~Adreil Ferupsea~

Mulai dari awal
                                    

"L-lo mau ngapain?"

Adreil menoleh.

"Santai aja, gue bukan cowok brengsek yang berbuat sesuatu yang ada di pikiran kotor lo itu," jelasnya lalu melangkah kan kakinya menuju sofa dekat kaca  besar yang menunjukan keindahan kota Jakarta jika di malam hari.

Felisya malu sendiri setelah mendengar perkataan Adreil.

Adreil sebelum duduk, membuka laci dan mengambil puluhan tumpukan kertas yang sekarang ia letakan di atas meja samping sofa-nya.

Felisya mulai sadar, kamar Adreil di dominasi cat berwarna hitam. Sepertinya lelaki itu menyukai warna gelap.

Semakin dirinya menelisik kamar itu, semakin pula ia kagum. Kamarnya sangat rapih dan bersih bahkan barang-barangnya terletak dengan sesuai. Di sudut kamarnya terletak seperti bangku kerja. Tetapi, di atas mejanya terdapat banyak kertas hvs dan alat-alat gambar.

Adreil membiarkan gadis itu memperhatikan isi kamarnya, sudah terlanjur tahu.

"Sudah puas liat-liat kamar gue, hm?"

Felisya tersadar dan menoleh menatap Adreil.

Sedangkan Adreil terkekeh, lalu mengajak Felisya duduk di sampingnya.

"Lo ...?"

Adreil mengangguk dan mengangsurkan puluhan kertas yang ia gambar ke sebelahnya yang terdapat Felisya.

Gadis itu dengan senang hati menerima dan mulai melihat satu persatu kertas itu dengan semangat.

"Gila, gila! Ini keren banget Dreil, serius lo yang buat semua ini?!"

Adreil mengangguk lagi.

"Lo adalah orang yang pertama tahu," ujarnya jujur.

Felisya masih menatap gambar-gambar itu dengan takjub.

"Om Erlan gatau soal ini?"

Adreil tersenyum tipis. Ayah-nya hanya ingin dirinya menjadi penerusnya. Meski pernah sekali dulu Adreil menyinggung tentang cita-citanya, Erlan malah memotong dengan membahas masa depannya yang meneruskan semua yang ayahnya selama ini perjuangkan. Sejak saat itu Adreil mulai tahu kalau Erlan menginginkan Adreil seperti dirinya.

"Nggak, hanya lo doang yang tahu itu pun gak sengaja dan ... yeah lo tau tentang hal ini."

Felisya sejujurnya senang, dirinya menjadi orang pertama yang mengetahui hal ini. Seperti ada rasa bangga dalam hatinya.

"Lo jual karya lo ini gak?"

Felisya tidak ingin menyinggung dengan menanyakan kenapa Adreil tidak memberi tahu siapa pun, karna itu masuk ke privasinya.

"Tentu gue jual, makanya gue bisa beli Apartemen ini dan bayar anak buah gue. Jangan lupakan motor yang sering gue bawa itu hasil dari ini," sombongnya.

Felisya hanya menatap malas Adreil, ketika kesombongannya selalu terdengar.

"Berarti jadi Arsitek bayarannya lumayan?"

Adreil mengangkat bahunya. "Ya bisa di bilang gitu, lumayan lah."

"Tapi, mereka gak tahu kalau gue yang buat ini termasuk ayah gue sendiri."

Felisya menatap Adreil, laki-laki itu memang memiliki paras yang sangat tampan. Bagaimana tidak? Semua orang tetap memujinya dan menyukainya meski telah melakukan hal buruk sekalipun. Termasuk dirinya, yang mulai semakin jatuh cinta ketika melihat sosok lain dalam diri Adreil.

"Tapi kenapa bisa karya lo di apresiasi, padahal mereka gatau siapa yang membuatnya."

Adreil tersenyum sombong. "Karna karya gue emang keren, lagian zaman sekarang semakin canggih dan yang mereka butuhin juga hasilnya bukan siapa orang yang berproses dihasil itu sendiri." Adreil lalu menatap Felisya. "Bener, kan?"

Felisya membenarkan.

"Lo hebat, gue yakin. Salah satu orang selalu mendo'a kan lo, itu yang harus mulai lo percaya dan ingat."

Adreil terdiam.

Siapa?

*****

Pengganti update selama kemarin

See you next part!

ADREIL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang