[L] 2. Matchmaker

Start from the beginning
                                    

"Aku udah bisa dari kelas 4 SD."

"Hah? Kelas 4 SD?!" Emang kakinya nyampe?

Wildan itu tidak lebih tinggi dariku. Jika berdiri di sebelahku kira-kira tingginya semataku. Kalau dia bisa naik motor waktu kelas 4 SD bisa jadi kakinya belum sampai.

Aku kembali ke teras tempat fitness disusul Wildan di belakangku. Kami berdua duduk di kursi panjang. Dia di ujung kanan dan aku di ujung kiri.

Cilok di tanganku masih panas, tapi aku nekat memasukkan satu tusukan ke dalam mulutku dan berujung ber-hah ria karena kepanasan. Asap panas keluar dari mulutku seperti cerobong asap.

"Laper Lin?"

Anak itu tidak berhenti menertawaiku, namun aku tidak menghiraukannya karena lebih fokus pada lidahku yang terbakar.

Sebenarnya aku tidak begitu akrab dengan Wildan, karena kami belum pernah sekelas dan belum pernah mengobrol sebelumnya. Tapi memang Wildan itu suka SKSD, mudah akrab dengan semua orang. Aku tahu karena dia dulu satu SD dengan Sherin.

Informasi jika dia satu SD dengan Sherin tidaklah penting. Informasi yang lebih penting adalah, dia sahabat Jeje. Semenjak mereka sekelas di kelas 8B, Wildan dan Jeje itu satu paket. Dimana ada Wildan, di situ ada Jeje.

"Lin, kamu dicari." katanya tiba-tiba.

"Siapa?"

"Jeje~"

Wildan lalu terpingkal.

"Kenapa kamu kepikiran nembak Jeje Lin? Emang kalian udah deket?" tanya Wildan. "Jeje kok gak pernah cerita ya?"

"Emang gak deket."

"Loh? Gak PDKT dulu apa?"

PDKT?

"Emang harus PDKT?"

Di film romance yang kulihat, gadis-gadis langsung mengungkapkan perasaannya begitu saja pada cowok yang disukainya meski belum terlalu dekat.

Selain itu, waktu kelas 6 SD aku juga pernah secara random ditembak cowok meski belum terlalu kenal. Cowok itu dulu orang pindahan di komplek sebelah, tapi sekarang sudah pindah lagi entah kemana.

Jadi karena dua alasan itulah aku menyimpulkan, kalau mau menembak ya menembak saja tanpa harus PDKT.

"Pffft, ya harus lah~" ujar Wildan sambil menahan tawa. "Bayangin aja kamu di posisi Jeje. Tiba-tiba gak ada angin gak ada hujan, gak ada pertanda apapun, ada cewek nembak dia. Bayangin Lin, betapa bingungnya dia. Apalagi, dia kan takut sama cewek."

Jeje takut sama cewek?

"Kalau kambing takut sama air, Jeje takut sama cewek." lanjutnya.

"Loh? Tapi aku lihat dia ngobrol sama temen-temen cewek yang lain biasa aja tuh gak takut?"

"Umm, iya juga ya? Kalau gitu ralat, Jeje mungkin takut sama cewek yang suka sama dia. Atau..." Wildan menjeda ucapannya. "Cewek yang dia suka."

EH?!

Mataku langsung terbelalak.
"Te--terus apa aku masuk ke yang kedua juga Wil?!"

Apakah aku masih ada harapan?

"Entah. Aku kalau sama Jeje gak pernah ngobrolin soal cewek."

Apakah jika kemarin aku PDKT terlebih dahulu, jawaban Jeje akan berbeda?

Mungkinkah?!

Aku mencondongkan posisi badanku ke arah Wildan yang duduk di sebelahku, "Lagian gimana aku mau PDKT, dia aja gak punya hp?"

"Iya, susah juga ya? Kalau ngajak ngobrol langsung gimana Lin?"

"Aku malu."

Kalau berinteraksi dengan cowok yang disuka, aku seringkali salah tingkah dan tidak tau harus berbicara apa.

"Malu? Kemarin nembak gak malu?" Wildan memasukkan cilok ke dalam mulut kemudian disimpan di pipi kanannya sehingga membuatnya menggembung.

"Itu beda cerita Wil. Kalau itu aku berani-beraniin. Kamu gak tau betapa deg-degannya aku waktu itu."

"Mau aku bantuin biar kamu bisa deket sama Jeje?" tanya Wildan.

"B--beneran Wil?!"

Ucapan Wildan barusan bagaikan angin segar bagiku.

Apakah kesempatanku untuk menjadi gadis paling bahagia di study tour Bali tidak pupus sepenuhnya?

❤️🙊❤️

❤️🙊❤️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
8th Grade [END]Where stories live. Discover now