04 • Edelweiss

Mulai dari awal
                                    

Baru saja dia ingin berbalik keluar kelas, tanpa di duga-duga, seseorang menyerukan namanya.

"Orion!"

Azaela terlihat melambaikan tangan dari tempat duduknya. Sontak, seluruh siswa di kelasnya menatap ke arahnya. Badan Orion seketika kikuk, membatu seakan kakinya menginjak lem super.

Cewek itu masih melambaikan tangan padanya, senyum ceria terlihat terukir di wajahnya. "Sini!" ujarnya.

Orion menatap ngeri ke arah Azaela, dirinya seperti sedang dipermalukan. Apa-apaan itu?

Dengan cepat Orion beranjak keluar kelas, berjalan cepat menuju perpustakaan. Ah, bikin malu aja.

Orion sangat anti dengan perhatian. Setiap dirinya ditatap banyak orang, pasti jantungnya berdetak kencang. Seluruh mata melihat ke arahnya, hal itu membuat Orion tidak bisa melakukan apapun. Dia sangat tidak menyukainya.

Setibanya dia di perpustakaan, Orion melihat Marvi sedang belajar. Si peringkat kedua sekaligus ketua di kelasnya. Saat pemuda itu melihat Orion, kedua matanya melebar. "Althezza?"

Orion kembali memutar bola matanya. "Berhenti memanggil nama belakang gue!" tukasnya. Marvi tampak tak peduli dengan peringatannya, tatapan tidak sukanya terang-terangan ia tunjukkan pada Orion. "Tumben banget ke sini, gue kira ranking satu nggak perlu ke sini."

Jelas sekali sindirannya, Orion menggeleng pelan. Sejak dulu Marvi selalu mencela setiap apa yang Orion lakukan di depannya. Salah satu penyebabnya karena Orion peringkat satu dan dia selalu peringkat dua. beat me if you can.

Orion kembali teringat kejadian semalam, firasatnya mengatakan seseorang. Orion cepat-cepat menggeleng, tidak mungkin Marvi adalah orang yang mengawasinya semalam. Apa Marvi sampai nekat melakukan hal seperti itu?

"Ternyata lo di sini setiap pagi, pantes aja. Semangat belajarnya!" ujar Orion sambil mengedipkan sebelah matanya pada Marvi, kemudian dia melalui pemuda itu. Tatapan amarah Marvi terlihat jelas, rahangnya sampai gemeretak. "Lihat aja, gue bakalan ranking satu!"

"Ssst!" tegur penjaga perpustakaan.

Orion berhenti di salah satu rak tempat buku-buku fiksi berada. Dia mencari judul buku yang pernah ia temukan ketika ke perpustakaan. Orion penasaran dengan Aurora oranye. Dia telah mencarinya di internet, namun yang didapat hanya proses alami kemunculan Aurora pada umumnya.

Orion juga telah membaca seluruh cerita dongeng semalam. Buku itu hanya menceritakan kehidupan bahagia wanita yang melahirkan kedua putri kembar. Kemudian dia menjadi ratu di desanya, membangun istana dengan keistimewaan yang diwariskan padanya, dan memberikan kehidupan kepada warga setempat.

Orion juga masih tidak mengerti apa maksud dari dialog perempuan ajaib yang bagian, "kau harus menjaga antara hitam dan putih". Arti hitam dan putih memiliki arti yang luas. Orion tidak mengerti ke mana kalimatnya tertuju.

Orion mencari tahu cerita tersebut karena fenomena yang terjadi di dongeng tersebut kini terjadi padanya. Orion juga masih penasaran dengan sosok sejenis kucing hitam yang dapat berbicara. Bulu kuduk Orion kembali merinding setiap mengingatnya.

Orion telah membuka lebih sepuluh buku fiksi fantasi. Dia tidak menemukan apapun. Bodohnya gue mencari hal itu di sini. Cowok itu kemudian menghembuskan napas gusar, dia memikirkan fenomena itu. Apa gue berhenti nyari tahu ya?

ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang