"Aku senang bisa berdiri di atas sana dan bersinar seperti tadi, tapi akan jauh lebih senang kalau kau dan yang lain ikut berdiri di sampingku." Ketulusan itu tertuang dalam kalimat hangat yang diucapkan si produser muda.
"Soonyoung-ah, seperti yang kau bilang tadi, aku juga seperti telah menggenggam jagat raya kalau kau selalu berada di sampingku dan mendukung setiap langkah yang aku pilih."
"Apa kau bahagia?"
"Sangat ...," cicit si vokalis, "sangat bahagia."
"Kalau aku teriak pada dunia bahwa aku sangat mencintaimu, apa kau akan melakukan hal yang sama?"
"Kau ini, sudah aku berikan kalimat romantis tadi dan sekarang masih menuntut lebih? Itu namanya tidak tahu diri, Kwon Soonyoung."
Ucapan penuh canda yang dilontarkan oleh Jihoon membuat sang kekasih tergelak pelan. "Jadi, kau tidak akan berteriak bahwa kau mencintaiku?"
"Kalau kau hilang dari alam semesta ini baru aku akan teriak."
"Jadi, aku harus hilang dahulu?"
Jihoon lebih memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Soonyoung. Lelaki itu menarik pelan wajah sang kekasih untuk kemudian berbisik pelan di depan telinganya. "Aku mencintaimu."
"Aku ralat. Kau tidak perlu hilang dahulu dan aku juga tidak perlu berteriak untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu," sambung Jihoon.
"Kenapa harus berbisik?"
"Kenapa harus berteriak kalau duniaku itu dirimu?"
Rembulan yang mengintip di balik tirai malam itu menjadi saksi bisu atas dua insan yang bermadu kasih. Bertaut bibir dengan lumatan lembut dengan usapan seringan bulu yang mampu menggetarkan hati sampai salah satunya menjambak pelan si dancer untuk menyudahi pergumulan lidah yang baru saja terjadi.
Tatapan jernih cendayam dari manik hitam Jihoon membuat Soonyoung kembali menaikkan dagu si produser untuk kembali mempertemukan kedua belah bibir mereka. Jihoon tidak menolak sebab ia juga ingin terus merasakan desiran halus itu di dada dan perutnya.
Kegiatan mereka sempat terganggu dengan suara pintu yang tertutup. Masih dengan jarak wajah yang sangat dekat, Jihoon bertanya, "Kau lupa mengunci pintu, ya?"
Pria itu terkekeh ringan, memberikan kecupan singkat harap-harap delikan dari mata si mungil itu hilang. "Iya," jawabnya.
"Kalau orang tadi melihat kita bagaimana?'
Belum sempat Soonyoung menjawab, getaran yang berasal dari ponsel Jihoon yang berada di meja kecil itu menarik atensi keduanya.
"Dia melihatnya," sahut si mungil sembari menatap layar ponselnya yang menyala.
"Siapa?"
"Bumzu Hyung."
Si lelaki pemilik nama panggung Hoshi itu menarik napas lega. "Untung saja Bumzu Hyung."
"Iya, karena kalau orang lain, maka aku akan menendangmu, Kwon Soonyoung."
"Kalau kau menendangku dan aku sakit, nanti duniamu akan sedih," ujar si dancer.
"Kenapa?"
"Katanya aku duniamu."
"Kwon Soonyoung!"
Catetan: Hai!
Gimana nih perasaan kalian waktu Jihoon dapet award Best Producer Kemarin? Aku langsung loncat-loncat saking senengnya, terus bangga juga T___T
Soonyoung juga udah berasa supportif boyfriend banget, senyum adem sambil tepuk tangan mana dia kayak keliatan terharu gitu liat Jihoon di atas panggung sambil speech.
Oh, iya buat kalian yang udah baca ini di Twitter, ada tambahan narasi dari aku jadi enggak semuanya sama ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SoonHoon Collection II
FanfictionCoretan gaje author part 2 yang penikmat kemanisan dari couple yang satu ini ✨ Disclaimer: Seluruh Karakter milik Tuhan YME, pribadi dan Pledis Entertainment selaku agensi. Semua isi dari fiksi ini adalah hasil dari tulisan penulis. Adapun jika ada...
35. Ringkasan Sebuah Kisah
Mulai dari awal