"Janinnya sehat, semuanya normal Tuan. Hanya saja kesehatan istri anda harus lebih diperhatikan lagi. Jangan sampai ia kelelahan dan mengakibatkan janinnya melemah. Dari rekam medis istri anda menunjukan bahwa ia pernah mengalami sakit leukimia, walaupun sudah sembuh dan telah melakukan transplantasi syngeneic tapi kanker itu bisa saja menyerangnya lagi. Dan ini akan berkendala pada persalinannya nanti." Dokter tersebut menjelaskan.
Mark mengangguk mengerti walaupun ada keresahan dalam dirinya saat dokter tersebut menjelaskannya, "Saya akan melakukan apapun untuk kesehatan dan keselamatan istri dan anak saya. Kalau perlu saya akan membawanya ke rumah sakit terbaik di Amerika."
Dokter Taeyeon tersenyum, "Semoga semuanya berjalan dengan baik. Saya sudah menyuntikan vitamin pengungat kandungan. Itu saja saya yang ingin saya sampaikan." jelasnya.
Setelah bicara dengan dokter kandungan Haechan, ia menghampiri Haechan yang sedang duduk menunggunya sambil mengelusi perutnya. Mark melihat senyuman manis diwajah istrinya. Senyuman yang setiap hari mengisi hari-harinya.
"Mau pulang sekarang?" Mark mengelus puncuk kepalanya.
Haechan mendongak lalu mengangguk lemah, "Hari ini terasa melelahkan, aku merindukan bantal dan gulingku."
Mark terkekeh mendengarnya, ia mengangkat tubuh Haechan dan menggendongnya ala bridal style. Haechan terpekik kaget saat tubuhnya sudah terangkat dan berada di gendongan suaminya, ia mengalungkan tangannya ke leher Mark.
"Mark! Aku bisa jalan sendiri!" protes Haechan.
"Aku tidak ingin kamu kelelahan berjalan dari sini ke parkiran." ucapnya khawatir.
"Ya ampuuun! Aku tidak selemah itu." Haechan menggeleng-gelengkan kepala mendengarnya.
Mark memasangkan seat belt untuk Haechan sebelum memasangkan untuk dirinya. Mulai saat ini hal sekecil apapun akan ia lakukan agar Haechan tidak mudah kelelahan. Ia juga akan membriefing para maidnya agar istri manisnya tidak melakukan pekerjaan apapun selama ia bekerja. Haechan dan bayinya sangat berharga untuk dirinya.
"Mark, tiba-tiba aku ingin naik helikopter."
"Kamu ingin helikopter?" tanyanya memastikan.
"Tidak bukan! Maksudku aku hanya ingin menaikinya saja, aku ingin melihat pemandangan di atas sana." Haechan menunjuk awan biru yang cerah. "Pasti sangat menyenangkan." Ia tersenyum.
"Baiklah akan kupikirkan. Tapi hari ini lebih baik kamu istirahat dulu." Mark tersenyum lalu menggenggam tangan Haechan dan satu tangannya lagi di setir mobil. Ia melajukan mobilnya menuju mansion.
Dalam perjalanan sesekali Haechan menceritakan pertemanannya dengan Jaemin dan Renjun. Ia juga menceritakan tentang Jeno. Mark hanya bisa tersenyum mendengarkannya. Ia sangat menyukai saat-saat seperti ini, saat Haechan berceloteh riang.
Setelah sampai mansion Mark membaringkan tubuh Haechan di ranjang, saat dalam perjalanan Haechan tertidur. Ia tidak tega untuk membangungkannya.
Mark merapihkan surai Haechan dan mengecup keningnya, "Apapun yang terjadi aku akan berusaha membuat kalian berdua tetap sehat. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku tanpamu. Aku tidak akan sanggup." Mata Mark berkaca-kaca.
Ia selalu memikirkan kemungkinan buruk terjadi pada Haechan saat persalinan nanti. Tapi ia juga selalu berusaha mengenyahkan pikiran buruk itu dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia akan melakukan segala cara untuk istri manisnya dan juga bayinya.
Semenjak kehamilan Haechan ia sangat resah mengenai kesehatan Haechan yang mudah sekali lelah. Berbagai kemungkinan buruk menghantam keras kepalanya. Ia selalu berusaha untuk menjaga kesehatan Haechan sampai nanti istri manisnya melahirkan. Akan ia pastikan untuk memilih rumah sakit terbaik untuk persalinan Haechan, jika itu harus keluar negeri sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Premier Amour [PROSES PENERBITAN]
RomanceYou are similar to my favorite song. When the song ended, I keep repeating it. - Mark Lee You like a camera. Whenever I see you, then I'm going to smile. - Haechan Lee - Premier Amour -
baiser du matin
Mulai dari awal