Karena sekarang dia mulai mengendalikan semua yang terjadi dalam hidupku, baik itu pikiran, kesadaran dan tindakan, aku tidak bisa melakukan segalanya lagi sendiri.

Aku bertanya bagaimana dia melakukannya saat dia tidak melakukan apapun yang membuat aku terkesan atau menunjukkan perhatian yang membuat aku merasa istimewa untuknya?

Aku lupa, aku tidak butuh semua alasan itu!
Karena saat kita mencintai seseorang kita tidak butuh alasan apapun.
Semuanya akan mengalir seperti air dan membuat kita terikat satu dengan yang lain.

"Maafkan aku, gara-gara aku, kamu tidak masuk kerja"

"Klinik libur beberapa hari ke depan jadi tidak masalah"

"Libur, dalam rangka apa?, Biasanya kamu tidak meliburkan karyawanmu begitu saja"

"Natal dan tahun baru"

"Ah aku sampai lupa"

"Kamu memang banyak melupakan banyak hal jungkook"

Aku tersenyum karena Jimin tidak memanggilku secara formal seperti biasa yang dia lakukan.

"Kamu punya rencana liburan?"

"Tidak! Aku lebih suka di rumah saja, karena akhir tahun seperti ini jalanan macet"

Setelah melap tangan Jimin masuk ke kamar tanpa sepata katapun.
Beberapa saat di kembali dengan Hoodie

Dia meletakkan kunci mobil di atas meja makan di depanku

"Antar aku belanja" ucap Jimin meletakan Hoodie di bahu sebelah kananku "pake ini udara di luar dingin"

Aku menggunakan Hoodie yang di berikan Jimin dan mengambil kunci mobilnya dengan senyum bodoh.

Sampai di depan pintu, Jimin kembali meberikan aku sepatu kets putih dan sepasang kaos kaki milikku.

Kami menggunakannya sepatu kami masing-masing dengan senyum yang tidak terlepas dari wajahku.

"Kamu kenapa?" Jimin dengan tatapan ngeri seakan aku berbuat hal yang menyeramkan

"jangan menatapku seperti itu" protesku

Dia tersenyum tipis "kamu membuatku ngeri dengan tersenyum bodoh seperti itu"

"Apa salahnya? Aku hanya bahagia bisa seperti ini lagi denganmu, tidak boleh?"

"Tidak, karena aku takut"

Jimin terkekeh setelah mengucapkan satu kalimat itu.

"Jimin-nah apa kita tidak kemana-mana saat tahun baru?"

"Emang kamu mau kemana?"

"Pulau Jeju, aku sangat ingin kesana"

"Ya udah kalau mau pergi ya pergi sana"

"Denganmu"

"Wah kamu bisa beberapa Minggu tidak menemuiku dan kenapa tidak bisa pergi sendiri ke pulau Jeju?" Nah sekarang Jimin mendapatkan timeng yang pas untuk balas dendam padaku.

Jimin adalah tipe pendendam, jadi saat kamu melakukan kesalahan padanya dia akan membalasmu dengan kata-kata pedas miliknya dan dia orang yang suka menyindir.
Begitulah dia membalas orang yang menyakiti hatinya.

"Jimina-nah" aku merajuk untuk mendapatkan maaf dari Jimin.

"Apa?" Ketus Jimin saat sudah di depan pintu mobil

"Buka pintunya cepat, aku kedinginan"

Aku menekan tombol dan jimin masuk dalam mobil"

Jimin adalah orang yang sensitif, dingin sedikit saja sangat berpengaruh untuknya jadi tidak heran dia

"Kita ke minimarket dekat sini aja"

"Oke"

"Habis belanja kita kemana?"

"Hmm" Jimin seolah berpikir keras lalu beberapa saat setelah itu "langsung pulang saja"

"Yak, kenapa kamu seolah berpikir jika ujung-ujungnya langsung pulang"

Jimin cekikan setelah itu, entahlah Jimin banyak tersenyum dan tertawa saat ini, aku menyukai versi Jimin saat ini, ah lebih tempatnya aku menyukai semua tentangnya.

"Jadi kamu ingin kemana?"

"Ke rumah mangambil beberapa barang"

Jimin mengangkat sebelah alisnya "emang mau kemana"

"Tinggal di apertemen kamu lah"

"Kamu nggak tau malu, aku belum memafkanmu tapi kamu sudah ingin tinggal bersama, lagian barangmu masih banyak di apertemenku"

"Yess, aku dapat kesempatan"

"Kesempatan?"

"Kamu menyimpan semua barangku, jadi aku punya kesempatan"

"Wah jungkook-kah kamu memang luar biasa"

"Terimakasih"

"Aku sendang menyindir dan kamu bilang terima kasih?"

"Apapun yang kamu katakan, aku menyukainya dan itu merupakan pujian untukku?"

Jimin menggeleng sambil berdecik melihat tingkah lakuku"Aku tidak mengerti lagi padamu" ucap Jimin

Aku tertawa, lalu mengulurkan tanganku yang masih bebas mengeluarkan syal yang ada di tempat duduk belakang

"Pake, di luar akan lebih dingin"

"Terimakasih" Jimin memakai syal itu.

Aku kembali fokus menyetir dan sesekali melirik ke arah laki-laki yang menjadi favoritku dari awal ketemu hingga saat ini.

Bipolar (Jikook) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang