Riyon menepuk pundak Reza tanda mengerti lalu kembali mendudukan dirinya di kursi.
Reon keluar kamar dengan wajah memelasnya lebih tepatnya bagian pipi Reon tertera cakaran yang meninggalkan goresan dan mengeluarkan darah meskipun sedikit. Lalu Reon mendekati Hasana, duduk tepat disampingnya. Afzan yang melihatnya mendelik tidak terima saat tangan Hasana justru mengelus puncak kepala Reon.
"Bunda, nggak usah maen elus elus gitu!" protesnya, tentu Hasana tidak menanggapi didukung Reon yang memeletkan lidahnya.
"Ngapa? Iri? Bilang babu!" cetus Reon.
"Rasi lagi ngapain di dalem? Kok ditinggal sendiri, tumbenan mau sendirian dikamar rumah sakit," tanya Bunda pada Reon.
Reon mengalihkan pandangannya pada Bunda lalu menjawab, "Lagi main hp Reon didalem Bun, aku izin pamit keluar bentar dibolehin."
Hasana mengangguk angguk paham, pasalnya ia tau bagaimana perangai anaknya yang tidak suka ditinggal sendiri dalam kamar rumah sakit. Waktu Rasi kecil dulu sudah pasti akan menjerit bahkan pernah membalikan brankar karena saking takutnya.
"Boleh masuk nggak sih?" tanya Zela tidak sabaran.
"Lah ngapain izin masuk tinggal masuk," asal Zenal mendapat geplakan dari Dehan.
"Bodah, ada suaminya cok. Ngomong enteng amat kaya nggak ada beban!" decihnya.
"Ya emang nggak ada beban, wong ngomong cuma keluar suara kok!" sengit Zenal lalu menabok pundak Dehan dengan topi yang di pakainya.
"Masuk aja Zel, jangan ngomongin aneh aneh sama istri gue!" peringat Reon tidak ingin kejadian tadi terulang kembali.
"Heh sembarangan, bukan gue yang ngasih ide kayagitu ya! Rasi sendiri tuh, mana ngajak gue. Lah tapikan ya gue nggak salah dong, cuma bantu komporin doang kan?"
"Ngomporin kalau beneran mau tanggung jawab lo?" selidik Zenal.
"Y-ya nggak gitu ish!" Setelah itu Zela melengos masuk meninggalkan mereka semua diluar pinru ruangan.
"Bunda udah kaget heran banget tadi denger Rasi minta cerai sama Reon," ucap Hasana
Mitta yang mendengarnya langsung auto berdiri dari duduknya lalu berpindah tempat di samping Hasana.
"Kok bisa Bun?" Hasana mengelus kepala Mitta sayang lalu tersenyum gemas melihat ekspresi Mitta, tidak hanya Hasana. Reza yang melihatnya diam diam mengumpat dalam hati karena pujaan hatinya menunjukan ekspresi yang sangat menggemaskan.
"Tau taunya adek kamu cuma ngeprank padahal si Reon udah hampir nangis tadi," guraunya.
"Mana ada Reon nangis, Bunda sembarangan kalau ngomong," bantah Reon tidak terima dituduh.
"Perasaan aku nggak seusil dia deh," bangga Mitta pada bundanya menunjukan sisi manjanya dengan bergelayut di lengan Hasana.
"Kamu kan belum nikah, belum ngerasain dong. Gimana Reza, kapan mau seriusin anak Ayah?" Riyon melemparkan guyonan yang langsung membuat mata Mitta melotot karena malu.
"Ayah apaan sih!"
"Anak ayah belum siap kayaknya," jawab Reza apa adanya dengan santai.
"Rezanya udah siap loh Kak, masa kamu nggak sih?"
'Oh ayolah jantung Mitta sedang tidak baik baik saja'
Reon merespon dengan senyumnya, Afzan tiba tiba duduk di sebelahnya lalu merangkul Reon.
"Apaan lo?!"
"Sopan! Gue kakak ipar woy! Nggak gue restuin sama adek gue mampus lo!" sinis Afzan membuat Reon menghela napas kasar, alay sekali kakak ipar kampretnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is My Star [Selesai]
Teen FictionPerjodohan? Berawal dari perjodohan yang terpaksa membuat Rasi dan Reon harus merasakan apa itu arti ikatan yang sah dalam agama. Karena permintaan kakek dari Rasi yang mengharuskan mereka berdua menikah, mengawali semuanya dari awal. Namun tidak...
[42] Gemas
Mulai dari awal