Uri Maknae|| 10

Mulai dari awal
                                    

Ya, memang sejak dirawat waktu itu Ni-ki jadi lebih banyak diam. Tidak seaktif biasanya. Lebih banyak menghabiskan waktu dikamar juga setiap selesai jadwal.

"Coba kalian ajak main, siapa tahu itu bisa membuat suasana hatinya membaik."

"Ne, kami bersih-bersih dulu."

Tak

Ni-ki melempar hpnya asal tidak peduli benda persegi itu jatuh kelantai. Ia menekuk kedua lututnya dan memeluknya erat, membenamkan wajah diantara celah.

Ia baru saja mencari tahu di internet tentang penyakit yang memiliki gejala yang sama dengannya. Ada satu kemungkinan merujuk pada satu penyakit, dan itu membuat Ni-ki ketakutan jika itu benar terjadi. Tapi, ini hanyalah informasi internet, tentu tidak mungkin sepenuhnya benar.

Awalnya Ni-ki ingin mencari hiburan dengan melihat akun media sosial pribadinya yang biasa ia pakai untuk melihat postingan Engene. Tapi sepertinya Ni-ki lupa bahwa ia masih terlibat skandal pembullyan.

Alhasil yang ia lihat hanya percekcokan antara para hattersnya dan Engene yang masih menganggapnya. Astaga, kenapa menjadi idol sangat sulit?

Lucu sekali, Ni-ki selalu didukung oleh keluarga untuk menggapai mimpinya tapi malah di patahkan oleh orang yang bahkan ia tak kenal. Siapa mereka, kenapa dengan enaknya mengatai bahwa ia tak pantas menjadi idol.

Tok tok tok

Ni-ki mengangkat wajahnya dan menoleh kearah pintu, sejenak ia melirik kearah jam yang menunjukan pukul 17.23 ah, pasti hyung-deulnya sudah pulang.

Sebelum membukakan pintu, Ni-ki merapihkan penampilannya terutama rambutnya yang berantakan. Menarik napas dan memasang senyum andalannya.

Saat pintu terbuka langsung memperlihatkan Jay dengan kedua tangan yang membawa nampan berisi semangkuk bubur, air dan obat.

"Manager hyung bilang kamu belum makan, jadi hyung buat 'kan bubur," ucapnya sambil menaruh nampan itu diatas nakas.

"Ni-ki nggak selera makan, hyung. Nanti saja."

Tak mendengarkan ucapan Ni-ki, Jay menarik tangan adiknya dan mendudukannya dikasur. Satu tangan Jay memegang mangkuk dan satunya lagi memegang sendok bersiap untuk menyuapi Ni-ki.

"Hyung."

"Makan."

"Shiro ..."

"Kie-ya, makan. Kalau kamu makan, hyung janji deh beliin apa aja yang Ni-ki mau," bujuk Jay namun hanya dibalas gelengan.

Sungguh perutnya mual, dan melihat bubur itu membuar perutnya bergejolak tak nyaman. Ditambah sakit pada lututnya yang tidak hilang dari tadi membuat Ni-ki tidak berselera untuk makan.

"Beberapa suap saja, ya? Asal ada yang masuk. Hyung sudah membuat bubur untuk Ni-ki, masa gak dimakan."

Melihat raut wajah Jay yang nampak lelah bahkan kantong matanya menghitam membuat Ni-ki tak tega dan merasa bersalah. Hyungnya capek dan ia malah menjadi beban.

"Baiklah." Jay tersenyum saat Ni-ki membuka mulut, ia langsung menyuapi Ni-ki walau anak itu malah memakan seujung sendok saja. Tapi tak apa dari pada tidak makan sama sekali.

Hal yang Ni-ki hindari benar terjadi, baru tiga suap perutnya langsung memberontak tak terima. Melihat Ni-ki yang berlari keluar kamar membuat Jay panik dan langsung ikut menyusulnya.

Untung saja kamar mandi dilantai 2 kosong jadi Ni-ki tidak perlu bersusah payah turun. Ni-ki langsung memuntahkan semua yang masuk kedalam perutnya dicloset.

Uri Maknae |Ni-ki| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang