Pendosa.
Cinta berarti pilih kasih. Keserakahan berarti mencuri dan merusak segalanya.
Semua itu adalah dosa manusia.
Sebuah kutukan laknat yang selalu dianggap orang-orang sebagai kebahagian.
Sungguh menggelikan.
"Walaupun begitu. Aku masih saja berharap kalau kau tidak akan menolakku," Yuta berkata tepat di belakang Megumi yang tengah lengah. Entah sejak kapan dia berada di sana, begitu pikir Megumi.
"E-eh!?" Wajah Megumi memerah padam, bercampurkan rasa heran dan kaget menjadi satu. Pemuda itu tidak berhasil memutar arah tubuhnya. Yuta sudah duluan memeluk pinggangnya dan membenamkan wajah di perpotongan lehernya.
"Se-senpai?" panggil Megumi seraya menoleh ke belakangnya. Dalam posisi tersebut dia jadi tidak bisa melihat bagaimana wajah Yuta sekarang. "A-ada apa?" tanyanya lirih lalu mengusap kepala Yuta yang berada dipundaknya.
"Bau Gojo sensei.......menempel padamu," jawab Yuta sambil mengendus-endus aroma parfum maskulin yang sedari tadi mengusiknya. Muka Megumi kian memerah ketika Yuta melakukannya.
"M-mau bagaimana lagi? Barusan aku memakai bajunya," terang Megumi seraya menahan rasa geli akibat rambut Yuta yang menyapu kulit senfitifnya.
Yuta diam dan berdehem panjang lalu berucap kembali, "Aku tidak menyukainya." Seniornya berbicara terlalu dekat dengan lehernya membuatnya malu sekaligus risih, namun anehnya dia tidak membencinya.
"........tolong hentikan senpai," pinta Megumi. "Kalau kau memang tidak menyukainya. Berhentilah mengendusku dan biarkan aku mandi," katanya sambil mendorong kepala Yuta dengan pelan.
Yuta menolak masukan tersebut. Pemuda itu malah makin mempererat pelukannya, membuat adik kelasnya agak kesusahan bernafas karenanya. Pelukannya bagaikan pelukan beruang, padahal Yuta tidak berbadan sebesar itu.
"Sen-senpai!!!" keluh Megumi mulai memberontak. "He-hentikan!!" Bagaikan orang tuli, seniornya itu malah menciumi lehernya bahkan sesekali menjilatinya. "Se-senpa---KYAA!!" teriaknya lalu langsung membungkam mulutnya sendiri. Mulanya cuma terasa geli tapi lama kelamaan terasa aneh. Suaranya barusan jadi melengking tinggi, sungguh memalukan.
Tubuh Megumi mulai bergetar. Wajahnya memerah padam sampai menjalar ke sekujur leher dan pundaknya.
Di depan mata Yuta, reaksi menggemaskan tersebut membuat pemuda tersebut nampak begitu enak, membuat gigi Yuta merasakan gatal lantaran ingin mengigit.
Yuta lantas membuka mulutnya lebar, nampak bersiap-siap untuk menancapkan giginya pada perpotongan leher Megumi. Bagaikan hewan buas. Ketika taringnya menyentuh kulit mulus tersebut, dia mengigit cukup keras, cukup sampai menimbulkan luka berdarah di sana.
"Ukh!!" Megumi merintih kesakitan karenanya. Gigitan itu benar-benar sakit sampai-sampai air matanya mulai mengalir dari sudut matanya. Tentu saja Yuta mengetahui akibat dari perbuatannya itu namun dia tetap diam, tak meminta maaf.
Tapi sebagai gantinya. Kemudian Yuta mencium lembut bagian luka tersebut, menjilatinya dan kadang menghisapnya pelan. "Hmph!!" Megumi dibuat semakin merinding karenanya, pemuda itu kembali bergidik geli namun juga mulai merasakan sesuatu yang lain.
"Se-senpaiii...." panggilnya dengan desahan lemah sambil menoleh ke belakang. Wajah Megumi yang berlinang air mata dan sorot mata yang menatap Yuta dengan tatapan memelas, jelas nampak begitu cantik sekaligus menggemas. Kerasional Yuta runtuh seketika karnanya.
"Megumi.....biarkan aku menyentuhmu?" tanya Yuta tepat di sebelah telinga.
Sama persis dengan kejadian sebelum-sebelumnya. Megumi tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan sang kakak kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Petra
FanfictionDiscontinued Pairing: Okkotsu Yuta x Fushiguro Megumi Rating : M Type : semi AU Summary: Fushiguro Megumi adalah murid pindahan yang baru saja masuk ke SMA Jujutsu. Ini pertama kalinya dia menjalani kehidupan remajanya sebagai seorang ahli...
11. But Its Devoured By The Big Wolf
Mulai dari awal