereka pikirkan adalah bagaimana cara mereka menemukan ruangan dimana Lycia disimpan. Mengingat bangunan dengan tujuh lantai itu adalah sebuah hotel, tentunya akan sangat sulit mencari Lycia dari satu kamar ke kamar lainnya.

Berpencar? Mungkin itu akan menjadi ide bagus jika para Shadow tidak bersenjata api dan berjumlah banyak.Para Shadow yang berjaga di pintu depan dan dibelakang saja masing-masing ada lima orang. Apalagi yang berkeliaran didalam? Dan itu sesuatu keajaiban juga mereka bisa masuk.

Mereka semua sedang duduk. Melingkar disebuah kamar yang sudah tidak layak pakai. Berpikir bagaimana caranya menyelamatkan Lycia. Tampak Lexi menepuk tangannya dengan semangat. Membuat seisi kamar ide menatapnya dengan mata yang berbinar.

“Kita akan berpencar berdua-berdua.” Katanya dengan senyuman lebar yang pada akhirnya terlihat juga. Mereka semua menepuk jidat mereka. Apa yang membuat gadis itu tertular kebodohannya Locky?

 

Suasanya menjadi kembali sunyi. Tentunya berpikir keras. Memikirkan cara mencari ruangan Lycia, cara agar tidak diketahui penjaga, dan cara agar kembali dengan selamat. Ya, walaupun akan luka-luka pun tidak masalah.

Sebenarnya ada masalah lainnya disini adalah beberapa orang belum pernah menyentuh senjata api. Siapa lagi selain Nash, Cameron dan Alexia. Tapi, tak ada salah satu dari mereka menyadarinya. Bahkan Nash, Cameron dan Alexia pun melupakan hal itu.

“Aku setuju dengan ide Lexi.” Ucap Matthew memecah keheningan dan juga membuat beberapa mata yang tadinya hampir tertutup karena mengantuk pun membelalakkan matanya sebagai bentuk keterkejutannya.

“Kau sudah gila, Matt.” Gumam Cameron sembari mengacak rambutnya yang sebenarnya memang sudah berantakan. Membuat dirinya tampak semakin kacau.

Keheningan panjang pun kembali tercipta diantara mereka. Mereka sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Berbagai hal memenuhi kepala mereka dan semuanya terus mencoba keluar. Membuat mereka sendiri bingung apa yang harus dikatakan.

Beberapa menit berikutnya pun Matthew berdiri sembari menggumamkan “Aku muak dengan ini.” Dia mengucapkannya dengan geram tapi, pelan. Setelahnya dia langsung berjalan kearah pintu tanpa mempedulikan teman-temannya.

Tidak lupa juga dia membawa tas ranselnya yang berisi obat-obatan, pistol cadangan, peluru cadangan dan masih banyak perlengkapan lain membuat tas ransel berukuran sedang itu berisi walaupun tidak penuh.

Semua menatap Matthew dengan wajah yang kaget. Hampir tidak percaya  anak laki-laki itu mengambil keputusan yang ceroboh. Seakan membeku, mereka semua hanya dapat diam dan duduk menatap punggung Matthew yang sudah terhalang pintu.

Damn, I Love You ; M.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang