Arc 1 . 4 Sabito dan Makomo

Mulai dari awal
                                    

Tapi...

Tanjirou tersentak ketika mendengar udara terbelah oleh benda tajam. Beberapa jumlah pisau membidiknya dan Tanjirou hampir tidak bisa menghindar.

Nezuko juga dengan terpaksa harus berguling-guling hanya untuk menghindari beberapa pisau yang mengincarnya dari atas. Netra pink nya bergetar melihat mata pisau yang berkilat dingin.

Tingkat kesulitan jebakannya juga semakin meningkat. Benar-benar dipenuhi nafsu untuk membunuh kami.

Tanjirou yang tengah menulis menoleh dan tersenyum melihat Nezuko yang bergelung di samping Ryushirou dan memeluk Adik kembarnya dengan erat.

Hari ini, kami menuruni Gunung dengan membawa pedang. Pedang ini benar-benar beban!

Nezuko mengeluh padaku, jika tidak membawa apa-apa, kami tidak akan terkena jebakan apapun!

Urokodaki hanya menatap datar pada Tanjirou yang tertarik ke atas karena menginjak jebakan. Begitu juga menatap ke dalam lubang yang diisi Nezuko yang tengah mengembungkan pipinya kesal.

"991. 992. 993." Tanjirou mengayunkan pedang kayu dengan berhitung dan Nezuko hanya mengikuti hitungan sang Kakak.

Hari ini, kami berlatih mengayunkan pedang. Dibandingkan sebelumnya, akhir-akhir ini kami lebih sering mengayunkan pedang.

Setelah menuruni Gunung, kami harus mengayunkan pedang hingga merasa tangan kami patah.

"999. 1000." Keduanya mengayunkan pedang pada hitungan terakhir bersamaan dengan lega. Sayangnya, Urokodaki tiba-tiba muncul dan dengan santai menghancurkan harapan mereka tentang istirahat.

"Ayunkan 500 kali lagi!"

Tanjirou dan Nezuko seketika membeku mendengarnya.

.
.
.

"Katana itu mudah patah!" Urokodaki berdiri dengan topangan katana yang ditancapkannya ke tanah. Di depan kedua saudara Kamado terdapat tiga jejeran jerami yang terikat dengan rapi.

Sejak awal, dia sudah memberi tahu kami. Secara vertikal pedang kuat, tapi secara horizontal sangat lemah. Ketika mengayunkan katana, kita harus mengayun bersama katana.

Keduanya terpaku pada Urokodaki yang dengan mudah membelah tumpukan jerami dengan rapi.

Posisi katana serta ayunannya harus setara, agar mampu mengeluarkan kekuatan tebasan. Ditambah lagi, katana bisa aus. Itu berarti katana akan patah. "Tulang kalian juga akan ikut patah." Dia menakuti kami dengan nada menasehati.

Hari-hari kembali berlalu dan setelah matahari terbit, dua saudara Kamado itu berhadapan dengan Urokodaki dengan mereka yang memegang katana, sedangkan Urokodaki dengan tangan kosong.

"Eh..."

Tanjirou dan Nezuko tanpa aba-aba apapun langsung terbanting ke tanah.

Hari ini, pesta berguling. Latihan yang membuat kami harus bisa berdiri meski terjatuh dalam posisi apapun. Kami memegang katana kami dan maju dengan niat menebas Urokodaki-San.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boku No Unmei (Male Oc / Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang