38. Sorry

1.7K 262 25
                                    

Jawa Tengah | 9 November 2021
By : GwenXylona

-Sorry-

Rasanya, sesuatu yang selama ini dekat dengan kita, kita tak akan mudah percaya dengan berita buruk apapun yang menyangkut seseorang tersebut, detik ini Jaemin belum sadar, berada di ruangan engap berwarna serba putih dengan aroma obat, entah sudah berapa kali Yeji kemari hanya karena satu alasan, yakni Jaemin Biantara. Malam telah larut, bulan dan bintang menjadi saksi bisu bagaimana saat ini yang bisa Yeji lakukan hanyalah menatap nanar Jaemin di depannya, suara bising dari Babu lainnya seolah tak mengganggu dirinya.

"Usia kita hanya selisih beberapa bulan, Jaem. Nggak mungkin apa yang di bilang Papi itu benar, kan?"

Somi dan Guanlin saling tatap begitu kalimat tersebut keluar dari bibir Yeji, sementara di sofa, trio Babu ribut sendiri bermain game, Jaehyun? Dia pulang untuk mandi, seolah rumah sakit sendiri, mereka tak peduli jika jam besuk sudah habis, tapi memang itu rumah sakit Biantara sih, jadi nggak apa-apa sak karep'e mereka, sak seneng'e mereka, mereka senang, kita juga senang.

"Bintang bintang apa yang gedhe?" tanya Haechan begitu heronya koit oleh Jeno.

"Matahari," Renjun menyahut tak acuh.

"Salah, hayo apa?"

"Mu Cephei," Jeno kini ikut menanggapi.

"Apaan mon capek mon capek, bukan anjir itu apaan!"

Ingin sekali Jeno melemparkan ponsel di tangannya ke kepala Haechan, namun ia masih sayang jika hero kesayangannya terbunuh oleh Renjun, di sana Guanlin yang hanya menyimak itu geleng-geleng kepala, "Kalian kalau ngomong sama dugong yang begini, mending ngalah dari pada kalian ikut bego." celetuknya agak kurang ajar.

"Bintang yang gedhe itu ya si Bintang anak teknik sipil itu, beratnya aja mungkin tiga kali lipatnya Renjun, hayo sekarang siapa yang goblok?"

"Orang tuh emang suka nggak sadar diri padahal di rumah ada kaca segedhe gaban, elu tuh juga gedhe anjir!"

Semuanya mengerjap, menatap brankar Jaemin yang saat ini Jaeminnya udah duduk anteng, tapi bibirnya monyong-monyong khas ibu-ibu kalau lagi julid. Haechan auto berdiri untuk menyambangi Jaemin di sana, wajahnya masih pucat, selang oksigen pun masih bertengger di antara bibir dan hidungnya, "Sejak kapan lo sadar? Kok udah duduk aja? Siapa yang bantuin? Emangnya nggak sakit? Mana yang sakit?" tanyanya bertubi-tubi.

"Abang mana?"

"Gue juga Abang lo! Mana yang sakit? Butuh dok---"

"Iya, Abang. Nggak usah makasih, lemes doang," Jaemin nyengir, akan tetapi setan juga tahu kalau cengirannya itu penuh kepalsuan.

"Jujur! Lo bisa bohong sama yang lain, tapi nggak sama gue!" tekan Jeno.

Jaemin menunduk, "Maaf, gue mau hanya ada manusia di sini, boleh?"

Somi dan Yeji saling tatap, kemudian seolah tahu jika Jaemin pasti tidak bisa semudah itu menerima keadaan, Somi membawa Yeji pergi, dalam hati Jaemin sempat mengucapkan kata maaf, dan sebelum lenyap dari pandangan Jaemin, Yeji juga sempat tersenyum dan mengangguk pertanda jika semuanya akan baik-baik saja.

"Kenapa? Ada apa?" tanya tiga Babu bersamaan.

"Lin, gue yakin lo lihat semua yang terjadi sebelum gue berakhir di tempat sialan ini, gue cuma mau bilang, gue nggak ngelakuin apapun, bahkan sejak kecil gue takut sama orang, gue nggak seperti itu, Om itu salah paham."

Linier [Babu Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang