"Tapi bahkan gue aja belum punya usaha sendiri buat nafkahin Lo. Nggak berguna banget gue"
"Jangan gitu, Erno. Kita sama-sama masih berusaha buat semuanya, ini masih proses" balas Dinda kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Erno
"Dan apapun yang terjadi kemarin, sekarang, ataupun nanti, gue nggak akan pernah nyesel sedikitpun" lanjutnya
Erno pun kembali memeluk Dinda dengan erat dan meletakkan kepalanya di bawah kepala sang istri.
"Kenapa gue tiba-tiba jadi cengeng banget?" gumam Erno dengan suara serak, matanya berkaca-kaca, oh sial
"Lo pikir gue enggak?" balas Dinda
Erno pun mendongak untuk menatap wajah Dinda dan melihat mata berair gadis itu.
"Lo lucu kalau mau nangis kayak gitu"
"Erno! Bisa nggak sih sekali aja Lo--hmpt"
Erno menggelengkan kepalanya, "Jangan berisik" ucapnya mengingatkan
Setelah itu dia melepaskan bekapannya pada mulut Dinda dan kembali ke posisinya tadi.
"Lo modus banget"
"Ya nggak pa-pa dong, istri gue sendiri kok yang gue modusin" balas Erno
"Btw, Lo pinter banget ngendaliin emosi Lo"
Dinda mengerutkan keningnya mendengar ucapan Erno barusan, "Maksudnya?"
"Jantung Lo deg-degan separah ini tapi nada suara Lo biasa aja"
Dinda mengumpat dalam hati, wajahnya pun memerah dan dia langsung mendorong Erno menjauh darinya dan dia membalikkan tubuhnya membelakangi Erno.
Erno pun kembali membalik tubuh Dinda agar menghadapnya dan dia menarik gadis itu ke dalam pelukannya, "Dengerin detak jantung gue juga"
Dinda tidak menjawab dan lebih memilih menikmati detak jantung laki-laki itu sembari menutup mata dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Erno.
Erno hanya tersenyum kecil melihat kelakuan Dinda dan dia pun ikut memejamkan mata dengan Dinda yang berada dalam pelukannya.
*#*
"Tumben kamu nggak lari pagi kayak weekend sebelum-sebelumnya" celetuk Andre saat melihat putranya baru keluar dari kamar pada pukul 6
Erno mendudukkan dirinya di kursi meja makan di dekat sang ayah lalu menjawab, "Mager banget Erno hari ini, mungkin besok aja lari paginya"
Andre hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Dinda di dapur, Yah?" tanya Erno pada Andre
"Istrinya siapa, tanyanya ke siapa?" sindir Andre tanpa menoleh ke arah Erno dan malah sibuk melihat berita di handphonenya
Erno berdecak pelan lalu berdiri dari kursinya dan pergi ke dapur.
"Pagi, Bunda" sapa Erno pada Ratna
Wanita itu menoleh sekilas, "Pagi, sayang" balasnya
Melihat Dinda juga ada di sana, Erno menghampiri gadis itu, "Dinda"
Tak
Dinda membalikkan tubuhnya kesal. Untung saja pisau yang sedang ia gunakan untuk memotong wortel itu tidak mengenai tangannya.
"Apa, Erno?"
"Masa' gue panggil gitu aja kaget sih? Lagi ngelamun ya Lo?"
"Sok tau" balas Dinda lalu kembali fokus ke kegiatan memotong wortel di depannya
"Abis sarapan Lo ada acara apa?" tanya Erno bersandar di meja dapur
"Nggak ada acara apa-apa" jawab Dinda
"Gimana kalau--"
"Bun, ini wortelnya" Dinda pergi menuju Ratna untuk memberikan wortel yang telah ia potong-potong, mengabaikan Erno
"Makasih, sayang" balas Ratna menerimanya
"Dinda bisa bantuin apa lagi? Oh ini sayur sop nya belum jadi kan? Biar Dinda lanjutin ya, Bun"
"Udah, biar Bunda aja. Liat tuh Erno dari tadi kamu cuekin sampai mukanya kusut" jawab Ratna melirik putranya dengan senyum geli
"Biarin aja, Bun. Kan--"
"Apa-apaan bilang 'biarin aja'? Gue ini suami Lo" kesal Erno memotong ucapan Dinda
"Hayoloh Erno nya ngambek" goda Ratna melihat putranya pergi meninggalkan dapur
Dinda menghela napas, "Dari dulu Erno emang sering gitu ya, Bun?" tanyanya pada sang ibu mertua
"Enggak, sayang. Erno jarang banget kayak gitu. Ngambek atau manja, itu jarang banget dia tunjukin. Mungkin dia ngerasa mulai bener-bener terikat sama kamu, bergantung sama kamu, makanya semua ekspresinya keluar" jawab Ratna sambil tersenyum, "Sana susulin, makin ngambek nanti" lanjutnya sambil terkekeh
Dinda ikut tersenyum lalu pergi untuk menyusul Erno.
Namun saat keluar dari dapur, dia sudah tidak melihat Erno. Padahal tadi ia kira Erno pergi ke meja makan.
"Yah, Erno tadi kemana?" tanya Dinda pada Andre
"Erno? Kayaknya dia ke belakang" jawab Andre
"Makasih, Yah" ucap Dinda berlalu dari sana
Gadis itu berjalan ke bagian belakang rumah dan menemukan Erno berdiri sendirian di sana.
"Erno" panggil Dinda yang hanya membuat Erno menoleh sedikit lalu kembali menghadap ke depan
Grep
"Lo ngambek?" tanya Dinda memeluk Erno dari belakang
"Oh really? Masih nanya lagi, ya iya lah" jawab Erno ketus
"Kenapa?"
"Sekali-kali perhatiin gue gitu kek, kita cari waktu berdua. Mumpung hari libur juga, waktu kita berduaan lebih banyak. Gue lebih seneng Lo merhatiin gue daripada ngelakuin hal yang lain. Itu juga termasuk kewajiban Lo kan? Nyenengin suami" jawab Erno mengerucutkan bibirnya kesal
Tangannya bergerak menyentuh tangan Dinda yang tengah memeluknya.
"Gue orangnya tuh nggak peka, Erno. Kalau mau apa-apa bilang aja, nggak perlu ada gengsi atau semacamnya. Dan maaf kalau gue emang belum bisa jadi istri yang baik buat Lo"
"Nggak peka Lo kelewatan, udah masuk ke cuek" balas Erno mencibir
"Yaudah maafin gue. Sekarang Lo mau apa?" Dinda melepaskan pelukannya sedangkan Erno berbalik menghadapnya
*#*#*#*
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here with You, Adinda
Teen Fiction"Yaudah kita nikah aja kalau gitu" putus Erno kelewat pasrah "Lo gila?!" "Cuma ganti status doang elah" "Cuma ganti status kata Lo?!" sentak Dinda mencengkeram kerah seragam Erno dengan geram "Pernikahan itu nggak segampang itu!" lanjutnya "Gue tau...
[22] Tidur
Mulai dari awal