🍓Chapter 02🍓

Mulai dari awal
                                    

Berjalan dengan hati-hati ke arah tembok pembatas antara rumahnya dan jalanan itu. Memanjat tembok yang tinggi itu. Seperti tak ada kesulitan yang berarti.

Salsa sengaja memakai pakaian hitam agar ia menyatu dengan gelapnya malam. Ia berlari ke satu arah. kemudian memesan taxi dan pergi ke suatu tempat.

Ia menghentikan taxi di samping jalan tepat depan sebuah caffe. Memasuki caffe itu, mengambil tempat duduk di pojok dekat kaca tembus pandang agar melihat mobil-mobil yang masih saja berlalu lalang itu. 'dunia yang sibuk' pikirnya.

Salsa mengeluarkan benda pipih dalam tasnya. Membuka sebuah aplikasi Chatting lalu ia mulai mengetik di layar handphone itu.

🌹Poisonous butterflies🌹

Jemput aku. Caffe biasa.

Naila:
Aku yang jemput. yang lain langsung aja ke markas.

Tiara:
Aku nebeng syifa.

Syifa:
Siipp. Otw

Salsa keluar dari aplikasi itu. Meletakan sembarangan benda pipih itu di atas meja. lalu memesan minuman sembari menunggu Naila.

Tak lama kemudian pesanan Salsa datang. Ia masih menatap lurus ke arah jalan. Jika di lihat baik-baik tatapan matanya kosong entah apa yang ada dalam otak kecilnya.

20 menit kemudian Sebuah mobil mewah terparkir di depan caffe. Seorang gadis cantik keluar dari mobil itu. Berjalan masuk ke dalam caffe. Ia melihat ke suatu arah terlihat Seorang gadis cantik dengan pakaian yang serba hitam. Tak lupa topi hitam yang tidak terlepas dari kepalanya. Ia berjalan menuju gadis itu.

Tanpa basa-basi langsung saja ia mendudukan dirinya di depan gadis itu. Sehingga menghalangi pandangan gadis tersebut. "Sal, yok yang lain dah nungguin" ajaknya

"Nai, lo gk pesan dulu gitu?" tawar Salsa. "gk usa Sa yang lain udah nunggu soalnya" jawabnya kemudian meminum pesanan Salsa.

Salsa yang melihat Naila seperti itupun tersenyum. mereka beranjak dari duduk setelah Salsa membayar minumannya. Mereka berjalan menuju mobil. Lalu melaju di sepanjang jalan.

Mobil Naila memasuki sebuah pekarangan yang indah. Banyaknya lampu hias yang berwarna warni membuat hati siapa saja yang melihatnya menjadi tenang dan damai. Suasana yang nyaman itu membuat seseorang dapat melepas beban untuk sesaat. Ya walaupun hanya sesaat setidaknya hal itu mampu membuat hati setiap orang merasa nyaman.

Mereka sekarang tengah berada di sebuah villa. Letaknya berada di puncak sehingga mereka dapat melihat keseluruhan permukaan kota.

Mereka berempat berkumpul di sebuah ruangan. Dengan banyak komputer. duduk di sebuah meja bundar seakan-akan tengah mendiskusikan sebuah masalah penting.

☆☆☆

Sedangkan di tengah-tengah kota terjadi sebuah kecelakaan beruntun. Sehingga terjadi macet yang panjang. Seluruh stasiun tv sibuk memberitakan berita duka itu.

Bunyi suara sirene ambulance tak henti-hentinya terdengar. Membuat hati siapa saja yang mendengar bergetar.

Terlihat seorang lelaki tampan dengan keadaan sebagian wajahnya yang terkena darah tengah berbaring tak sadarkan diri di dalam mobil.

Warga-warga yang melihat kejadian itu turut membantu menyelamatkan siapa saja. Situasi itu terlihat sangat sibuk. Banyaknya suara-suara minta tolong, teriakan rasa sakit, dan bahkan tangisanpun tak luput dari pendengaran.

Wijaya Hospital

Banyak perawat dan dokter berlarian menuju ruang IGD. Mereka terlihat sangat sibuk bahkan tidak tau lagi mana yang harus di tangani terlebih dahulu. Beberapa pasien bahkan langsung di masukan ke dalam ruang operasi.

Dua jam berlalu akan tetapi lampu oprasi masih saja menyala. Tidak di ketahui kapan oprasi itu selesai.

Tiga puluh menit kemudian seorang dokter keluar dari ruang oprasi bersamaan dengan seorang perawat. "Suster tolong hubungi keluarga pasien. Katakan bahwa pasien membutuhkan donor darah secepatnya. Stok darah AB di bank darah kosong untuk saat ini jadi mohon secepatnya untuk mencari pendonor karena pasien saat ini kekurangan darah". Ucap dokter itu. "Baik dok" kemudian.... perawat itu berjalan menuju meja resepsionis.

Sedangkan di tempat lain. Laras tengah asyik menonton sebuah film sambil bercengkrama dengan Tama. Mereka membahas banyak hal termasuk perjodohhan konyol yang mereka perna sepakati dengan keluarga Bagaskara.

"Pah kita tukarin aja perjodohan Salsa dan Dion. Biar Laura dan Dion saja yang kita jodohkan, toh mereka lebih dekat dan juga saling suka. Kasihan Laura pah". Kata Laras

"Mah masalah ini kita perlu diskusikan dulu dengan keluarga Dion. Kita tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Saya juga mau anak kita bahagia".

"Pah besok kita....." belum selesai kalimat Laras dering handphone Tama terdengar. Tama meroga saku celananya mengeluarkan sebuah handphone berwana hitam. Di layar handphone itu tertera beberapa digit nomor kantor.

Menggeser layar bermaksud untuk mengangkat telepon itu. "Hallo dengan bapak Tama Aurelio Poter?" terdengar suara dari seberang telepon. "Iya saya sendiri" jawabnya. "Ohh iya kami dari Rumah Sakit Wijaya. Tuan Rega Aurelio Poter mengalami kecelakaan dan membutukan donor darah secepatnya". Suara seorang dari seberang telepon menjelaskan. Tama yang mendengar itu terdiam mematung. Beberapa saat iya tersadar kemudian berkata "Kami akan segera kesana".

Tama bematikan sambungan telepon lalu berkata pada istrinya "Mah Rega kecelakaan". Laras yang mendengar itu seketika raut wajahnya memucat, tangannya menjadi dingin, pacuan detak jantungnya juga lebih cepat dari biasanya. Mereka bergegas menuju rumah sakit Wijaya.

Maafkan typoo

Evahrst__

♡'Salsabillah'♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang