Baru hari pertama saja berpisah degan orangtua, aku sudah sangat merepotkan seperti ini, bagiamana saat aku tiba di Jakarta ya?
"Mau minum" ujar ku saat aku merasakan sesuatu sedikit mengganjal di tenggorokan ku
"Nih" sebuah benda yang seperti adalah sedotan mendekat ke bibir ku
"Wah enak banget" puji ku saat cairan dengan rasa manis mengalir memasuki rongga mulut.
"Harganya juga mahal." Ujar bang Aldrick. Entah apa yang merasuki pria satu ini, sejak dulu dia selalu berbicara dengan kata-kata yang seolah-olah memiliki dendam pribadi kepada ku.
"Yang mahal belum tentu enak, mungkin ini kebetulan aja" balas ku dengan nada ketus
"Hah, terserah. Saya ke toilet sebentar" kursi yang bang Aldrick terdengar sedikit bersuara, pertanda pria itu hendak beridiri.
Merasa pria itu sudah cukup jauh berjalan, aku menarik nafas dalam-dalam dan hendak mengajukan sebuah pertanyaan pada Daren. "Daren?" Panggil ku dengan suara pelan. Pria itu berdehem singkat sambil mengunyah makanannya
"Kamu udah pernah ketemu Yani?" Tanyaku dengan sedikit keraguan. Sejak awal aku sangat ingin menanyakan hal ini pada Daren, namun karen timingnya kurang tepat aku jadi menundanya.
"Yani?" Balas ya dengan nada bertanya
Aku menganggukkan kepala sambil menjilat bibir ku yang terasa sedikit lengket.
"Belum, emang kenapa? Lo rindu ?"
"Ah, itu..iya" aku menggaruk tengkuk ku. Aku bingung, apakah aku harus mengatakan yang sebenarnya tentang Yani kepada Daren, tapi aku Taku jika Daren telah mengetahui hal yang sebenarnya dia akan merubah sifatnya pada gadis kecil itu. Aku takut nanti ya Daren akan menjauhi atau bahkan membenci Yani, padahal itu semua bukan salah Yani.
Daren hanya tahu bahwa Yani itu adalah anak kenalan ku, tapi dia tidak tahu bagaimana aku bisa mengenal ayahnya Yani dan keterlibatan ayahnya Yani dengan kasus yang Yucika rencanakan itu.
FLASHBACK ON
"Kak Agnes.." suara teriakan anak kecil itu menghentikan langkah ku dan Agre. Aku hanya diam di tempat sambil menunggu anak itu menghampiri ku.
"Kak" aku merasakan tubuh ku di peluk oleh anak itu, Yani. Tubuhnya bergetar menandakan bahwa ia sedang menangis.
Aku mengelus kepalanya lalu tersenyum, "Yani kan?" Tanya ku membuat gadis kecil itu mengangguk, dia melepaskan pelukannya dan sedikit mundur.
"Maafin ayah ya kak" suara ya terdengar pilu dan bergetar. Aku tahu pasti mata Yani sudah merah saat ini. Aku tersenyum lalu menganggukkan kepala ku.
"Maafin Yani juga kak, karena Yani ayah..."
"Ini bukan salah Yani kok, ayah Yani ngelakuin itu karena dia terlalu menyerah dengan keadaan. Gausa nyalahin diri sendiri karena kewajiban orangtua memang mengurus dan membiayai anaknya, jadi kalau ayah ngelakuin hal yang salah itu bukan salah Yani, itu salah ayah yang lebih milih jalan pintas. Gausa nangis lagi ya" tak mendnegar jawaban aku memilih mengernyitkan dahi.
"Dia ngagguk" bisik Agre. Aku tersenyum lalu mengangguk pertanda mengerti.
"Walaupun begitu kakak udah maafin ayah Yani kok, kakak tahu ayahnya Yani sebenarnya orang baik"
"Hikss....hiks....makasih ya kak"
Aku menganggukkan kepala ku, "jadi sekarang Yani tinggal di mana?" Tanya ku, pasalnya tak mungkin anak itu tinggal seorang diri di rumahnya bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED [SELESAI]
RomanceBerawal dari ke-sokjagoannya dalam hal melempar, Agnes jadi mendapat musibah. Tanpa sengaja botol yang ia lempar malah mengenai sebuah mobil yang kebetulan melintas. Pemilik mobil memintanya mengganti rugi, namun beruntungnya saat orang itu hendak m...
Setuju?
Mulai dari awal