Mendengar jawaban Sakura, Chiyo kembali memberikan senyum lembut. "Jadi, putri mengkhawatirkan pangeran? Bagaimana jika menghampirinya?" tanya Chiyo, dengan baik memberi saran.

Menegakkan tubuhnya, Sakura kemudian tersenyum lebar. "Baiklah, aku akan menemui Gaara," ucap Sakura memutuskan dengan nada riang.

~~~~~~~~~~~~~

"Yang mulia, putri Sakura ingin menemui anda," ujar salah seorang pengawal memberitahu.

"Biarkan dia masuk," balas Gaara mengizinkan.

Tumpukan buku memenuhi mejanya, Gaara menghembuskan nafas frustasi, banyak hal yang harus dipelajari sebagai seorang pewaris.

Langkah kaki kecil terdengar, namun karena terlalu fokus dengan tugasnya Gaara bahkan tidak menyadari kehadiran seorang anak perempuan yang menatapnya dengan cemberut.

"Gaara," panggilnya.

Menoleh, Gaara tersenyum kemudian berdiri dari kursinya dan menghampiri Sakura. "Ada apa, Saku?" tanyanya.

Melipat kedua tangannya didepan dada, Sakura membuat ekspresi yang menurut Gaada terlihat imut. "Kau, bukankah jam belajar sudah lewat?" tanyanya.

Tertawa pelan, Gaara lalu membawa Sakura. Tunangannya itu menuju meja dengan dua kursi, yang telat disiapkan beberapa jenis cemilan diatasnya.

"Anggap saja jam belajarku ditambah," balas Gaara santai.

Kedua anak berbeda gender dengan jarak umur selisih dua tahun itu memang akrab, bahkan dirumorkan akan menjadi Ratu dan Kaisar terhumoris dimasa mendatang.

Dikarenakan, kedekatan keduanya yang terjalin sejak kecil. Dan, tidak dapat diragukan lagi.

Seolah lupa dengan maksud kedatangannya kemari, Sakura memakan cemilan diatas meja dengan anggun.

Membuat Gaara yang memperhatikannya kini tersenyum simpul, "Ternyata kau sudah menguasai tata krama jamuan makan," ungkapnya.

Bibir Sakura mencebik, "Tentu saja, jangan meremehkan aku," jawab Sakura sedikit kesal.

Gaara terkekeh, calon Kaisar dimasa depan itu kemudian bersedekap dada. "Kau pasti menjadi ratu yang sempurna."

Menganggukkan kepalanya, Sakura tentu saja menyetujui perkataan Gaara. "Jadi, kau harus menjadi Kaisar yang sempurna juga," ucap Sakura secara terang terangan menantang Gaara.

Menggelengkan kepalanya, Gaara kemudian menatap Sakura. "Maafkan aku."

Paham dengan maksud Gaara, Sakura balik menatapnya. "Bukankah seharusnya kau ucapkan itu pada Uchiha Sasuke."

Hening, keduanya terdiam cukup lama. Hingga Gaara menghela nafas pelan dan menatap Sakura.

"Kau calon ratu, kan? Maka pergilah, gantikan aku untuk meminta maaf pada pangeran Uchiha."

"Ini perintah atau meminta tolong?" tanya Sakura dengan berani.

Gaara terkekeh, kemudian berdiri dan mengusap pucuk kepala Sakura. "Tidak keduanya," balasnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Sakura mengintip dengan takut takut, tanpa ditemani dayang. Putri mahkota kesayangan kekaisaran itu datang menghampiri tempat latihan di sore hari.

Maniknya menatap pada seorang anak laki laki yang lebih tinggi darinya, namun mungkin sepantaran dengan Gaara.

Uchiha Sasuke, pangeran kekaisaran Utara itu masih sibuk berlatih seni pedangnya.

Namun bukan itu yang Sakura pikirkan, putri mahkota itu menatap pada pipi Sasuke. Dimana luka gores itu masih dibiarkan tanpa ada yang mengobati.

Pangeran II kekaisaran Uchiha adalah anak selir, itulah mengapa dia masih dipandang sebelah mata.

Scandal [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang