***

Menjelang sore, Pendekar Rajawali Sakti tiba di tempat kediaman si Katak Terbang yang berpagar tembok setinggi setengah tombak. Suasana kelihatan sepi. Namun, Rangga tak peduli. Dia masuk terang-terangan lewat pintu gerbang.
Kriieett...!
"Hm...!" gumam Rangga dengan dahi berkernyit. Matanya tajam memandang ke sekeliling.
"Sepi. Apakah dia telah tahu kedatanganku?"
Perlahan-lahan dengan sikap waspada, Pendekar Rajawali Sakti melangkah ke arah pintu masuk rumah agak besar itu.
"Katak Terbang, apakah kau tak menghormati tamu?!" teriak Rangga lantang, tepat ketika berhenti pada jarak tiga tombak dari pintu.
Begitu gema suaranya menghilang, sejurus kemudian Pendekar Rajawali Sakti melihat sesosok tubuh keluar dari pintu. Seorang laki-laki setengah baya berperawakan besar dengan perut buncit. Tingginya kira-kira di bawah ketiak Rangga. Wajahnya bulat, penuh bintik-bintik. Tangan kanannya menenteng sebatang tombak berujung sebilah mata golok besar.
"Hahaha...! Kukira siapa berkaok-kaok di tempat kediamanku. Ternyata pendekar kesohor. Sobat! Ada apa gerangan yang membuatmu datang ke tempat kediamanku ini?!" sambut laki-laki yang memang si Katak Terbang.
"Katak Terbang! Aku ingin tahu, apa yang menyebabkan kau membenci aku hingga mengirim enam muridmu untuk membunuhku?!" tegur Rangga langsung.
"Membunuhmu? Hahaha...! Mustahil, Pendekar Rajawali Sakti. Mana mungkin aku bermaksud membunuhmu?! Sobat! Ini salah paham. Kalau kau tak keberatan, bagaimana kalau kita berbincang-bincang di dalam sambil minum teh?"
"Katak Terbang! Tak perlu kau bermanis-manis di hadapanku. Persoalan ini mesti dibuat terang!"
"Hahaha...! Kenapa mesti menyelesaikan persoalan dengan kepala panas? Sabarlah, Sobat. Aku mengerti persoalanmu. Dan bila mereka kembali, akan kuancam dengan hukuman berat. Seperti yang kukatakan, ini hanya salah paham," kilah si Katak Terbang.
"Kau tak perlu menunggu, sebab mereka tak akan kembali ke sini. Kecuali, kau hendak menjemputnya ke neraka!" tandas Rangga.
"Apa maksudmu?!" bola mata si Katak Terbang terbelalak lebar.
"Mereka terlalu memaksaku...," sahut Rangga. "Dan aku hanya mempertahankan nyawaku sendiri...."
"Hah?! Keparat! Pendekar Rajawali Sakti! Kau harus membayar mahal nyawa keenam muridku!" sentak si Katak Terbang.
"Suiitt...!" Si Katak Terbang seketika bersiul nyaring, hingga menggema di tempat itu. Jelas, siulannya dikerahkan dengan tenaga dalam.
"Heh?!"
Dari belakang bangunan agak besar tempat tinggal si Katak Terbang beriompatan tiga sosok tubuh langsung mengurung Pendekar Rajawali Sakti.
Pendekar Rajawali Sakti memperhatikan satu persatu sosok-sosok yang telah mengurungnya. Paling kanan, berdiri seorang laki-laki berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya gemuk pendek. Senjatanya berupa sebilah golok besar di pinggang. Di sebelahnya, berdiri seorang laki-laki berusia tiga puluh lima tahun. Pakaiannya rapi, berwarna kuning gading. Sedang laki-laki terakhir bertubuh tinggi besar.
"Kalau tak salah, kalian adalah Ki Jambrang yang berjuluk Golok Setan, Ki Sedati yang bergelar si Ruyung Maut, dan Ki Waringin yang berjuluk si Tinju Geledek," tebak Rangga, yang agaknya telah mengenal betul kawan-kawan si Katak Terbang.
"Hhh, Pendekar Rajawali Sakti! Kau telah mengenal siapa mereka! Dan kau akan menyesal karena berani cari urusan denganku!" ancam si Katak Terbang, mendesis.
"Aku tak kaget dengan kehadiran mereka. Sudah kuperhitungkan kalau kau seorang pengecut, karenanya perlu tiga ekor kunyuk membantumu!" sahut Rangga, kalem.
"Anjing buduk! Jangan bertingkah di depanku! Kau akan mampus hari ini!" bentak lelaki bertubuh tinggi besar yang bernama Ki Waringin.
"Katak Terbang!! Buat apa dibuat lama-lama? Kita bereskan dia sekarang juga!" timpal laki-laki pendek yang bernama Ki Jambrang alias si Golok Setan.
"Huh! Tanganku sudah gatal-gatal membeset mulutnya yang sombong!" dengus Ki Sedati alias si Ruyung Maut.
"Pendekar Rajawali Sakti! Terima kematianmu! Hiih!" Begitu habis kata-katanya, si Katak Terbang lompat menyerang. Ujung tombaknya yang bermata golok besar menyambar.
"Hup!" Rangga mengempos tenaganya untuk melenting ke atas. Namun pada saat yang sama, Ki Sedati ikut mengejar dengan ujung ruyung mengancam.
Pendekar Rajawali Sakti tak mau bertindak sembrono. Meski berhasil mengelak, dua lawan lainnya pasti akan langsung menyerang selagi dia lengah. Kalau saja mereka orang-orang biasa, tak sulit baginya untuk menghindar dengan tangan kosong. Tapi keempat orang itu dikenal di rimba persilatan dengan kepandaian hebat. Maka saat itu juga langsung mencabut Pedang Pusaka Rajawali Sakti.
Sring!
"Heaaa...!" Begitu cahaya biru berkilau memancar dari batang pedang, Pendekar Rajawali Sakti langsung mengebutkannya.
Swing...!
"Heh?!"
Ki Sedati terperangah. Cepat serangannya ditarik, lalu membuang diri ke samping.
Pada saat yang sama, si Katak Terbang coba menyergap dengan ujung tombak. Memapas ke leher. Dan bersamaan dengan itu, ruyung Ki Sedati mengincar jantung.
"Hiih...!"
Rangga meliuk-liuk sambil mengebutkan pedangnya, memapaki senjata-senjata mereka.
Tras!
"Sial! Kurang ajar...!" umpat Ki Sedati, ketika ruyungnya putus dibabat pedang Rangga.
Untung bagi si Katak Terbang, karena cepat melompat ke belakang. Sehingga senjatanya terhindar dari sambaran pedang Pendekar Rajawali Sakti.
"Heaaa...!"
Ki Waringin menggunakan kesempatan itu untuk menyergap dari belakang. Kepalan tangannya siap menghantam ke punggung.
"Hmm...!"
Rangga bergumam tak jelas ketika merasakan angin sambaran dari belakang. Seketika tubuhnya sedikit membungkuk, lalu bergerak ke samping. Dan mendadak, tangan kirinya mengibas.
Plak!
"Uhh...!"
Ki Waringin tergetar mundur ke belakang disertai keluhan tertahan. Kesempatan itu tak disia-siakan Pendekar Rajawali Sakti. Tubuhnya berkelebat seraya melepas hantaman lewat jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat tinggi serta dengan tenaga dalam tinggi.
Prakkk!
"Aaakh...!"
Ki Waringin tak kuasa lagi menghindari ketika kepalanya pecah terhantam kepalan kiri Pendekar Rajawali Sakti yang membentuk paruh rajawali. Tubuhnya ambruk, tak bergerak-gerak lagi.
"Keparat! Kau harus balas dengan nyawa busukmu!" bentak Ki Jambrang.
Bersama si Katak Terbang dan Ki Sedati, si Golok Setan menyerang. Maka pertarungan sengit tingkat tinggi pun tak terelakkan lagi.

***

207. Pendekar Rajawali Sakti : Kekasih Sang PendekarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang