"Bagaimana bisa aku percaya?" Tanya Ahrin penuh selidik. Matanya memicing. Alisnya tertekuk menimbulkan beberapa lipatan halus di atas dahi. "Kau hanya mengimingi-ngimingi semua yang aku mimpikan sejak lama."
Mendengar jawaban tersebut, Taehyung yakin bahwa Ahrin mulai mempertimbangkan keputusan hingga mau menurunkan sedikit ego sampai turut menurunkan tensi di antara mereka. Hanya perlu sedikit tambahan lagi maka gadis itu akan merangkak datang secara suka rela tanpa di paksa. "Semua yang aku sebutkan telah tertulis dalam dokumen ini. Jika masih ragu, kau bisa membawa dokumen asli bermaterai agar dapat menuntutku kapan saja kalau sewaktu-waktu aku tidak menempati janjiku." Menyimpan kembali kertas-kertas berisi dokumen perusahaan untuk meraih map biru berisi perjanjian mereka. Taehyung membiarkan map itu tetap terbuka di atas meja. "Syaratnya hanya satu, jangan ada siapapun yang tahu, termasuk keluargamu. Jika tidak bersedia tidak masalah. Aku bisa mencari wanita lain tapi kau harus tetap membayar biaya ganti rugi kerusakan mobilku."
Sebanyak apa sih uang delapan puluh sembilan ribu dolar itu? Seberapa banyak waktu istirahat dipangkas, kaki dipacu, keringat diperas, jangankan menyentuh, bahkan seumur-umur Ahrin membawa kepala kemana-mana, ia belum pernah melihat uang sebanyak itu tepat di depan matanya.
Setiap orang membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Jujur saja, Ahrin amat tergiur dengan sejumlah nominal serta bonus yang dijabarkan Taehyung, apalagi lelaki itu bersedia membayar pengobatan ayah sampai sembuh total. Bohong kalau ia tidak tertarik. Bohong sekali kalau ia benar-benar menolak. Tak ada manusia yang tidak membutuhkan uang.
"Bonusnya, setelah melahirkan aku akan mengosongkan salah satu kursi manager dan meminta Kang Woonu menaikan jabatanmu. Bagaimana?"
Selain uang, ada apartemen pribadi, mobil juga kenaikan jabatan. Lumayan sekali, Ahrin tidak harus menyewa flat, pulang pegi berdesak-desakan di dalam bus dan poin pentingnya ia bisa menabung banyak uang untuk membangun kembali usaha ayam goreng ayah di Gwacheon. Kalau menerima tawaran ini, hidupnya jelas akan jauh lebih stabil. Tidak ada cicilan yang memberatkan. Tidak ada tanggungan yang membuatnya hampir mati berdiri menjadi budak perusahaan dan yang paling penting goals tentang rumah juga mobil telah tercapai.
Menggigit bibir bawah seraya menyeret langkah. Ahrin memainkan kedua ujung jarinya sementara netra terus mencuri-curi pandang pada sederet tulisan dalam kertas bermaterai yang disiapkan Taehyung di sana. "Aku akan memikirkan kembali asal kau memberi alasan paling masuk akal untuk permintaan konyolmu ini."
Ahrin jadi meyakini bahwa Taehyung sebetulnya bukan sejenis manusia, tetapi persilangan antara buaya ganas dan burung api neraka yang entah diteteskan di mana. Bagaimana tidak, setelah perdebatan panjang yang terjadi hingga nyaris menghabiskan waktu istirahat mereka, selepas bubar jam kerja kini mereka terdampar di sini, di dalam mobil Genesis GV80 hitam ditemani rintikan hujan yang menggempur atap kaca, seraya menatap lurus menuju rumah yang hampir sebesar lapangan sepak bola seperti dua orang pengintai yang hendak melakukan tindak pencurian berencana.
"Kau ingin rumah ini? Kau bisa menjadi pemiliknya, asal bisa menyeret wanita itu keluar dari sana."
Tatapan Ahrin lantas tertuju pada satu objek yang sedari tadi menyita atensi Taehyung sejak tiga puluh menit lalu. Seorang wanita dengan rambut tergelung di balut blouse putih selutut yang terlihat sedang mencetek beberapa bunga untuk di pajang dalam vas di balik jendela kaca terlihat begitu jelas dari luar. "Dia siapa?"
"Kim Nara, Istriku."
Jawaban tersebut cukup membuat Ahrin tersentak sampai tanpa sadar menggebrak dashboard dengan mata membola. "Kau gila? Yang benar saja?"
"Lebih baik aku berikan rumah itu untuk orang lain daripada kubiarkan dia tinggal di sana, bebas membawa selingkuhannya." Taehyung tersenyum getir seraya menatap wanita di sana lurus-lurus, menyiratkan sorot pedih dalam netra yang ia tahan sekuat tenaga. Sudah berapa lama ya Taehyung tidak pulang? Kurang lebih dua bulan Taehyung tidak lagi kembali ke sana setelah membawa seluruh barang-barang berharga dan memilih untuk hidup nomaden berpindah dari satu hotel ke hotel lainnya.
"Dia selingkuh?" Ahrin menatap Taehyung dan wanita di sana secara bergantian, hingga keningnya berkerut, berhenti pada wajah Taehyung melemparkan tatapan penuh menyelidik sarat tidak percaya. "Kalau kau bilang kau yang menyelingkuhinya, aku baru percaya."
Tatapan penuh ragu dari Ahrin membawa jemari Taehyung terulur meraih ponsel di dalam saku celana. Sekilas, Ahrin masih bisa melihat rautnya yang seakan tak berbohong saat mengatakan, "aku memasang cctv diam-diam sebelum pergi ke Busan dua bulan lalu." Jerit dan desah dari sebuah rekaman video yang diputar Taehyung dalam ponselnya mengisi celah sepi pada seluruh penjuru mobil. Membawa teror yang nyata, mengubah suasana menjadi lebih pekat di antara mereka. "Awalnya aku tidak percaya. Tapi ternyata benar yang orang-orangku katakan, dia sering membawa pria lain ke dalam rumah yang aku bangun untuknya selagi aku pergi bertugas ke luar kota."
"Kau..." Ahrin nyaris kehabisan kata-kata. Kerongkongannya tercekat kala menemukan gurat sedih bercampur tawa getir dari suara berat Taehyung mendominasi mereka. Taehyung terlihat agak... rapuh? Tidak. Tidak. Pasti ada yang salah. Seorang Gwan Taehyung tidak mungkin diselingkuhi istrinya. Yang benar saja. "Kau... disekingkuhi istrimu?"
Selintas, jika dipikirkan kembali, apa sih yang kurang dari orang ini? Kaya, iya. Tampan, iya. Apa ada hubungannya dengan Viagra yang waktu itu Ahrin temukan dalam saku celananya? Mungkinkah? Mungkinkah Taehyung ternyata impoten tidak bisa berdiri? Atau tidak tahan lama? Setidaknya hal tersebut sempat bergelora dalam kepala sebelum raut wajah seorang pria dalam video cctv terekam jelas menghiasi layar ponsel. "Oh, astaga." Ahrin menutup mulutnya yang terbuka secara reflek saat merasakan sensasi kejut mendadak menghantam dada. "Pantas saja kau diselingkuhi. Gila, selingkuhannya saja Lee Jongsuk, aktor ternama."
Taehyung sontak mendelik. Mencengkram erat ponsel hingga nyaris meremukkannya dalam satu tangkupan sebelum Ahrin mengelus pelan punggung tangan dengan urat-urat menyebul di sana sembari tersenyum canggung saat menyadari kebodohannya. "Maaf... maaf... tidak sengaja. Entah itu Lee Jongsuk, Song Jongki, Park Seojoon atau siapa, tetap saja kau pasti terluka." Gadis itu menaruh ponsel Taehyung di atas dashboard, menepuk-nepuk pundak seakan memberikan suntikan semangat sekaligus turut mengutarakan rasa empati saat berkata, "Ingin kujambak rambut istrimu lalu ku usir dari rumah sekarang juga?"[]
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGACY
FanfictionTiba pada hari sialan yang tak pernah Ahrin duga, tentang kecelakaan mobil mewah yang mengubah setengah dari hidupnya. Membawa takdirnya melenceng dari garis lurus, terlebih ketika ia tidak punya jaminan apapun untuk membayar semua kerusakan kendara...
Chapter 2 || The House
Mulai dari awal