Arjeno menghembuskan nafasnya berat, menundukkan wajahnya merasakan perih yang mungkin sekarang masih tersisa walaupun sedikit. "Trus kamu selama ini kemana?" 

"Australia. Aku di sana selama 3 tahun, dan baru setahun ini aku balik." 

"Satria mana? Dia perlakuin kamu dengan baik kan?" Akhirnya Arjeno menanyakan keberadaan bajingan yang telah merebut kekasihnya saat itu. Dia rasa satu pukulan saja sudah cukup. 

"Gak ada." Aurelia kembali menundukkan kepalanya lebih dalam. Air matanya kembali deras saat mendengar pertanyaan Arjeno.

"...setelah dia ngajak aku kabur, 4 bulan setelahnya dia pergi gak tau kemana. Dan berakhir aku ngebesarin Zelia sendiri." 

Tentu saja mendengar itu Arjeno sangat terkejut, ternyata selama ini banyak sekali yang terjadi pada Aurelia, dan dia menghadapinya sendiri. 

"Kenapa kamu gak pulang waktu itu?" 

"Aku gak bisa, Jen. Aku udah nyakitin kamu, apa aku punya muka buat ketemu kamu?" Aurelia menatap Arjeno dengan mata yang masih penuh dengan air mata. 

"...aku mutusin buat pulang kemaren juga perlu mempertimbangkan banyak hal. Satu hal yang paling aku takutin adalah ketemu kamu. Dan bener aja, kita ketemu." 

Arjeno menyibak rambutnya ke belakang, tiba tiba merasa pusing. Entah apa yang membuatnya pening sekarang. 

"Apalagi aku udah diusir sama keluarga aku sejak mereka tau kalo aku hamil." Aurelia semakin menangis lebih keras yang membuat Arjeno mengelus tangan Aurelia yang berada di atas meja. 

"Maafin aku, Arjeno. Aku keterlaluan banget, dan dengan gak tau dirinya aku muncul lagi di hadapan kamu kayak gini." 

Arjeno memberikan sedikit kekuatan pada Aurelia dengan mengelus lembut tangan mantan kekasihnya itu, dia tau kehidupan Aurelia selama ini juga tidak mudah. Harus merawat dan membesarkan sendiri anaknya. Tanpa keluarga dan berada di tempat asing. Satu sisi Arjeno merasakan benci yang teramat dalam pada Satria, setelah dia merebut Aurelia, membawanya entah pergi kemana, harusnya laki-laki itu bertanggung jawab untuk membahagiakan Aurelia, bukan malah meninggalkannya dengan seorang anak yang jelas-jelas itu darah dagingnya. 

Saat dirasa Aurelia lebih tenang, Arjeno menarik tangannya yang sejak tadi ia gunakan untuk memberikan ketenangan pada Aurelia. 

"Aku udah maafin kamu, Rel. Aku juga minta maaf, mungkin waktu itu aku kurang perhatian sama kamu, sampek akhirnya kamu milih buat lari ke Satria." Ucap Arjeno. 

Aurelia sadar banyak hal yang berubah dari Arjeno, laki-laki itu sekarang lebih tenang. Dia juga terlihat lebih dewasa. 

"Aku yang gak tau diri, Arjeno." 

"...btw kamu kok sendirian? Karina kok gak ikut?" Aurelia mencoba untuk mengalihkan pembicaran tentang masa lalu ini. Hatinya bisa goyah jika kembali mengingat bagaimana Arjeno mencintainya dulu. Harus Aurelia akui, Arjeno akan menjadi orang paling berbeda saat dia jatuh cinta. Dan dia bisa merasakan cinta Arjeno saat itu. Iya saat itu. Karena sekarang, Aurelia bisa melihat dari tatapan Arjeno, ketika Aurelia menyebut nama Karina, binar mata Arjeno seketika berubah. 

"Dia lagi sibuk." Jawab Arjeno dengan tersenyum. 

Aurelia otomatis ikut tersenyum saat melihat senyuman itu, senyuman yang selalu menenangkan baginya dulu. 

"Dia baik, Arjeno. Dia gak akan nyakitin kamu kayak aku nyakitin kamu dulu. Aku juga yakin, kamu sayang banget sama dia." Walaupun pedih, tapi Aurelia tetap mengatakan itu. Karena kenyataannya yang ia lihat memang seperti itu. Karina dan Arjeno memang saling mencintai. 

Arjeno tersenyum mendengar itu, memang sampai detik ini Arjeno juga tidak menyangka jika hatinya yang terluka begitu dalam kini sembuh karena kehadiran Karina dalam hidupnya. Bahkan dia juga tidak menyangka akan secepat itu. 

"Makasih, Rel. Udah mau ngejelasin semua ke aku. Sekarang aku bisa bernafas tanpa ada beban lagi." 

Aurelia tersenyum, seharusnya dia yang mengucapkan terima kasih. Karena Arjeno masih sudi memberikan maaf setelah Aurelia menyakitinya dengan begitu dalam. 

"Jen, aku boleh peluk kamu gak? Untuk terakhir kalinya, sebagai ucapan terima kasih karena udah maafin aku." 

Arjeno berdiri mendekat ke arah Aurelia dan segera memeluk wanita mungil itu. 

"Kita masih bisa temenan, Rel. Atau kamu juga bisa temenan sama Karina. Dia baik banget kok." Ucap Arjeno disela pelukannya. 

"Karina beruntung banget bisa dapetin kamu." 

"Bukan. Aku yang beruntung bisa dapetin Karina." Ucap Arjeno melepas pelukannya dengan Aurelia. 

Bersamaan dengan pelukan itu yang telah usai, Karina tiba-tiba membuka pintu samping dekat mereka duduk. Ternyata Karina memperhatikan mereka sejak tadi. Niatnya ia ingin menemui Zelia hari ini, tapi apa yang ia lihat adalah pemandangan dimana Arjeno yang sedang memegang tangan Aurelia. Masih memperhatikan mereka hingga berakhir melihat Arjeno dan Aurelia berpelukan. 

Karina tersenyum menahan sesak yang ada di hatinya, air mata Karina sudah tidak bisa dibendung sekarang. Awalnya dia ingin mendengar penjelasan dua orang ini, tapi sepertinya dia tidak sanggup melihat Arjeno ataupun Aurelia sekarang. Karina memilih pergi tanpa mendengar apapun dari mereka. 

"Jen, jangan diem aja. Kejar dia, Jen!" Perintah Aurelia saat Arjeno terdiam. Dia masih memikirkan situasi macam apa ini? Kenapa Karina ada di sini? 

Selanjutnya Arjeno berlari menyusul Karina, tapi perempuan itu telah pergi dengan mobilnya. Arjeno siap mengumpati dirinya sendiri, karena telah membuat kesalah pahaman seperti ini. 

.

.

.

.

Yang kemarin nebak Zelia anak Arjeno ternyata bukan ya, guys. Jadi itu anak Aurelia sama Satria hehe. 

Anyway, partnya udah aku rapiin, happy reading everyone...


Sweet Creature | Jeno Lee x Karina Yoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang