37. Lost

1.9K 316 30
                                    

Jawa Tengah | 29 Oktober 2021
By : GwenXylona

-Lost-

Lima hari Jaemin hilang, entah kemana perginya si bungsu Biantara itu, ratusan kali mencoba menghubunginya tak kunjung ada jawaban, semua orang sudah pasrah dengan keadaan, Jaemin hilang seolah di ambil oleh alam, tidak ada jejaknya, tiba-tiba saja lenyap pada dua hari yang lalu ketika Renjun hendak memanggil anak itu untuk sarapan. Ia kira Jaemin sudah lebih dulu pergi dari rumah untuk urusan pekerjaan atau entah apa itu, tetapi sudah satu pekan, seluruh teman-temannya tak ada yang tahu, ponsel ada di rumah tidak di bawa oleh Jaemin, tidak ada tanda apapun sebagai petunjuk.

Jaehyun, laki-laki itu sudah nyaris gila kesana kemari mencari adiknya yang entah di mana dan bagaimana keadaannya, bahkan Guanlin pun ia datangi untuk sekedar bertanya apakah ada Somi di sekitar mereka, lalu Guanlin menjawab jika Somi ada di rumah Kakek Lee, hantu cantik itu juga tidak tahu di mana Jaemin, cukup membuat Jaehyun pasrah dengan keadaan.

Polisi? Ya sekarang masih dalam tahap penyelidikan. Aktifitas padat Dream Blood seketika padam, mereka memutuskan berhenti sampai Jaemin kembali entah kapan. Bagai masakan tanpa garam, maka mereka juga akan sehambar itu tanpa Jaemin.

Hari ini cukup cerah, mentari bersinar tanpa lelah seperti biasanya seolah semua baik-baik saja, tak peduli dengan bagaimana suram dan lelahnya wajah penghuni rumah Kakek Lee, dunia seolah sedang bahagia dengan cerahnya cuaca hari ini, seolah menertawakan keadaan. Kalau saja Jaemin pergi setidaknya membawa dompet, mereka tidak akan begitu khawatir, masalahnya seluruh barang-barang yang selalu Jaemin bawa kemanapun saat ini ada di rumah, semua kartu lengkap ada di dompet yang ada di dalam ranselnya. Itu berarti Jaemin pergi hanya dengan piyama yang menempel di tubuhnya malam hari sebelum ia hilang.

"Makan dulu, Bang." Jeno menyodorkan sepiring nasi pada Jaehyun yang masih sibuk dengan ponselnya, Jeno tahu jika Jaehyun pasti sibuk menghubungi orang-orangnya untuk bergerak cepat.

"Iya makasih, bentar, Jen." Jaehyun menyahut tanpa menoleh sedikitpun dari ponsel itu.

"Lo dari pagi gitu mulu jawabnya, nggak lucu kalau pas Jaemin pulang terus lo malah sakit. Nih makan! Atau gue suapin?"

Jaehyun menyerah, memalukan jika sampai Jeno menyuapinya, pria itu lantas mulai menikmati hidangan yang jelas di buat oleh Haechan. Adiknya yang satu itu mungkin menyibukan diri dengan rajin memasak supaya sedikit banyak bisa melupakan Jaemin sejenak, meskipun tak mengelak jika tiga jarinya menjadi korban tak sengaja pisau akibat tak fokus mengiris.

Suasana masih hening, di meja makan ini memang hanya ada Jaehyun dan Jeno, Renjun dan Haechan ada di kamar mereka masing-masing, bisa di tebak jika Renjun pasti sedang memoleskan tinta di atas kanvas, sementara Haechan mungkin bermain game dengan penuh emosi, cara setiap orang untuk menenangkan diri itu berbeda, termasuk para bujang. Jeno sendiri lebih memilih menyibukan diri untuk membersihkan rumah bahkan halaman beserta kolam, sekaligus olah raga katanya.

Brak!!

Mereka berdua terkejut, sontak berdiri begitu suara pintu di dobrak, diikuti derap langkah cepat terdengar, kemudian muncul seorang Guanlin dengan wajah panik yang mencoba di redakan, namun tetap saja terlihat paniknya.

Jeno menyirit bingung, "Lo kenapa?" tanyanya mewakili.

"J-Jaemin, dia---"

"Adek gue, kenapa??"

Guanlin meringis begitu Jaehyun menyela ucapannya, "Gue dapat sinyal permintaan tolong dari dia," ujarnya mencoba sangat tenang mengesampingkan napasnya yang masih menderu.

Linier [Babu Lee]Where stories live. Discover now