07. Konsisten

69 13 0
                                    

Apa aku, menyesal?
Tidak, kan?
Aku harap tidak.
Aku harap jangan.

*****

"Rarra! Berhenti!" teriak Vannessa menyeruak ke seluruh penjuru lorong kelas 11 klaster 2 yang ramai, emosi padaku tak henti-hentinya memanggil nama seorang gadis yang baru saja putus dengan pacarnya hari ini.

Aku berjalan emosi, sembari memperbaiki baju seragamku yang terkotori oleh tanah. Sedang ia mengikutiku dari belakang, membawakan tasku, dan mencoba menenangkanku.

"Tinggalkan aku!" teriakku emosi.

"Rarra kamu nggak bisa begini! Kamu gak boleh-"

"Tinggalkan aku!! Lupakan saja semuanya!"

"Rarra! Berhenti!!"

Tak tahan, Vannessa langsung membalap dan menahan kedua pundakku yang kecil, mencoba untuk berbicara dan memahami situasi runyam yang baru saja lewat.

"BER-HEN-TI!!"

"Ughf! Apaaa?!"

"Ada apa denganmu, Rarra!?"

"Apa maumu?!"

"?!?!?"

Vannessa masih menahan pundakku, namun terdiam. Melihatnya terdiam, aku mencoba kembali bergerak, namun masih tertahan dengan kuat.

"Kamu pikir aku nggak tahu apa yang terjadi padamu dan Fahri? Baru saja?!"

"Lepasin."

"Rarra!? Kamu sudah hilang akal ya?! Kamu mencintainya!!"

"Lepaas!!"

Aku mencoba melepaskan diri darinya, namun ia masih saja menahan tubuhku dengan erat, tak membiarkanku pergi.

"Dengarkan aku!"

"Ugh!"

"Fahri mencintaimu! Ia mencintaimu setulus hatinya! Kamu gak bisa dong giniin dia!? Kalian sudah bersama sejak lama!? Kalian itu pasangan paling manis yang pernah kulihat! Kenapa tiba-tiba kalian begini?!"

"Van, kamu gak tahu apa-apa. Makasih sudah bawain tasku, dan sampai jumpa," jawabku merampas tasku darinya, dan segera pergi meninggalkannya.

Namun ia masih mencoba mengiringiku berjalan emosi, dan masih bertanya hebat.

"Sebenarnya ada apa?! Kalian bisa cerita! Kalian bisa ngomong!"

"Haah, tak ada gunanya."

"Apa?! Kenapa bisa begitu??!"

"Entahlah?! Kenapa kamu tanyakan itu padaku?!"

"Kalian tidak bisa berpisah! Kalian TIDAK BOLEH berpisah! Gak bisa! Gak boleh!"

"Permisi? Emangnya kamu siapa?"

"Rarra!"

"Pergilah! Jangan ganggu aku!"

SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang