19. Duka Xinhao [1]

Mulai dari awal
                                    

'Semoga Tuhan membalas kebaikanmu, Haoxiang' batin Jiaqi.

Malam harinya, Xinhao sedang membereskan buku-buku pelajaran yang harus ia bawa besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya, Xinhao sedang membereskan buku-buku pelajaran yang harus ia bawa besok. Saat ia sedang memasukkan buku-buku itu kedalam tasnya, tak sekali dua kali ia mendengar suara kakaknya yang sedang batuk dari arah luar. Xinhao mengadahkan wajahnya kearah pintu kamarnya yang terbuka sedikit.

"Uhuk.. uhuk..."

"Kenapa batuk Kak Jiaqi semakin parah? Pasti dia lupa meminum obatnya." Ucap Xinhao.

Xinhao beralih keluar dari kamarnya setelah ia selesai membereskan buku-bukunya, langkah kakinya membawanya ke kamar kakaknya, Jiaqi.

Adik Jiaqi itu masuk ke kamar Jiaqi tanpa mengetuk pintu karena pintu kamarnya terbuka lebar.

"Kak, Kakak gak papa? Batuknya kok makin parah?"tanya Xinhao.

Jiaqi menatap kearah Xinhao, ia menampilkan senyum tipis.

"Kakak gak papa." Jawab Jiaqi.

Xinhao diam menatap kakaknya, sebenarnya ia tidak yakin jika kakaknya ini baik-baik saja.

"Kau kenapa? Sini, duduk bersamaku! Seharian ini kau hanya berdiam diri di kamar, tidak berbicara apapun semenjak kau pulang." Ucap Jiaqi sembari menepuk ranjangnya, menyuruh Xinhao duduk di sebelahnya.

Xinhao pun menurut, ia duduk disebelah kakaknya meskipun ia masih tetap diam.

"Ada apa? Apa menyenangkan di pantai?"tanya Jiaqi.

"Tidak ada yang menyenangkan, Kak. Hari ini yang ku kira tidak akan berisi kesedihan, ternyata salah." Jawab Xinhao menatap ke lantai kamar Jiaqi.

Jiaqi diam sejenak, mencoba mencerna maksud adiknya itu.

"Kau sedih kenapa?"tanya Jiaqi lagi.

"Kau tau, kan? Belum lama ini aku bertengkar dengan Zhixin lalu sempat berbaikan. Tetapi kini kami bertengkar lagi, bukannya berbaikan malahan membuat pertengkaran itu menjadi rumit. Aku tidak tau kenapa, Kak. Seolah aku tidak bisa mengendalikan emosi ku sekarang." Tutur Xinhao.

"Ada apa lagi? Bertengkar soal apa? Aku selalu mendengar jika kau bertengkar dengan dia. Katakan! Apa sebabnya?"

"Masih soal perempuan itu, Kak. Aku tidak melarang Zhixin dekat dengan perempuan, tidak melarangnya berteman dengan perempuan, tetapi bisakah dia bersikap adil? Jika Zhixin sudah bersama perempuan itu, dia seolah lupa aku. Tidak peduli dengan aku yang gelisah jika perempuan itu ada. Menurutku, Zhixin memang sudah berubah semenjak mengenal perempuan itu."

Sweet Seventeen ː SuZhu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang