“Lah, kenapa deh lo?” tanya Erdit dengan alis berkerut heran.

“Akting, woy! Ih, bener-bener ya lo!” decak Joy. “Nggak usah banyak protes. Ikutin gue aja. Nanti lo juga bakal berterima kasih sama gue.”

“Aw, Erdit! Sakit!” Joy sekali lagi memekik manja.

Erdit memutar bola mata. Tapi, dia mengikuti juga sandiwara Joy, “Iya, maaf. Mana yang sakit, hm?”

“Joy?! Kalian ngapain disini?”

Joy tersentak. Dia terlihat panik menyadari keberadaan Tita. Pura-pura panik lebih tepatnya.

“Eh, Ta... K-kok lo disini?” Joy beranjak dari duduknya, menunjukkan raut kaget dan gugupnya.

Erdit sendiri diam-diam takjub dengan kemampuan akting pacar temannya ini. Kalau Joy mau mendaftar jadi aktris mungkin dia langsung diterima.

“Katanya lo dijemput cowok lo. Terus kenapa sama dia?” cecar Tita dengan tatapan skeptis. Matanya menatap kedua orang itu bergantian—Joy yang terus bergerak gelisah, juga Erdit yang terus menatapnya. Namun, berbeda dengan Joy, lelaki itu terlihat santai, tidak ada raut terkejut sama sekali karena tertangkap basah olehnya.

“Mm... i-itu...”

“Pacar lo Erdit? Kok lo nggak pernah cerita sama gue?”

Tita terus memberondongnya dengan pertanyaan, membuat Joy gelisah. Mungkin kalau orang melihat dia seperti seseorang yang sedang tertangkap basah selingkuh. Tapi, sebenarnya dia menunggu kedatangan Ramon. Dia ingin cepat-cepat kabur. Joy bingung bagaimana menjelaskan pada Tita. Tepatnya, dia takut Tita marah. Aneh. Padahal dia sendiri yang semangat memberi ide untuk mendekatkan Tita dan Erdit kembali.

Dewi fortuna benar-benar berbaik hati padanya hari ini. Tak lama, Joy melihat Ramon mendekat. Dia memang sudah meminta pada Ramon sebelumnya agar Ramon muncul ketika Tita menghampiri mereka.

“Mm... Ta, biar Erdit yang jelasin, ya. Gue udah dijemput. Bye, Tita! Good luck, Erdit!” Joy melambai-lambai, lalu menarik tangan Ramon untuk menjauh, “Ayo, sayang!”

“Lho, Joy? Kok mereka malah ditinggalin gitu?” tanya Ramon bingung.

“Biarin! Mereka udah gede, bisa selesaiin masalah sendiri. Ayo, sayang. Kita pacaran aja.”

Erdit mendelik pada Joy yang menjauh. Dia yang memberi ide tapi malah langsung kabur. Awas saja kalau setelah ini rencananya tidak berhasil dan Tita tidak menjadi miliknya.

“Lho, Joy, mau kemana? Lo belum jelasin!” kesal Tita sekaligus bingung. Kok Joy malah kabur? Lalu, kenapa Joy bersama Ramon? Dia melirik Erdit yang masih diam dengan wajah datar seperti patung. “Kalau gitu, lo yang jelasin ke gue?”

Erdit menoleh pada Tita. Ada rasa senang di dadanya bisa melihat Tita lagi dalam jarak dekat. Tapi, dia berusaha menutupinya dulu, “Jelasin apa?” tanya Erdit pura-pura polos.

“Lo pacaran sama Joy?”

“Kelihatannya gimana?”

“Kalau lo pacaran sama Joy, terus kenapa jalan sama Laura? Lo mainin Joy? Lo boleh mainin siapapun cewek sesuka hati lo, tapi jangan temen gue. Dan kenapa juga lo nembak gue, pake cium segala?” cerocos Tita tanpa jeda. Tita terlihat seperti cewek yang sedang merajuk pada pacarnya. Erdit diam-diam berusaha menahan senyumnya.

“Oh. Lo udah lihat gosip itu. Kenapa? Gue jomlo. Bebas dong, gue deket sama siapa aja.”

“Bukannya lo suka sama gue? Lo bilang lo suka sama gue? Itu artinya apa?”

Ya Tuhan, muka Tita lucu sekali. Erdit jadi gemas. Mati-matian dia berusaha agar tidak memeluk dan mencium Tita.

“Tapi, lo ‘kan nolak gue,” balas Erdit cuek.

When She Meets The Bad Boy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang