Sudah sejak sepuluh menit yang lalu Felin berada di Alun-alun Utara. Tempat yang digunakan untuk titik kumpul sebelum keberangkatan touring nanti. Selama itu pula, Felin memperhatikan satu persatu orang asing yang mulai berdatangan dan menyapa satu sama lainnya.
Namun tetap saja, meski sudah berkenalan, Felin masih merasa seperti anak buangan yang tidak tahu siapa-siapa. Karena kebanyakan mereka dari luar kampus. Dan ada beberapa juga yang mungkin sudah lulus kuliah atau bekerja. Ditambah lagi, komunitas ini didominasi oleh kaum Adam. Makin planga-plongo lah si Felin.
"Ini nggak ada yang gue kenal lagi apa gimana?" bisik Felin pada Reno yang duduk di sebelahnya.
"Ada kok, dari kampus kita juga. Tapi kating sih rata-rata," balas Reno tercengir.
"Sama aja oncom! Gue nggak kenal juga."
"Nggak mungkin," sergah Reno. "Lo pasti kenal, apalagi mereka hits di FT. Ya, walaupun gue juga nggak kalah hits sih sebenarnya," kata Reno percaya diri.
Mendengar itu Felin langsung berekspresi seperti orang muntah, membuat Reno terkekeh geli dan menoyor kepala perempuan itu.
"Nah, tuh mereka dateng!" tunjuk Reno pada dua orang yang sedang berjalan ke arah mereka. Felin akhirnya menoleh juga karena penasaran.
Sesuai dugaan. Perkataan Reno tidak melenceng. Felin memang mengenali dua orang itu, meski hanya sebatas tahu namanya saja. Itupun dari cerita Reno dan beberapa teman kelasnya yang sering membicarakan dua orang itu.
"Widih... ikut lo, Ren? Gue kira lo nggak ikutan juga," ucap salah satu laki-laki itu ketika sampai.
"Ikutlah, Bang, masa enggak," Reno terkekeh.
"Oi, Ren. Pa kabar lo?" tanya laki-laki satunya lagi.
"Baik, Bang," balas Reno. "Lo sendiri gimana?"
"As you can see, boy."
Reno mengangguk sekilas. Lalu menoleh ke arah Felin yang sejak tadi masih diam menyaksikan. "Fel, kenalin. Ini Bang Bondan sama Bang Moka. Bang, kenalin, ini Felin. Temen gue," ucap Reno memperkenalkan satu sama lain.
"Oh, hai, Fel! Gue Bondan, dari arsitektur. Salam kenal ya."
"Gue Moka, dari arsi juga. Salam kenal."
Felin mengangguk dan tersenyum ramah. "Salam kenal juga Mas Bondan, Mas Moka. Aku Felin, dari Ilmu Hukum."
"Wah, pas banget kalo gitu! Lo kenal Intan Sabilla nggak? Anak hukum yang setingkat juga sama lo?" tanya Bondan tampak antusias.
"Iya, Mas. Kenal. Tapi beda kelas sama aku," balas Felin apa adanya.
"Sapa tuh, Bang? Pacar baru lo, ya?" timpal Reno kepo.
Bondan tertawa kecil. "Enggak lah, dia cuma adek-adekan gue aja kok. Fyi, gue masih jadi orang setia," ucap Bondan sambil menyugar rambutnya ke belakang.
"Setiap tikungan ada," sindir Moka membuat Bondan kembali tertawa karenanya.
Obrolan mereka terhenti saat itu juga dan berganti dengan salah seorang yang mengambil alih pembicaraan. Sebut saja namanya Bang Idan-orang yang dianggap paling senior atau kawak di komunitas ini. Bang Idan memberikan berbagai macam pengarahan dan rute yang akan mereka tempuh menuju Wonosobo. Iya, tujuan touring kali ini adalah ke Dieng.
"Berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa, mulai!" Pimpin Bang Idan setelah menyuruh untuk membentuk lingkaran.
"Selesai!"
Tepat setelahnya, mereka langsung bubar dan menuju ke motor masing-masing. Kurang lebih ada sepuluh unit motor dengan dua puluh orang yang akan memulai perjalanan ini. Kalau dilihat-lihat memang semuanya boncengan. Tidak ada yang sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET-ZONE!
Teen FictionOrang lama atau orang baru? Orang sama-sama bikin nyaman Selamat membaca kisah hidup Felin yang biasa saja layaknya mahasiswa kupu-kupu atau kunong-kunong. Alias kuliah pulang, kuliah nongkrong. Tidak penuh dramatis, juga tidak seindah cerita-cerita...