Siska melirik dari kaca depan, bergumam beberapa detik. "Tante bukan supir deh, Van. Duduk di depan kenapa," ujarnya dengan wajah sengaja ditekuk.
"Males. Tante lama. Kaki aku sampe pegel. Cepetan jalan. Atau aku kasih bintang satu nih ya," ujarnya kesal sambil melipat tangan di dada.
"Dih!!! Adek kejam. Emang mau kemana sih?" Siska langsung melajukan mobilnya.
"Aku mau ketemu someone."
"Eh. Kata Bunda kamu belum boleh pacaran loh."
"Dih! Siapa juga yang mau bolos demi pacar."
"Ya jadi siapa toh Ndok?"
Vany diam sejenak, membuang pandangannya ke kaca jendela mobil. "Ntar Tante juga tahu."
Siska melirik dari kaca. Ekspresi itu cukup menjelaskan kalau sepertinya dia tidak bertanya lebih jauh dan mengikuti kemauan Vany.
"Oke. Tapi Tante butuh tau kemana mobil ini meluncur. So, kita ke-?" tanya Siska hati-hati.
"Ntar aku kasih tau arahnya, Tant."
Siska mengangguk. "Oke."
***
Mobil Hanna tiba di parkiran bandara. Ia lalu melirik arlojinya.
"Pesawat kamu jam berapa, Nas?"
"Hm? Oh. Itu jam sepuluh."
"Oke. Masih sembilan puluh menit lagi. Ini dimakan dulu Roti Toast-nya, terus ini teh hangat kesukaan kamu."
Nastiti menerima roti dan tehnya. Ia masih terlihat canggung. Ia bisa merasakan kalau Hanna sedang berusaha untuk mencairkan suasana.
"Kamu udah check in, kan?" tanya Hanna sambil meminum perlahan teh hangatnya juga.
Nastiti menggeleng. "Rencana ini aku mau --
--Mana HP kamu?" Potong Hanna.
"Iya?"
"Iya HP kamu. Biar aku check in online aja. Kamu nggak harus antri manual kayak gitu, Nas. Repot. Sini."
"Oh. Nggak usah, aku lagi pingin --
-- Nas," Nada bicara Hanna mendadak berubah, membuat Nastiti mengerti memberikan ponsel itu kepada Hanna.
Selama Hanna memegang ponsel, Nastiti hanya diam sambil memakan rotinya. Jika biasanya Nastiti akan dengan ringannya menempelkan bahunya ke bahu Hanna untuk sama-sama melihat ponsel itu, kali ini ia tidak bisa melakukannya. Ia hanya melirik Hanna diam-diam, lalu kembali pura-pura sibuk dengan roti dan tehnya.
Hanna terlihat begitu cekatan membuka ponsel Nastiti. Mulai dari sandi pembuka kunci layar, di mana letak chrome, dan mengisi data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan proses check in. Hal ini cukup menjelaskan bahwa ia masih mengingat segala hal tentang Nastiti.
"Nih udah." Hanna memberikan ponselnya, lalu menghidupkan musik.
Mereka mendengarkan musik sambil menikmati roti dan teh milik mereka. Tidak ada pembicaraan selama hampir dua menit. Jika Nastiti berpura-pura untuk tetap bersikap tenang, Hanna justru sibuk memikirkan kalimat apa yang akan dia sampaikan pada momen penting seperti ini.
"Amanda apa kabar, Nas?" tanya Hanna.
Nastiti menoleh sejenak, lalu mengalihkan pandangannya kembali pada cup -nya. "Baik. Mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Two Hurts (GxG - COMPLETE)
Romance[Terima kasih sebelumnya karena tidak memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun] Cerita ini lanjutan dari kisah Hanna dan Siska di judul The Two Hurts karya Awannis07. Warning : GxG Content, 18+ copyright @Juli 2020
The Two Hurts - 28
Mulai dari awal