"Saya salah udah berbicara kasar sama kamu. Saya benar-benar minta maaf. Udah ya, nangisnya," kata Arland lagi tetap berusaha menenangkan Aya.
Lantas Arland mencoba untuk menjangkau ujung selimut untuk menariknya perlahan. Dilihatnya Aya yang masih menangis dengan posisi membelakanginya. Lalu Arland memeluk punggung gadis itu secara hati-hati. Takut jika Aya tidak menerima pergerakannya ini. Dan ternyata, Aya hanya diam. Selain itu, tangisannya juga berhenti dalam sekejap.
"Maafin saya, ya. Saya janji enggak akan berbicara kasar lagi sama kamu. Saya yang salah," ucap Arland.
Sontak Aya membalikan badannya menghadap Arland. Aya melingkarkan kedua tangannya di balik punggung cowok itu. Menenggelamkan wajahnya di dada Arland. Begitu erat.
"Gue enggak suka elo marah-marah kayak gitu," ucap Aya terdengar seperti sebuah bisikan.
Arland terkesiap. Dia melonggarkan pelukan untuk bisa menatap wajah Aya dengan benar.
"Kamu ngomong apa barusan?"
"Gue ... enggak suka ... kalo elo ... marah-marah sama gue," ulang Aya dengan jeda di setiap beberapa kata yang ia ucapakan.
Wajah Arland berbinar. Dia kembali menarik wajah Aya untuk tenggelam di dadanya seperti tadi.
"Makasih karena kamu udah kembali seperti Cahaya yang saya kenal," gumam Arland sambil mengelus lembut rambut belakang Aya.
_____
Arland terlelap di sebelah Aya sampai pagi datang. Sebenarnya Kenji maupun suster sudah datang di jam 9. Namun, Kenji sengaja membiarkan Arland tetap berada di sisi Aya.
Di antara keduanya, Arland yang lebih dulu membuka matanya. Dia menemukan Aya yang masih terlelap di sebelahnya. Memandangi wajah Aya begitu lekat.
"Harusnya saya enggak menyalahkan kamu atas kelalaian yang saya buat sendiri. Saya yang salah," ucap Arland di dalam hatinya. Dia masih terus memandangi wajah Aya.
"Justru saya harus berterimakasih sama kamu karena udah menyembukan duka saya yang ada sejak lama. Kamu berhasil membuka dunia saya kembali."
Pelan-pelan Aya membuka matanya. Gadis itu langsung menampilkan senyum indahnya di depan wajah Arland.
"Selamat pagi, Arland," ujarnya.
"Pagi," balas Arland juga membalas senyuman Aya.
"Gue harap ini bukan mimpi," kata Aya.
Arland menggeleng kuat. "Bukan. Ini bukan mimpi."
"Kalo gitu apa boleh gue pastiin sekali lagi."
"Pastiin apa?" tanya Arland tampak heran.
Lalu Aya mendekat ke Arland. Memeluk cowok itu lagi seperti tadi malam.
"Makasih ya, atas kehadiran lo selama ini," ucap Aya.
Pintu kamar terbuka. Kenji berdiri di ambang pintu dan memergoki Aya yang masih memeluk Arland. Kalau Arland terlihat canggung, berbeda dengan Aya yang tampak masa bodo. Ia tetap mengeratkan pelukannya pada cowok itu.
"Saya tunggu kalian di ruang makan, ya. Cahaya harus minum obat," suruh Kenji ke Arland.
"Siap, Kenji!" sahut Aya dengan antusias.
Lantas Aya beranjak dari ranjang setelah melepas pelukannya pada Arland. Sedangkan cowok itu masih terlihat kikuk di posisinya.
"Kita udah kayak suami istri, ya," celetuk Aya sambil terkekeh geli. Sementara Arland malah menjadi salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia untuk Arland (TAMAT)
Teen FictionArland memang sudah sembuh dari tumornya. Namun, jika karena hal itu ia harus kehilangan Naya, maka Arland memilih untuk tidak sembuh dari penyakitnya. Semenjak kepergian Naya setahun lalu, membuat hidup Arland berubah 180 drajat berbeda. Sekarang...
Eps. 20 - Kembalinya Cahaya
Mulai dari awal