"Kau mungkin sedikit kebingungan melihat istri Daniel yang begitu mempesona bukan? Daniel yang bodoh itu tidak mensyukuri apa yang ada padanya..." Alex memutuskan berbicara setelah melihat raut Intan yang berubah-ubah nampak sedang berfikir.

"Ya..dia memang cantik.." Intan menyetujui pendapat itu.

"Kau tahu.. ada banyak perempuan cantik di luaran sana. Namun paras wajah akan tergerus sesuai usia. Yang langka itu adalah perempuan yang memiliki kecantikan luar dan dalam. Dan Naomi memiliki keduanya.."

Intan semakin gugup saja menyadari bahwa dia hanya mengandalkan tampilan fisik. Tapi.., heii.. dia memang bukan wanita mandiri, tapi dia juga bertutur kata sopan dan lembut.

"Tapi untuk pria seperti Daniel, tampaknya dia lebih cocok denganmu.." Intan langsung tersipu malu menganggap itu pujian.

"Pria itu tidak membutuhkan wanita seperti Naomi. Yang dia butuhkan adalah perempuan yang selalu mengandalkannya, memujanya seolah dirinya manusia tanpa cela. Dia tidak membutuhkan pendapat perempuan dalam membuat keputusan mengenai rumahtangganya. Seolah semua keputusannya adalah benar. Dia membutuhkan seseorang untuk bisa mengenyangkan  egonya"

Intan menjadi bingung sendiri, sebenarnya Alex ini mau memuji atau malah menghinanya? Tapi Intan anggap saja itu pujian karena telah mengatakan bahwa mereka cocok, yang lainnya tak perlu di pusingkan.

Alex sendiri sudah bisa langsung membaca gelagat Daniel meskipun baru dua kali bertemu secara sekilas. Dari caranya tadi menarik pergelangan tangan Naomi, pria itu menunjukkan secara jelas mengenai teritorinya dengan cara otoriter dan serampangan. 

Tak lama merekapun tiba di apartemen Intan. Setelah Intan turun, Alex yang menggangguk kecil sebagai salam perpisahan langsung melaju pergi.

-------

Sementara itu Naomi masih berada di dalam mobil Daniel. Pria itu sengaja memarkirkan kendaraannya di basement kantor Naomi. Dia masih berusaha menenangkan diri setelah kejadian tadi.

"Sebenarnya aku punya banyak pertanyaan yang berputar di kepalaku. Bisakah kau menjelaskan padaku mengenai kejadian tadi?"

Daniel masih menunduk mengamati setir, dia bingung harus memulai darimana. Kejadian tadi sungguh membuatnya shock setengah mati.

"Aku tadi ada meeting sebentar dengan klien. Lalu tanpa sengaja kita bertemu di tempat tadi." Daniel berusaha membuat jawaban kecil untuk menghindari munculnya pertanyaan baru. Tapi sudah pasti Naomi tidak akan puas dengan itu,

"Lalu siapa perempuan itu? Dan untuk apa Alex ada disana?" Sebenarnya Naomi bertanya biasa saja, namun untuk seseorang yang menyimpan kebusukan sudah pasti pertanyaan itu membuat spekulasi liar di kepalanya. Seolah semua jawaban akan menunjukkan bangkai yang tersimpan rapat.

Daniel membungkam beberapa saat. Takut ketahuan tapi juga terbersit rasa cemburu saat Naomi menyebutkan nama pria lain.

"Kau mengenal Alex?" Daniel malah terfokus ingin tahu mengenai pria itu.

Naomi sedikit mengernyit saat Daniel alih-alih menjawab pertanyaannya, pria itu malah menanyakan Daniel.

"Ya..dia partner kerjaku. Proyek yang di limpahkan atasanku berhunbungan dengan beliau.."

Seketika Daniel menyadari sesuatu. Matanya kembali menyala dan kepalanya berputar untuk dapat memandang Naomi dengan lekat. Yang di pandang tentu saja semakin bingung. Tadi Daniel tampak ragu dan kikuk, lalu kenapa dia sekarang sepertinya sedang..marah?

"Jadi pria itu juga ikut bersamamu saat kau pergi berpergian tempo hari?"

Naomi mulai mencium gelagat tidak baik. Dia harus memutar keadaan kembali ke jalurnya.

Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang