Double Date

Mulai dari awal
                                    

"Ayo!"

Rindi menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Novan, laki-laki itu tersadar dari lamunannya, "Kok malah bengong sih? Ayo, Om!"

Novan mengamati penampilan istrinya dari atas ke bawah, begitu pun seterusnya sampai tiga kali pengulangan.

"Kenapa?" tanya Rindi binggung dengan tingkah suaminya ini.

"Nggak papa... cantik," sahut Novan.

"Ya udah, ayo!"

"Sebentar!" pinta Novan mulai membenarkan cadar Rindi yang terikat terlalu ketat sehingga kelopak matanya sedikit tertarik. "nahh, sudah pas."

"Terima kasih,"

"Sebentar,"

"Apa lagi, Om?"

Novan sedikit menyingkap cadar Rindi kemudian mencuri satu ciuman di pipi istrinya itu.

"Nakal!" cetus Rindi seraya memukul pelan lengan Novan.

"Habisnya nunggu izin dari kamu lama, udah keburu lumutan," ucap Novan seraya terkekeh.

"Ayo!" ajak Novan dan Rindi pun mengangguk patuh.

Keduanya menaikki motor yang dikemudikan oleh Novan, jalanan di malam hari yang cukup ramai, ditambah dengan desiran angin yang menyapu kulit mereka menjadi teman perjalanan mereka menuju restaurant yang sudah diberitahukan lokasinya oleh Novita. Tangan Novan yang tak tinggal diam menyuruh sang istri untuk melingkarkan tangan ke perutnya, namun Rindi tak mau menurutinya dengan alasan malu dilihat banyak orang. Novan pun hanya pasrah dan terus melanjutkan perjalanannya menuju restaurant.

Setibanya di tempat tujuan, Novan memarkirkan motornya di area parkir sepeda motor. Kemudian keduanya masuk disambut oleh beberapa pegawai di sana. Melihat kedatangan Abangnya, Novita melambaikan tangannya agar Novan mengetahui keberadaannya.

"Nunggu lama ya?" tanya Novan.

"Nggak, Bang. Santai aja," sahut Izal dengan senyum menghiasi wajah tampannya.

"Duduk, Bang!" titah Vita yang menghampiri dan mencium telapak tangan Novan.

"Sama Teteh juga!" tegur Novan karena Vita tak mau menyalami tangan Rindi.

"Vita,"

"Hm," Vita beranjak berdiri untuk menyalami tangan Rindi.

"Mau pesan apa ini?" celetuk Izal.

Novan melirik Rindi, "Pesan apa?"

"Samain aja, Om!" cicit Rindi.

"Kok gitu, kamu mau makan apa?"

"Samain aja!"

"Kalau saya mau nyebur ke sungai, mau ikut?" canda Novan.

"Ish, bercanda mulu," tegur Rindi mencubit lengan sang suami. "samain aja pesanannya!"

"Iya-iya. Minumnya?"

"Lemon tea,"

"Lemon tea,"

Bersamaan dengan Rindi, Izal pun menuturkan pesanan yang sama dengannya, hal itu membuat Vita sedikit emosi.

"Ayam rica-rica dua porsi, sama minumnya lemon tea satu, jus apel satu," ucap Novan pada Izal karena pria itu yang nantinya akan memesan makanan mereka.

"Siap, Bang," balas Izal mengacungkan jempolnya.

"Gimana kabarnya, Vita?" tanya Rindi mencoba menghapus kebencian dalam diri Vita kepadanya.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang