Aruna mendongak, menautkan kedua alisnya. “Loh? Abang tau darimana kalo Ru takut?”

“Tadi gue sempet denger percakapan Lo sama mama, lagian Ru. lo takut kenapa sih? Udah nikah sama si Haris, Lo bisa nge-babuin cowok itu. Minta anter sana sini, atau minta bawain ini itu. Udah hidup tuh dibawa santuy aja. let it flow”.

Aruna kembali berkaca-kaca, dia menatap kagum pada abangnya.

“Kata-kata Lo, beuh! ngena beut sampe ke ulu pantat”

“Dasar!”. Yuda menjitak kepala Aruna, yang sayangnya membuat sanggul yang ada disana semakin kepinggir dan hampir terlepas.

Aruna melotot, menginjak dengan kuat kaki Yuda.

“Aduh ngilu!”.

Yuda yang ingin mengaduh jadi mengurungkannya, menoleh kearah Jeno yang baru saja masuk dengan wajah meringis nya.

Aruna terpana, melihat Jeno yang begitu rapih dan tampan.

Dia jadi berandai-andai, andai calon suaminya itu Jeno. Dan laki-laki itu kemari untuk menjemputnya menuju pelaminan bersama.

Seperti seorang pangeran berkuda.

“Cantik banget Adek guee”.

Khayalan Aruna ambruk begitu saja, saat belah bibir Jeno mengatakan kata 'adik' .

Gadis itu menahan sesak, hatinya sakit tapi bibirnya terpaksa dia lengkungkan.

“Gue memang selalu cantik kali”.

Jeno lantas mengangguk membenarkan.

“Tapi tuh sanggul ngapa miring gitu dah?”.

“Biasalah, otaknya miring. Jadi sanggulnya ikut miring!”. Tambah Yuda.

Lalu kedua lelaki itu tertawa.

Aruna diam saja, diam-diam menahan kesal.

Gadis itu lalu menatap Jeno.

“No, gue mau nikah”

Jeno menghentikan tawanya, menatap Aruna dengan senyuman tampannya. “Iya gue tau”.

“Ga takut apa lo, kehilangan gue?”.

Jeno terkekeh, lalu cowok itu bersimpuh dihadapan Aruna.

“Hey! Lo pikir lo mau kemana? Menikah dengan Haris bukan berarti gue ga bisa deket-deket sama lo lagi, walau Haris akan selalu ada buat lo. Tapi lo harus inget, gue juga akan terus begitu. Kita sahabat selamanya kan? Kalo Haris ngelarang kita buat sahabatan lagi, lo tenang aja. Gue gorok lehernya ntar”. Kata Jeno dengan akhir kalimat yang mengerikan.

Aruna tertawa sumbang, benar juga apa yang dikatakan Jeno.

Lagipula, Aruna menikah bukan karena cinta. Ini hanya sebuah perjodohan.

Aruna tidak akan mencintai Haris, dia hanya akan mencintai Jeno.

Jeno Aldebaran.

“Abang, Jeno, ijab kabul udah mau dilangsungkan tuh. Katanya kalian pengen liat”. Rini kembali keruangan itu, bersama dua MUA dibelakangnya.

Aruna terkejut, setelah melihat jam. Dan ternyata sudah jam tujuh malam.

“Haris kapan sampe nya?”. Jeno bertanya, mewakili benak Aruna.

“Loh, Haris sama keluarganya udah sampe dari tadi.” Jawab Rini.

“Yaudah yuk kebawah, penghulunya udah mulai noh”. Ajak Rini ketika mendengar suara dari speaker diluar.

“Aruna gimana? Kan sanggulnya baru mau dibenerin?”.

Mama tersenyum, “Gapapa sayang, sanggul kamu dibenerin dulu aja. Nanti kalo udah, mama jemput kamu kesini ya”.

“Emang sah kalo Aruna ga ada?”.

“Sah dong sayang, asal ada papa kamu, penghulu, saksi dan mempelai pria.”

Aruna hanya mengangguk lesu, lalu ketiga orang itu beranjak keluar.

Rambutnya kini sedang di betulkan, Aruna sedari tadi menggigiti kuku jarinya.

Keringat ditangannya menunjukkan bahwa dirinya sedang gugup, telinganya dia pasang dengan baik.

Saat mendengar suara Haris, Aruna memejamkan mata.

Berharap semuanya mimpi saat suara dari speaker itu mengalun tegas ditelinganya.

“Saya terima nikah dan kawinnya, Aruna Bagaskara binti Aliando Bagaskara dengan mas kawin tersebut, tunai!”.

Lalu tiga huruf yang didengarnya membuat bahunya melorot.

“SAH!”

Malam ini dia sudah resmi menjadi seorang istri,

Istri dari Haris Pradipta.

---

Uwawww ciee yg udah sah!

Mau edit foto prewed nya jga males, doain aja semoga real. Jadi kagak usah edit² 🙆


My Naughty Girl [Haeryu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang