Rasya memegang tangan Vina, Vina yang refleks hanya diam saja saat Rasya memegang tangannya. Lalu Rasya memberikan martabak tersebut, Vina yang tidak enak hati, akhirnya terpaksa menerima itu karena ia ingin menghargai Rasya.
"Makasih ya."
Rasya tersenyum, lalu mengangguk, "Gak di ijinin buat masuk atau duduk dulu gitu?"
Vina yang baru sadar karena sedari tadi mereka hanya berdiri terus, akhirnya Rasya mengode Vina.
"Eh, sebenernya gue mau keluar."
"Mau gue antar?"
"Gak usah."
"Tapi Vin, gue haus. Boleh 'kan, mampir sebentar?"
Nampaknya cowok ini sebelas, dua belas dengan Alvino. Menyebalkan sekali.
Dengan terpaksa Vina menerima tawaran Rasya untuk bermain sebentar di rumahnya.
"Gue ambil air dulu," pamit Vina.
Saat Vina ingin membukakan pintu, tiba-tiba sudah ada yang membuka pintu duluan.
Ceklek
Vina refleks kaget, degup jantungnya kencang tak karuan.
"Mana nasgor gue?"
"Kenapa diem? Lo gak beli ya?"
Vina masih diam, ia sedang menetralkan degup jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Sumpah, rasanya ia ingin menghilang kali ini, ia tidak tau harus berbicara apa kali ini, saat melihat Alvino pun dirinya sudah speechless.
"Mana?" tanya Alvino sekali lagi.
"Vin, kok lam-"
"Lo!" ucap Alvino yang kaget.
"Alvino? Lo ada di rumah Vina?"
Alvino hanya diam, ia menatap Rasya dengan tatapan datar. Sekarang yang ada dipikiran Alvino adalah mengapa Rasya ada di rumah Vina? dan mengapa Vina tidak memberitahu dirinya bahwa Rasya akan ke rumahnya? Ini benar-benar membuat Alvino penasaran, sekaligus curiga pada Vina. Ada hubungan apa antara Vina dengan Rasya.
Vina hanya diam, ia bingung harus bagaimana sekarang. Bisa dibilang, posisi ini membuat dirinya takut setengah mati. Entah itu respon dari Alvino ataupun Rasya.
"Lo ngapain kesini?" tanya Alvino to the point.
"Nganterin martabak buat Vina. Lo ngapain?"
"Kepo!"
Rasya mengangkat bahunya tak acuh, sebenarnya ia tidak peduli apa alasan Alvino berada di rumah Vina. Namun, ia bingung juga mengapa waktunya bisa pas di saat dia mampir, padahal niatnya ingin berduaan bersama Vina.
"G-ue... ambil minum dulu," pamit Vina yang langsung lari terburu-buru.
Keringat sudah menjulur pada wajah dan badan Vina. Jujur, ini seperti menegangkan padahal seharusnya ia biasa saja.
"Gue kayak orang yang mau di terkam sama binatang buas, anjir," gumam Vina.
Vina masih setia membuatkan minum untuk dua orang lelaki yang kini sedang berada di rumahnya.
Di sisi lain, Alvino menatap tidak suka pada Rasya, begitupun Rasya pada Alvino. Tatapan mereka sangatlah tajam, setajam silet.
"Lo siapanya Vin?" tanya Rasya.
Alvino melipatkan kedua tangannya di depan badannya, "urusannya sama lo apa? bukannya waktu itu udah jelas ya. Gue sama Alvina itu pacaran!"
"Ya, gue nanya aja. Tapi gue gak yakin kalau Lo berdua pacaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
Teen FictionAlvino Arkana Saputra, cowok cool yang kerap di panggil Al atau Vino. Kapten basket yang sukanya cari gara-gara pada seorang perempuan yang sering di sapa Vina. Nama Alvino dan Alvina memang mirip, Alvino yang sering menggoda Vina, dan Vina yang se...
|°'Bagian 22'°|
Mulai dari awal