32. Volunteer

2K 409 61
                                    

Jawa Tengah | 9 Agustus
By : GwenXylona

-Volunteer-

Semuanya telah usai, sampai disini. Cukup, berhenti, dan berterimakasih kepada yang Kuasa sebab beberapa bulan tetakhir sempat merasakan kebahagiaan meskipun sejekap. Sepertinya Tuhan memang suka sekali memainkan takdir mereka, iya mereka bahagia, namun tak urung mereka juga menderita. Banyak yang terjadi selama ini dan seolah semua lika-liku itu belum memuaskan Yang Kuasa untuk memberikan lagi ujian.

Sempat ada yang berkata jika 'Tuhan tidak akan memberikan ujian kepada hambanya melebihi kemampuan hambanya' kalimat yang begitu menenangkan sebab bisa menjadi alasan mengapa manusia masih bisa bertahan sampai detik ini. Namun terkadang mereka juga berpikir jika 'Tuhan menguji hambanya sangat melebihi batas kemampuan, seolah Tuhan mempredikat dirinya seorang pendosa ulung yang harus mendapatkan balasannya'.

Apa tidak cukup waktu berbulan-bulan mereka semua bertahan hidup sendirian mengesampingkan masalah yang bahkan berakhir kematian bukan hanya satu pihak.

"Pasien mengalami pendarahan hebat, bahkan sejak masuk ke dalam IGD, pasien sudah empat kali muntah darah. Jantung pasien rusak dan tidak bekerja dengan baik, kami sudah memasangkan EKG untuk memantau, jika dalam waktu dua puluh empat jam atau bahkan kurang tidak menemukan pendonor, pasien akan hilang---"

"Jaga ucapan anda, dokter! Saya bisa mencabut izin rumah sakit ini jika adik saya tidak selamat!!" Jaehyun menyela, terdengar begitu dingin.

"Hng,,, bagaimana dengan pasien yang bernama Haechan, dokter?" Jeno yang berdiri disamping Jaehyun itu bertanya lebih tenang.

"Beruntung pasien baik-baik saja, hanya sedikit benturan di kepalanya yang terkatuk jendela mobil. Selebihnya baik-baik saja, sekarang pun sudah sadar dan bisa di kinjungi setelah kami pindahkan ke ruang rawat."

"Jaemin juga?" Renjun buka pertanyaan, anak itu terlihat kacau saat ini, hanya Jeno yang terlihat paling waras diantara Jaehyun dan Renjun.

"Jaemin akan kami pindahkan ke ruang ICU."

*

"Maaf..."

Jaehyun menggeleng pelan, dia mengusap rambut tebal Haechan halus "Kenapa minta maaf, ini kecelakaan, harusnya abang sendiri yang antar kalian ke rumah sakit tadi, maafin abang."

"J-Jaemin mana?"

"Jaemin masih belum boleh dikunjungi. Boleh abang minta ceritanya kenapa kalian bisa berakhir mengenaskan seperti ini?"

Haechan diam beberapa saat, bermula dari dia yang membawa Jaemin pergi dari rumahnya, memasukkan Jaemin kedalam kursi penumpang. Jaemin sendiri sudah lemas, hanya menurut tanpa memasangkan sabuknya, begitupun Haechan yang kalut hanya memasangkan sabuknya sendiri. Mobil berlalu begitu cepat menuju rumah sakit, karena bisa Haechan lihat jika sepertinya mata Jaemin sebentar lagi akan tertutup, tangan kirinya menepuk paha Jaemin, berusaha membuatnya tetap tersadar.

Hingga di persimpangan jalan, sebuah truk dari arah kiri yang hendak melintas tanpa sengaja menabrak mobil Haechan yang juga melintas. Jaemin yang tidak memakai sabuknya terpanting kesamping, terkatuk dashboard, dan bahkan dapat merasakan panasnya kap truk itu yang menabrak bagian samping tubuhnya. Sekencang itu truk melaju hingga mobil mahal milik Jaehyun terguling beberapa kali, darah mulai turun dari pelipis Haechan, beruntung setelah terguling beberapa kali, mobil akhirnya berhenti dalam keadaan tidak terbalik, Haechan merasakan bagaimana tulangnya serasa patah, kepala didera pening, dan mata sudah mengabut melihat Jaemin tida ada disampingnya. Sahabatnya itu tidak menggunakan sabuk, sehingga dia terpental kesana-kemari dan berakhir mengenaskan di kursi belakang. Masih bisa Haechan lihat dengan jelas bagaimana darah dimana-mana dan itu milik Jaemin.

Linier [Babu Lee]Where stories live. Discover now