Ketigabelas

Mulai dari awal
                                    

"Lain kali saya akan mampir kesana,"

"Ajak suamimu juga kalau mampir. Aku pergi dulu ya,"

Mereka berpencar. Pergi ke unit masing-masing.

Ucapan ibu itu mengganggu pikiran Taehyung, berjalan sambil melamun. Untung tidak menabrak. Taehyung jadi semakin galau saja.

Memasukan pin apartemen Taeyong setelah sampai didepan pintu unit apartemen milik sahabatnya itu. Mendorong pintu setelah pintu apartemen berhasil dibuka.

Taehyung membuka pintu apartemen dengan luas sehingga memudahkannya untuk memasukkan stroller milik Junhe. Taeyong menyabut kedatangannya dengan riang, membuka sabuk pengaman stroller dan menggendong bayi gendut itu.

MUACH MUACH

Terdengar suara kecupan yang seperti dipaksa. Pasti setelah ini pipi Junhe akan memerah karena ciuman paksa Taeyong.

"Aku membawakanmu cake," Taehyung mulai menata cake yang dibawanya dan menaruh makan siang Junhe ke dalam mesin es, supaya nanti saat makan siang tinggal dihangatkan. Membuatkan susu untuk Junhe dan menaruh cake yang sudah dipotongi tadi ke meja depan televisi. Taeyong menidurkan Junhe di karpet dan memberikan susu yang sudah Taehyung buatkan.

"Dia sepertinya haus sekali," ucap Taeyong yang memperhatikan Junhe.

"Iya, aku mengajarinya untuk minum susu saat dirumah atau kalau sudah sampai ditempat tujuan. Biar Junhe terbiasa juga tidak meminum susu di kendaraan,"

"Calon papa yang baik, eh?" canda Taeyong.

Taehyung membalas dengan dengusan.

"Memang kau tidak ingin menjadi papa barunya?"

"Tidak terpikirkan olehku,"

"Sayang sekali. Aku sih mau-mau saja kalau dikasih kesempatan begitu. Siapa yang tidak mau menjadi suami dari Jeon Jeongguk dan mendapatkan bonus bayi gendut ini. Aku pasti sangat mau sekali," ucap Taeyong mengompori.

"Kau saja kalau begitu yang jadi papanya," ujar Taehyung sewot.

"Sayang sekali. Yang Jeongguk cintai bukan aku. Tapi sahabat tololku ini," Taeyong menonyor kepala Taehyung.

"Sakit tau!"

"Kau terlalu banyak berpikir dan berpikir. Padahal semua sudah terasa mudah, kau tinggal ikuti alurnya dan semua jelas. Jangan terlalu memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Kau boleh berhati-hati tapi Taehyung kita juga perlu orang lain untuk membantu kita lebih berhati-hati. Tidak semua hal bisa kau lakukan sendiri, ada kalanya kau perlu bantuan orang lain," ujar Taeyong yang membuat Taehyung termenung.

Benar ucapan sahabatnya itu. Mungkin selama ini Taehyung terlalu berfokus pada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sampai lupa bahwa belum tentu semua akan benar-benar terjadi. Kalau kata sahabatnya Joy, lebih baik mencoba daripada kau menyesal karena belum mencobanya. Kalau nantinya hasilnya tetap membuatmu menyesal, setidaknya kau pernah mencobanya. Taehyung jadi gunda gulanya sekarang.

"Tidak usah terlalu dipikirkan. Nikmati saja semua yang ada. Kalaupun nantinya kau menikah dengan Jeongguk, tidak ada yang salah dengan itu. Kau dan dia sama-sama memiliki perasaan, itu tandanya pernikahan kalian memang dilandasi oleh cinta. Kalau masalah menjaga Jihun dan Junhe, itu tinggal kau mau atau tidak saja. Kalau kau mau dengan bapaknya otomatis kau harus mau dengan anaknya. Harusnya kau senang, tidak perlu pusing-pusing memikirkan anak. Kau otomatis sudah mendapatkan anak saat menikah dengan Jeongguk, mendapatkan dua sekaligus. Rejeki nomplok kalau kata Joy,"

Memang paling benar adalah menadatangi Teyong kalau saat galau begini. Taeyong adalah tempat berbagi keluh kesahnya sejak dulu, bahkan sebelum Taehyung mengenal Sora. Seluruh hidup Taehyung hampir banyak diisi oleh sosok Taeyong.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang