Sang supir didepannya spontan mengangguk, "masih lumayan nona, jika nona ingin tidur maka tidur lah"
"Baiklah, bangunkan aku saat sudah sampai" ucapnya lalu mulai memposisikan diri untuk tidur, dan mulai memejamkan mata.
Sedangkan sang supir tersenyum kecil, "baik nona muda"
Supir itu menengok ke arah samping kirinya dan bertanya pada Bi Asih "apakah terjadi hal yang serius pada nona?"
Bi Asih menjawab, "bisa dibilang begitu, nona muda mengalami amnesia ringan karena terlalu sering mendapatkan benturan di daerah kepalanya"
Sang supir sendiri sedikit syok mendengarnya, ia tak menyangka jika akibat dari perbuatan Tuan besarnya itu akan berdampak sangat fatal. Dia cukup prihatin dengan kehidupan nona muda nya ini.
"Pantas saja sikapnya sangat berbeda, seolah-olah aku melihat orang lain" ucapnya sendu.
Bi Asih mengangguk, "ya, sikapnya sudah seperti itu saat dirinya terbangun dari koma"
"Tapi aku lebih suka sikapnya yang seperti ini, dan semoga saja nona tidak berubah kembali" pinta sang supir sambil tersenyum.
"Aku juga berharap demikian"
***
Felicia menggeliat kecil dalam tidurnya saat merasakan ada yang menggoyangkan lengannya. Tak lama ia pun membuka matanya dan mengerjap pelan.
"Nona, kita sudah sampai" Bi Asih memberitahu sambil sesekali menggoyangkan lengan Felicia.
Sedangkan Felicia hanya mengangguk kecil dan turun dari mobil. Nyawanya ini belum terkumpul, jadi jangan heran jika ia berjalan dengan sedikit sempoyongan.
Felicia berjalan kecil mengikuti Bi Asih sambil sesekali menutup mata dan membukanya kembali. Felicia saat ini sangat mirip seperti anak kecil yang mengantuk namun dipaksa berjalan oleh ibunya, apalagi wajah nya yang terlihat polos itu. Ugh! Menggemaskan.
Bahkan sampai Bi Asih membuka pintu pun dirinya masih saja mengantuk, samar-samar ia bisa mendengar gelak tawa dari dalam.
Setelah pintu terbuka, ia dan Bi Asih langsung masuk kedalam. Dan ruangan yang tadinya terdengar ramai kini senyap.
"Masih hidup Lo?" Celetuk seseorang yang menggunakan bandana merah di kepalanya.
Felicia sendiri memutar bola matanya malas, "kalo gue nggak hidup, nggak mungkin gue berdiri disini" dirinya itu masih mengantuk, jadi malas berdebat.
"Kenapa nggak mati aja sekalian? Lo kan parasit" lanjut seseorang disampingnya.
"Nyawa seseorang itu ditangan Tuhan, bukan gue" jawab Felicia. Ia melihat sekeliling guna melihat jumlah mereka, lima cowok dan satu cewek.
Saat ia melihat ada orang yang mau menjawabnya, dengan cepat ia mengangkat tangannya tanda berhenti. Dan orang itupun tidak jadi berbicara. Ia menghela nafas.
"Gue nggak kenal sama kalian, jadi gue mohon jangan ganggu gue, gue ngantuk" ucapnya sambil mengucek matanya.
Sedangkan mereka yang ada di sana tampak bingung, kecuali satu orang yang tetap memasang wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurel's Life Transmigration ( END )
FantasyThis is my first story. So, aku minta maaf kalau ceritanya nggak sesuai dengan ekspetasi kalian. [ Kalian bisa baca bio ku dulu sebelum baca ceritanya ya. Setelah itu terserah kalian mau baca atau ngga. ] ~~~ Heart's Owner, sebuah novel yang saat i...
3. Tiga
Mulai dari awal