Mark mendesah dan berdiri dengan gelisah, menatap dari jendela kaca di ruang kerjanya ke arah langit yang gelap dan mendung.

Mina. Perempuan itu, dengan keluguannya telah dengan mudahnya jatuh ke dalam cengkeraman Mark. Sebenarnya Mark bisa saja menghancurkan hidupnya tanpa harus menikahinya. Tetapi entah kenapa di saat terakhir Mark memutuskan bahwa dengan menikahi Mina, dia akan lebih mudah mengikat perempuan itu. Dan lebih leluasa membalaskan dendamnya. Hal itu juga mencegah Mina kabur meninggalkannya sebelum pembalasan dendamnya usai.

Dia teringat kepada Xiaojun yang tampak begitu dekat dengan Mina, dan mencibir. Perempuan itu bahkan dengan mudahnya melompat meninggalkan Xiaojun dan menghambur ke pelukannya, benar-benar watak perempuan gampangan, seperti yang dibayangkannya selama ini. Tetapi bagaimanapun juga hubungan Xiaojun dengan Mina yang begitu dekat, bahkan setelah Mina menikah dengannya terasa begitu mengganggu. Ingatannya akan Mina yang langsung mengunjungi Xiaojun dihari pertama pernikahan mereka membuatnya marah dan terhina.

Dia mengernyit, Mina pasti akan langsung menghambur kepada Xiaojun karena sikap Mark. Tiba-tiba dia sadar. Diraihnya kunci mobilnya dan bergegas keluar.

•••

Pada akhirnya Mina tidak tahan harus terus berdiam diri di rumah Mark yang begitu besar dan lengang, apalagi sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa Mark akan pulang hari ini. Dia akhirnya memutuskan untuk mengambil resiko, karena dia sangat butuh melepaskan semua permasalahannya di rumah kaca. Dari dulu, Mina sudah terbiasa, kabur dan merenung di rumah kaca, ketika pikirannya kalut.

Kadangkala Mina menghabiskan waktunya dengan merawat tanaman-tanamannya, mencurahkan kasih sayangnya dan mengalihkan perhatiannya.

Sebelum menuju ke rumah kaca, Mina mampir ke Garden Cafe, dan menghela napas sedikit senang dengan aroma khas yang menenangkannya dari cafe ini. Cafe ini penuh dengan aroma rempah yang nikmat, bercampur harumnya kue yang baru keluar dari panggangan. Suasananya damai, seperti di rumah.

Mina melangkah menuju sebuah sudut yang nyaman, di dekat rumpun bunga anggrek putih dengan bercak keunguan yang indah, hasil dari rumah kacanya. Suasana cafe tampak ramai dengan para pelayan yang lalu lalang melayani pengunjung, mungkin ini karena tepat saat jam makan siang.

Taeil sendiri yang mendatanginya, lelaki itu tampaknya sudah melihatnya dari jauh dan kemudian menembus kesibukan cafe untuk menghampirinya,

"Pengantin baru ada di sini lagi." Taeil tertawa, "Apa yang kau lakukan di sini, Mina?"

Mina tersenyum kecut, berusaha tampak ceria, "Aku membutuhkan teh hijau untuk menambah semangatku."

"Segera datang." Taeil mengedipkan sebelah matanya, "Apakah kau ingin teman minum teh? Ada pastry apel dan keju yang baru keluar dari oven."

Mina menganggukkan kepalanya, "Aku mau." Gumamnya. Lalu duduk merenung dan menunggu.

Apa yang harus dilakukannya untuk menghadapi perkawinannya? Apa yang harus dilakukannya kepada Mark? Bagaimana mungkin cinta yang begitu lembut dan pekat bisa berubah begitu cepat menjadi kebencian yang menyayat?

Mina begitu penuh dengan pertanyaan yang ingin dilemparkannya kepada Mark. Tetapi jangankan untuk bertanya, untuk berbicarapun sepertinya lelaki itu sama sekali tidak memberinya kesempatan.

Sebenarnya apa yang diinginkan Mark dari pernikahan ini?

Teh hijaunya kemudian datang, disajikan dalam cangkir mungil berwarna putih yang masih mengepul dan beraroma teh yang khas dan harum. Bersamaan dengan itu, sepiring pastry yang masih panas yang menggiurkan disajikan bersama.

Pembunuh Cahaya || Mark Mina [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang