Celvin dan Aruna refleks menoleh ke belakang secara bersamaan. Gelak tawa mereka terdengar di setiap sudut ruangan. Abel menatap mereka berdua aneh, padahal tidak ada yang lucu, jadi mereka sedang menertawakan apa?

"Bwahah muka lo." Aruna memegang perutnya karena tidak berhenti ketawa. "Lesu amat muka lo, Bel." Ledek Aruna, Abel menatap Arun kesal. Ternyata sedari tadi mereka berdua sedang menertawakannya.

"Cari cowok baru sana, jangan nunggu yang gak pasti. Dapet nggak, ngebatin iya." Ledek Aruna membuat Abel mendengus mendengarnya. Enak saja main suruh cari cowok lain. Lagian Abel sudah masuk ke dalam perangkat Azka, bakalan susah untuk move on nya.

"Cih, gak asik lo." Kata Abel tidak terima.

"Babe?" Tegur Celvin. " Ngomongnya kok gitu? Gak baik ah." Aruna menatap Celvin tidak percaya, jadi sekarang kekasihnya itu lebih membela Azka daripada dirinya.

"Biarin! Siapa suruh sodara kamu kayak gitu. Dia kira nunggu itu gak cape."

Celvin mendesah pelan. Mau bagaimana pun juga, Azka masih sodaranya. Lagian Celvin juga tahu, kalau Azka sudah mulai suka sama Abel, dia hanya terlalu gengsi untuk mengungkapkannya.

"Azka gitu karena gengsi, percaya deh." Ucapnya mencoba meyakinkan Aruna. "Buktinya kemarin Azka nggak ngebiarin Abel pulang bareng Candra. Apa coba kalau gak cemburu." Kata Celvin panjang lebar, membuat Abel ngangguk- nganggukkak kepalanya, setuju dengan pendapat Celvin.

"Kalau suka gak bakalan kasar. Kamu sih, gak tau kelakuan Azka ke Abel gimana." Kekeh Aruna dengan opininya sendiri.

Abel sedari tadi hanya diam, tidak tahu harus ngomong apa. Sebenarnya ini masalah Abel sama Azka, tapi kok malah mereka yang bertengkar. Abel menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari melirik Aruna dan Celvin secara bergantian. Dia jadi pusing sendiri melihatnya.

"Sayang." Celvin meraih tangan Arun, namun dengan cepat Aruna manghempaskannya.

Lagi dan lagi Celvin mendesah, sepertinya dia sudah salah melangkah. Aroma- aromanya Aruna sedang marah. "Azka itu keras kepala, ja-" Belum beres Celvin menyelesaikannya, Aruna lebih dulu memotongnya.

"Iya! sama kaya kamu. Udahlah kamu balik kelas aja, Aku lagi gak mood." Ketus Aruna.

"Lah? Kok ngambeknya jadi sama Aku sih, Babe?" Tanya Celvin bingung. Padahal niatnya cuman mau membatu Azka saja, eh malah dirinya yang kena getahnya.

"Bodo, sana!" Aruna terus mendorong- dorong Celvin keluar dari kelasnya. Celvin hanya pasrah, seharusnya tadi dia tidak usah sok- sokan membela Azka, jadi dia yang disalahinkan. Lihat saja, nanti Celvin tidak akan membela Azka lagi.

.
.
.
.

Sekarang Aruna dan Abel sedang berada di depan kelasnya, melihat pertandingan basket antar kelas. Katanya itung- itung latihan buat nanti lomba.

Tidak hanya mereka berdua, banyak murid lain juga yang menonton di tepi lapangan. Melihat para idolanya tanding. Sorakkan demi sorakkan keluar dari mulut mereka dengan sangat semangat. Mereka bahkan tidak peduli dengan terik matahari yang menyinari wajah mereka.

"Masyaalloh!! takbir!! itu Azka keringetan makin seksi Aja!" Teriak satu murid perempuan. Abel kesal mendengarnya, ada rasa sedikit cemburu di hatinya.

"Anjir! Perut kotak-kotak Azka keceplak." Histeris satu murid lagi.

"Itu rambutnya kiyowo!" Dan masih banyak lagi sorakkan yang lain lainnya.

Bohong kalau Abel tidak terpesona dengan pesona Azka. Menurut Abel, Azka kalau lagi keringatan gitu jadi lebih seksi. Apalagi jika sudah mengibas- ngibaskan rambutnya.

AZKA MAHESPATIH [END]Where stories live. Discover now