"Beli sendiri," kata Adena mengisi sendok nya
tengah dipenuhi nasi namun Raydan menahan pergerakannya dan mengarahkan sendok makan ke mulutnya kemudian mengunyahnya.

Adena terbelalak matanya. Raydan senang  melihatnya reaksi gadis itu. Tak lama, dirinya membuka mulutnya lagi, "Enak. Ayo, suapi aku lagi."

Adena pasrah. Jika dia mengabaikannya selama itulah Raydan tak akan menyerah. Ia menyuapi Raydan sebelum dirinya juga makan. Raydan tentunya senang.

Sementara Satya tidak ada selera makan setelah melihat Adena menyuapi Raydan lalu dirinya. Satya diam-diam mencibir kesal didengar Wulan.

"Kakak juga mau aku suapi?"  Secara serentak, Raydan dan Adena menolehkan ke mereka berdua. Adena menaikkan sebelah keningnya melihat tiada respon daripada Satya.

Adena memetik jarinya, membuyarkan lamunannya. "Wulan bertanya apakah kamu mau disuapi?"

"Tidak mahu," tolak Satya mentah-mentah. Memandang Adena penuh berharap, "Aku maunya kamu suapi aku."

Raydan berhenti mengunyah, ekspresi wajahnya datar. "Maaf ya, kekasihmu di sampingmu, mengapa tidak mau minta padanya saja. Dia juga sudah menawarkannya."

"Dia bukan kekasihku," Satya membalas dengan nada datar.

Adena menghela nafas. "Lupakan semuanya," katanya. "Dan Raydan akan mengantarkan aku ke rumah."

Satya mengernyit tak suka, "Tidak mau, aku mengantarmu pulang."

"Raydan temanku, tidak salah dia mengantarku pulang." Raydan mengangguk setuju, "Benar kata, Adena. Sebaiknya kau turuti saja, ya."

Dan kini hanya tersisa Wulan dan Satya di warung tersebut. Adena dan Raydan sudah pergi setelah lima belas menit lalu.

"Cepat habiskan makananmu," kata Satya datar. Dirinya sudah selesai makan, cuma menunggu adik kelasnya kini memakan makanannya sangat lambat.

"..Ya, kak."

...

Setelah mengantar Wulan ke rumahnya. Satya berhenti tepat di depan rumah Adena. Matanya memandang seluruh rumah Adena. Memastikan apakah gadis itu pulang dengan selamat.

"Kak Yardan?" Satya menoleh mendapati Adena baru saja keluar dari mobil Raydan. Di tangannya terdapat kantong minuman dan makanan.

"Dari mana?" Satya bertanya dengan nada lembutnya. Adena mengangkat kantong plastik dipegangnya, "Dari warung. Kak Rara sempat mengirimkan pesan padaku bahwa dia lapar."

Satya mengangguk. "Baguslah." Satya menatap Raydan masih di sana. Lelaki itu melambai-lambai tangannya.

"Kamu dan dia sudah kenal lama?" Satya bertanya untuk memastikan hubungan antara mereka. Adena mengangguk, "Dia temanku juga, sama seperti Sean tetapi aku dan Raydan lebih dekat."

Satya menyusul Adena ke dalam rumahnya, begitu juga Raydan tiba-tiba mengikutinya. Satya menatap Raydan tak suka. "Kau tak pulang?" Tanyanya datar.

Raydan mengangkat keningnya, "Kau juga tak pulang?" Bukan menjawab, malah bertanya kembali pada Satya yang berdecih.

"Aku masih ingin bersama Adena." Jawab Satya menatap Raydan tajam, "Pulanglah, kau menganggu saja."

Raydan tergelak. Dia berjalan dekat ke arah Adena, "Kekasihmu galak sekali." Adena mengerutkan keningnya, "Kekasih?"

Dia menoleh, memastikan Kamal tidak ada di luar sana. Melihat caranya, membuat Satya terdiam. "Dia tak akan datang ke sini."

"Bukan dia maksudku," ucap Raydan sambil senyum penuh godasn pada Adena. Adena memasang ekspresi bingungnya, "Ada-ada saja."

"Pulanglah, hari sudah sore, kau tak sholat?" Tanya Adena pada Satya di belakang Raydan. "Sholat, tapi—"

"Jika begitu lebih baik pulang, atau singgah ke masjid untuk sholat dulu, lebih cepat lebih baik, kan?"

Satya tak membalas. Ucapan Adena memang benar juga. Satya mengangguk lemah, dirinya masih ingin menemani Adena hingga Raydan pulang.

Tetapi dia juga tak bisa meninggalkan sholatnya. Dia mundurkan langkah, melambai tangan pada Adena sambil tersenyum.

"Aku pulang duluan, ya."

Adena mengangguk, membalas lambaian Satya. "Hati-hati di jalan."

Satya menjauh dari rumahnya. Adena memasang ekspresi datar melihat Raydan senang di sampingnya. "Ayo, masuk. Aku ingin bermain dengan kak Rara."

"Lebih kamu pulang sebelum aku menyeretmu keluar dari sini," Adena berucap sambil menunjuk ke luar.

Raydan mengerucutkan bibirnya. "Ya, ya." Katanya pasrah, sebelum meninggalkan Adena tersenyum puas.

-
Tertanda,
21/12/21 ★ Theonives.

Adena Yumna • Sunghoon Yuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang