29. Remorse

Mulai dari awal
                                    

Pertemuan mendadak antara dirinya dan Kijoon tadi benar-benar membuat Jiah terpukul, mendengar setiap cerita yang kedua putri kembarnya alami membuat Jiah merasa bersalah.

"Aku bahkan berburuk sangka pada Suami ku sendiri dan dengan bodohnya kabur selama belasan tahun meninggalkan keluarga ku hingga kacau seperti sekarang."

"Tidak apa Eomma. Setidaknya sekarang Eomma sudah mengetahui semuanya." Ujar Jisoo berusaha menenangkan sang Ibu.

"Kedua Adik mu seperti itu karena Eomma Jisoo~ya. Mereka tumbuh dalam penderita dan kurangnya kasih sayang."

Sulung Lee itu termenung, cerita Rosé saat di taman kala itu kini berhasil membuat hatinya seperti tertusuk oleh ribuan jarum tak kasat mata.

"Ia begitu benci saat aku bermain piano. Maka itu Appa membuat ku gila belajar, dengan menuntut ku dan Lisa untuk selalu menjadi yang terbaik dari yang terbaik."

"Aku pernah di culik saat kecil. Appa bilang alasannya karena aku sangat menyukai piano. Saat itu aku hilang di hutan karena mengikuti bunyi piano,"

Jisoo memejamkan matanya erat. Ia tak menyangka jika kisah tragis itu nyatanya di alami oleh Adik kandungnya sendiri.

"Kau sudah tahu dimana Jennie? Apa dia baik-baik saja—"

"Eomma..." Suara lembut itu mengalun.

Tanpa berkata kali Jiah bangkit, menarik Jennie masuk ke dalam pelukannya erat "Jennie~ya maafkan Eomma."

"Eomma tidak salah. Jennie yang salah—"

"Tidak sayang. Eomma salah, Eomma egois. Maafkan Eomma karena mendiami mu Jennie~ya."

Jennie mempererat pelukannya. Jiah kecup lama pipi besar putri keduanya itu penuh sayang "Jangan tinggalkan Eomma lagi, ya?"

"Nde, Eomma. Jennie tak akan melakukannya lagi." Balas Jennie menyembunyikan wajahnya pada bahu Jiah.

Wanita Lee itu melirik putri sulungnya dengan tangan yang terulurkan meminta Jisoo ikut masuk kedalam pelukannya. Ibu dengan dua putrinya itu berpelukan dan saling menyalurkan kasih sayang.

"Eomma sangat menyayangi kalian. Akan Eomma jaga kalian melebihi nyawa Eomma sendiri."

Pelukan itu perlahan terlepas, Jiah melirik pada Jisoo yang mengangguk untuk meyakinkannya "Jennie~ya... ada hal yang harus Eomma ceritakan pada mu."

****

Helm full face-nya itu ia lempar secara asal. Tungkai putihnya berlari melewati pintu mansion dengan beberapa pelayan dan yang penjaga membungkuk sopan padanya.

"Lisa~ya..." Jungkook berseru lirih.

Perasaannya semakin gusar saat mendapati wajah panik Jungkook "Penjaga bilang Ayah mu pulang dengan keadaan mabuk berat, ia terus melantur dan memarahi semua orang."

"Dimana Kakak ku?" Tanya Lisa dengan perasaan kalut.

"Dia ada di ruang musik. Seorang pelayan bilang jika Ayah mu juga pergi ke sana—" Belum sempat Jungkook menyelesaikan ucapannya, gadis Uhm itu telah lebih dulu berlari.

"Appa... ada yang harus ku beritahu pada mu. Rosé membolos kelas Cinematography hari ini— bukan hanya itu. Dia juga membolos pada waktu ujian Matematika."

Lisa merutuki dirinya yang dengan bodoh mengadukan Kakaknya itu pada sang Ayah "Jika sesuatu terjadi pada mu, aku tak akan pernah memaafkan diri ku sendiri Rosé."

Pergerakkan kakinya melambat, dengan nafas yang memburu itu Lisa tatap tak percaya ruang musik yang hancur berantakkan. Semua barang yang berada di dalam sana tak lagi terbentuk.

Ia tatap miris kekacauan di hadapannya itu. Saat hendak beranjak, sayap matanya tak sengaja menangkap sebuah foto yang terselip di dekap kaki piano.

Kegundaan itu membelenggu perasaan Lisa "Aku seperti pernah melihat foto ini, tapi di mana?"

****

Uhuk! Uhuk!

Mata itu sesekali terbuka sayu, tangan kurusnya mencengkram kuat seragam putih yang ia kenakan kini kotor akan bercak merah.

"Rosé!" Suara Lisa menggema dengan langkah kaki yang terdengar semakin dekat.

Bungsu Uhm itu berlari kesana kemari sebelum berbelok pada lorong kamarnya
"Ro—sé."

Tubuhnya membeku mendapati sosok Kakak kembarnya yang terduduk dengan punggung berandar. Darah segar mengotori bibir bahkan seragam Kakaknya itu.

"Rosé... Rosé!" Lisa berlari meraih tubuh lemas Kakaknya dengan rasa panik.

"Lisa~ya..." panggilnya berbisik.

Tubuh Lisa ikut bergetar mendapati keadaan Kakaknya yang jauh dari kata baik-baik saja "Kena-pa kau pulang?"

"Apa yang terjadi?" Suara Lisa mengalur bergetar.

"Rosé!" Bentak Lisa saat Kakaknya itu tak menjawab. Maniknya mulai memerah dengan air mata yang menggenang.

"Maafkan aku." Bungsu Uhm itu menangis memeluk tubuh lemas Rosé.

"Ini semua terjadi karena aku. Jika saja aku tak mengadu pada Appa, jika saja aku terus ada untuk mu—"

Rosé menggeleng pelan "Kau tidak salah Lisa. Aku paham bagaimana perasaan mu."

"Bisakah sekali saja kau tidak mengalah pada ku?!" Sentak Lisa kesal.

Air matanya kian berjatuhan saat usapan lembut tangan Rosé bergerak membelai pipinya "Itu tugas ku sebagai seorang Kakak."

"Cha-Chaeyoung..." Lisa terperanga saat Rosé mulai terbatuk, darah segar itu kembali keluar dari sela-sela bibirnya.

"JUNGKOOK! SIAPKAN MOBIL!" Teriak Lisa panik saat tubuh Kakaknya itu tumbang dalam pekukannya.

"Chaeyoung~ah jebal...hiks! Jangan tinggalkan aku, buka mata mu dan tatap aku!"

Lisa terisak kuat mendekap erat tubuh tak berdaya Rosé. Rasa takut dan penyesalan itu menggerogoti perasaannya.

"Akh—jebal Chaeyoung~ah." Lirih Lisa ketakutan.

"Lisa~ya mobilnya sudah siap. Biar aku—"

"JANGAN SENTUH KAKAK KU!" Jerit Lisa menyentak tangan Jungkook kasar.

Gadis Uhm itu bangkit dengan menggendong Rosé dipunggungnya. Tungkai putihnya berlari secepat yang ia bisa menuruni setiap anak tangga "Hubungi Dokter Kim, katakan kita sedang dalam perjalanan."

Lisa beralih pada Rosé, ia usap pelan kepala Kakaknya yang kini tengah terpejam di pangkuannya "Chipmunk ku harus kuat, ya?"

Fraternal
Bekasi, 17 Desember 2021

Note :

Maaf ya kalo agak aneh. Vvote dan komen jangan lupa biar aku semangat hehe^^

FraternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang