"Aku sebenarnya memiliki rahim Phi."

Mata Singto seketika membulat sempurna, nafasnya tiba-tiba saja seperti berhenti dan tangannya yang tadinya menyentuh pipi Krist langsung terjatuh. Hal itu membuat Krist menjadi semakin takut.

"Phi Sing."

Singto kemudian pergi dari balkon dan keluar kamarnya tanpa sepatah katapun. Badan Krist langsung merosot hingga jatuh ke lantai, ia tau hal ini pasti akan terjadi. Harusnya Krist mengatakannya dari awal sehingga jika Singto menolaknya, ia tidak akan merasa semenyakitkan ini.

Krist bangkit kemudian berjalan ke ranjang yang sudah tidak beraturan karena pergulatan mereka tadi. Sekuat tenaganya ia mengambil sprei di lemari dan menggantinya, meskipun sebenarnya ia sudah tidak mood melakukan apapun.

Krist membaringkan tubuhnya dikasur dan memejamkan matanya, tubuhnya sangat lelah tapi hati dan pikirannya seakan tidak mengizinkannya untuk terlelap. Sampai sebuah bibir menempel di dahinya membuat Krist membuka matanya lebar.

"Phi Singto?"

"Apa aku sedang bermimpi?" Batinnya.

"Maaf aku membangunkanmu sayang." Ucap Singto mengelus rambut Krist.

Krist segera duduk dan menerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa ia sedang tidak bermimpi. Krist menatap Singto dalam dan memegang wajahnya.

"Kau bener Phi Singto?"

"Memangnya siapa lagi jika bukan Singto?" Jawab Singto heran.

"Kau tidak meninggalkanku Phi?"

"Siapa yang mau meninggalkanmu?"

"Tapi tadi kau--"

"Aku memang kecewa padamu karena tidak mengatakannya dari awal tentang ini, jika kau mengatakannya kita akan mendiskusinya dulu sebelum kita melakukannya."

Singto berbicara dengan nada suara yang sangat lembut membuat Krist semakin merasa bersalah. Krist menundukkan wajahnya dan air matanya kembali menetes.

Singto dengan cepat merengkuh tubuh Krist. "Hei kenapa menangis? Sudah tidak apa-apa, aku tidak akan meninggalkanmu karena aku sangat mencintaimu. Jika kau hamil aku akan bertanggung jawab penuh atas anak kita, lagipula Phoku pasti akan senang mendapatkan penerus untuk keluarganya."

Sebenarnya Singto tidak siap jika ia harus memiliki anak karena banyak hal yang ingin dia capai dalam hidupnya dan memiliki anak bukan salah satunya. Itu sebabnya ia memilih untuk berkencan dengan pria daripada wanita. Namun untuk Krist, itu sudah terlanjur. Singto sangat mencintainya dan tidak mungkin ia meninggalkan Krist hanya karena alasan yang konyol seperti itu.

"Terima kasih Phi. Aku sangat mencintaimu." Ucap Singto dengan terisak.

"Aku juga mencintaimu, Krist."

__________

Singto berjalan cepat menuju apartemennya untuk menunjukkan sesuatu pada Krist, ia tau pasti Krist akan sangat senang sama dengannya.

"Sayaaaangg." Teriak Singto sambil memeluk Krist dari belakang.

"Ada apa? Kau mengagetkanku, aku sedang memasak Phi, bagaimana jika tadi tanganku terkena minyak panas."

"Ah maaf sayang, aku terlalu senang hingga tidak melihat jika kau sedang memasak."

Singto tersenyum melihatkan giginya yang membuat Krist semakin kesal. Krist mematikan kompornya dan berbalik menghadap Singto.

"Jadi ada apa?"

"Tugas akhirku sudah mendapatkan persetujuan dari profesor dan minggu depan aku akan sidang."

Same but Different [Singto X Krist]Where stories live. Discover now