Figure It Out

7 2 0
                                    


[Aku tahu ada yang lebih hebat dariku, lebih keren, lebih modis, lebih berbakat, lebih ... yaaa banyak lebihnya, tapi siapa yang peduli akan hal itu karena kelebihanku adalah ....]

.

.

"Terima kasih Class. Sampai jumpa dipertemuan berikutnya."

Beberapa orang sudah mulai merapikan alat tulis, ada pula yang sudah memanggil teman untuk hangout sebelum pulang. Seorang dosen yang masih merapikan meja menoleh saat seorang mahasiswi berpamitan dengannya.

"Oh iya Kala, tolong bantu saya rekap nilai kelas B untuk mata kuliah menejemen strategis. Kira-kira kamu bisa kapan?"

Gadis berambut sebahu dengan kaca mata bulat bertengger di hidung menghentikan niat untuk segera menjauh dari meja dosen. Ia meminta temannya untuk menunggu di luar hanya dengan lirikan mata dan gerakan tangan kecil. Kakinya melangkah mendekat ke meja, menyisakan jarak satu langkah antara dirinya dengan Pak Dosen.

"Saya bisa bantu hari ini Pak. Nanti malam bisa saya email-kan."

"Paling telat besok ya. Ingatkan saya untuk mengirim surel ke kamu kalau malam ini datanya belum dikirimkan."

"Siap Pak!"

Ada beberapa hal yang Kala tidak bisa tolak, salah satunya adalah permintaan dari dosen di depannya saat ini. Sebagai seorang asisten dosen dia harus bertanggung jawab pada tugasnya walau sering kali disadari atau tidak, ada yang harus Kala korbankan.

Percakapan kecil masih berlangsung mengenai perkembangan kelas yang di asdos oleh Kala. Gadis berkulit kuning langsat itu tidak melewatkan kesempatan berdiskusi dengan Pak Dosen Killer. Yaaa, anggap saja pendekatan supaya ia dapat dosen pembimbing beliau agar tidak perlu diuji olehnya.

Setelah berpamitan Kala terlonjat dan hampir menepis tangan yang tiba-tiba merangkutnya. Ceringan lebar diberikan seorang gadis yang masih setia merangkul bahu Kala sambil menyeratnya menjauh dari depan kelas.

"Sebentar ya?" Gadis berkucir kuda itu bersuara diakhiri dengan sebelah pipi yang mengembung dan helaan napas kecil.

"Maaf Sha, biasalah aku sekalian diskusi soal kelas dan beberapa hal mengenai skripsi."

"Baiklah, lo memang begitu orangnya. Itu dosen nggak nanya yang macem-macem kan?" Trisha perlahan melepas rangkulannya saat merasa jarak mereka sudah cukup jauh dari tempat sebelumnya. Setengah rambut bagian bawahnya yang berwarna unggu gelap bergerak kanan-kiri mengikuti langkah kakinya ikut berhenti saat mendegar respon Kala.

"Maksudnya?"

Trisha menepuk kening yang tertutup rambut, "Presentasi lo, La."

"Nggak sih. Ah! Bicara presentasi, kelompoknya si Hanum keren banget tadi. Materi dan pembawaan dia pas presentasi keren banget. Kayaknya dapet nilai tertinggi lagi deh." Mata Kala yang antusias serta bibirnya yang tak lelah tersenyum sambil memuji kemampuan Hanum serta kelompoknya membuat Trisha menatap sahabatnya sambil memincing tak suka.

"Kayaknya sih materiku kalah jauh dari punya Hanum. Hhmm, kalau ada setengah dari bobot materinya si Hanum udah bagus, aku perlu latihan lagi deh buat presentasi di pertemuan berikutnya biar bagus, minimal nggak jauh dari standarnya Hanum. Eh, Sha? Kenapa?"

Trisha tak ingin berkomentar, dengan satu helaan napas panjang lalu ia membalikkan badan. Kaki jenjang itu melangkah lebar dan cepat, meninggalkan sahabatnya yang sedang mengerutkan dahi. Kala bergeming beberapa saat, memangnya ia salah apa lagi? Hanum, mahasiswi dengan IPK tertinggi di angkatannya sudah tidak diragukan jika berkaitan dengan akademik. Selain parasnya yang rupawan nilainya juga menawan. Jika dibandingkan dirinya yang masih banyak kurang. Nilai akademiknya masih suka struggle kalau Kala malas belajar, lingkaran pertemannya juga tak seluas Hanum, Trisha adalah salah satu dari beberapa orang yang betah dekat dengannya, jika membicarakan siapa primadona tingkat fakultas yaaa Hanum langganan tipe ideal para pria. Percayalah banyak yang suka dengannya.

FIGURE IT OUTWhere stories live. Discover now