31. Secret

2.2K 412 57
                                    

Jawa Tengah | 5 Agustus 2021
By : GwenXylona

-Secret-

Maaf, satu kata yang haram terucap untuk pendosa. Menerpa dingin, menerjang kegelapan, terkadang seseorang sadar bagaimana sulitnya hidup, namun tak jarang pula ada manusia yang beranggapan jika itu tidaklah sulit, melainkan dirinya di permainkan oleh yang Kuasa. Tak banyak yang tahu jika matahari pun juga lelah, ia menutupi diri, berembunyi dibalik awan hitam dan menumpahkan kelelahannya seolah awan tengah menangis.

Hidup bukan pasal seperti apa sekarang, dan bagaimana sekarang. Melainkan menjadi apa kita nanti. Hidup juga bukan pasal seseorang menerjang ombak di pantai, melainkan bagaimana seseorang melakukan surving mengendalikan ombak itu untuk tetap survive.

Dulu ada yang membisikkan kalimat kepadanya 'Hidupmu itu bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain.' yeah it's true, tapi bukan berarti seluruh bagian hidup akan terus di makan habis untuk orang lain. Saat ini ia menekankan kepada dirinya sendiri jika 'Hiduplah untuk diri sendiri, tidak untuk orang lain. Bukan hal yang asing jika terkadang egois membuat kita bahagia'.

Manusia itu serakah, pembuat dosa yang sesungguhnya, tidak pernah puas akan sesuatu yang telah didapat. Sepertinya itu sudah hukum alam, bahkan samudera pun juga berlomba-loma untuk tetap memperluas jangkauan airnya, menggusur daratan tanpa perduli kehancuran, gambaran sesungguhnya manusia.

"Jo,,,"

Pria itu bergeming, menatap nanar lantai marmer mengkilap di rumah itu.

"Johnny!"

"Hmm."

"Bang Johnny!!"

Johnny mengerjap kaget, beberapa kali berkedip untuk menatap Jaehyun yang entah sejak kapan sudah duduk dihadapannya. Laki-laki yang jarak usianya terpaut dua tahun darinya itu sedang menatapnya heran, Johnny menghela napas dan menghempaskan punggungnya ke sandaran. "Apa maksud lo melakukan itu, Jae?" tanyanya to the point.

"Apa masih perlu gue jawab?" Jaehyun menjawab setenag awan.

"Lo mau gue hancur kan? Sekarang pun gue udah hancur, so?"

"Nggak, bukan itu. Gue cuma sedikit marah pas dengar kalau adek gue nyaris tertembak."

"Lebih baik lo diam, Jae. Gue begini bukan karena mau melindungi diri, gue sendiri pun sadar dosa. Gue bilang gini karena gue mau lo selamat, gue janji bakal selesaiin semuanya tanpa ada yang terluka. Makasih udah melakukan yang terbaik ke Haechan."

"Miris banget kan? Harusnya lo yang melakukan yang terbaik buat Haechan."

Johnny mengangguk, bibirnya menyinggungkan senyuman miris "Kurang dari dua puluh empat jam, mungkin keluarga Maneden akan sirna."

"Ya, itu pasti. Di kehidupan selanjutnya, gue harap mereka ngerti jika arta bukan segalanya."

"Maaf"

♡♡♡

"Kemarin gue yang bawa jadi sekarang gantian!" Hyunjin melemparkan kunci mobil kepada Felix, untung reflek Felix bagus, meskipun tengah menuruni tangga untung nggak terpeleset.

Namun si Felix kembali melemparkan kunci itu kepada Hyunjin yang juga langsung di tangkap "Itu mobil gue, ya kali lo numpang doang, setirin lah!" tolaknya.

"Yeu kalau kaga ikhlas mening gue naik taksi!" Hyunjin melempar balik kuncinya kepada yang punya.

"Oke." Felix menatap kebawah, anak itu mengambil ancang-ancang untuk segera turun "Siapa lambat sampai bawah dia yang nyetir!" ujarnya secepat kilat, pun kakinya dengan cepat melangkah turun.

Linier [Babu Lee]Where stories live. Discover now