Di luar, tepatnya di lorong, mereka berdua duduk di sebuah kursi.

Terdengar helaan napas dari Ardi. "Tapi ini belum tentu kesalahan Bryan, Papa benar-benar gak yakin dia bersalah atas semua ini. Jadi, jangan pernah kamu anggap ini sepenuhnya benar."

Alan menatap sang Papa. "Apa orang yang bernama Jio yang mengakui hal ini, Pa? Atau Papa Hazen?"

"Jio."

Mendengar jawaban sang Papa, Alan segera berdiri, berniat akan menemui orang yang bernama Jio tersebut, namun dengan cepat Ardi mencekal tangannya.

"Jangan sekarang. Dia benar-benar tidak mau mengaku lagi. Katanya dia hanya asal menyebutkan namanya, tapi Papa masih belum percaya hal itu." jelas Ardi.

Alan duduk kembali dengan penuh kesal. Lalu ia menunduk dan menjambak rambutnya frustasi.

Setelah itu, Alan kembali menatap Papanya. "Papa Bryan gak mungkin dalang di balik semua ini. Kalau pun dia balas dendam dengan apa yang udah aku lakuin terhadap Nalla, itu gak mungkin, Pa. Karena kejadian pencurian foto itu bahkan sebelum aku menikahi Hazen." jelas Alan.

Ardi mengangguk, "Papa mengerti, Papa juga tahu hal itu. Dan Papa udah bilang sama kamu, jangan anggap hal ini benar. Kita bakal selidiki lagi lebih dalam." ucap Ardi sambil menepuk pelan bahu Alan, menenangkannya.

Alan terus diam, pikirannya benar-benar kembali kacau saat ini.

"Papa dan para bodyguard akan kembali ke kantor sekarang. Kamu segera menyusul." ucap Ardi yang kini bergegas pergi meninggalkan Alan.

Alan terus memikirkan hal yang benar-benar tak disangkanya. Apa mungkin mertuanya yang melakukan semua ini?

Alan kembali memejamkan matanya sejenak, itu tidak mungkin.

Semoga nanti, semuanya akan terungkap dan apa yang ia pikirkan sekarang, itu tidak akan terjadi.








***











Nalla duduk di ranjang kamarnya bersama sang Bunda. Misha sejak tadi terus menemani Nalla karena kejadian buruk yang di alami oleh menantunya di kantor tadi.

Misha memeluknya erat sambil terus menenangkan menantunya. "Kamu gak boleh kepikiran berat akan hal ini, sekarang pikirin aja bayi yang ada di kandungan kamu. Kamu juga harus jaga kesehatan, ya sayang."

Nalla mengangguk paham.

Tak lama kemudian, Hazen masuk ke dalam kamar Nalla sambil membawa nampan yang berisi beberapa potong buah-buahan dan segelas susu putih.

"Nalla. Aku bawain kamu ini, di makan ya." ucap Hazen yang langsung meletakkan nampan itu di atas nakas.

Misha dan Nalla menatapnya bingung. Sejak kapan Hazen bisa menjadi sebaik ini.

"Kenapa? Aku salah ya?" tanya Hazen bingung.

Nalla menggeleng, "Makasih ya."

"Nalla, kamu istrahat aja ya. Sore ini biar bunda aja yang nemenin Arsyad belajar. Kamu jangan banyak pikiran." jelas Misha yang kini membaringkan kepala Nalla lalu menyelimuti menantunya itu.

"Makasih banyak ya, Bunda." jawab Nalla sambil tersenyum.

Misha mengangguk, "Yaudah Bunda mau ke kamar Arsyad dulu ya."

"Iya, Bunda."

Setelah Misha keluar dari kamar Nalla, Hazen melibatkan kedua tangannya lalu mengerutkan dahi, "Emangnya tadi ada kejadian apa di kantor?" tanya Hazen yang kini duduk di tepi ranjang.

NALLAN 2 Where stories live. Discover now