"Iya, kamu udah ngasih banyak hal ke aku." Intan mengangguk. "Tapi mungkin nanti undang Dania ke sini. Aku mau ngasih tahu tentang kehamilanku," ujar Intan.

Sebastian tersenyum simpul dan mengangguk. Ia sebenarnya sedih, tetapi tidak ingin memperlihatkan raut itu di depan Intan. Jika itu memang kemauan Intan, ia akan mengabulkannya. Ia memang harus melakukan itu untuk menyudahi penderitaan Intan.

"Kamu kabari Dania, aku akan masak makan malam untuk kita." Intan tersenyum dan bangkit dari duduknya.

"Oke Bu Bos!" Sebastian menyahut disertai tawa setelahnya.

___

Intan menyiapkan makanan di meja makan untuk makan malam bersama Sebastian dan Dania. Setelah selesai, ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Sebastian tengah menjemput Dania ke rumah. Intan tinggal menunggu kedatangan mereka. Ia juga sudah menyiapkan hasil tes dari dokter terkait kehamilannya.

Intan duduk di kursi meja makan menanti Sebastian dan Dania. Entah kenapa perasaannya lebih tenang sekarang. Ia tahu jika semua akan berakhir, tetapi ia tidak sedih lagi. Ia sudah memantapkan diri dan memang sudah seharusnya seperti itu. Ia hamil, ia sudah selesai dengan Sebastian. Ia hanya perlu merawat janinnya, lalu setelah melahirkan, anak itu akan ia serahkan pada Dania.

Selama ini, Dania yang mengatur semuanya. Dania akan pura-pura hamil dan mengatakannya ke pihak keluarga. Intan hanya menurut saja mengikuti permainan Dania. Kali ini pun, dia juga akan begitu.

Intan mendengar suara pintu dibuka. Terdengar suara laki-laki dan perempuan berbincang. Ia tahu Sebastian dan Dania datang. Ia bangkit untuk menyambut mereka. Ia menghela napas dan meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.

Intan berbelok menuju ruang tengah. Di sana sudah ada Sebastian dan Dania yang berjalan ke arahnya. Intan tersenyum, Dania juga. Intan lalu memimpin mereka berjalan ke arah meja makan.

"Aku masak makanan kesukaanmu, Dan," ujar Intan pelan.

"Tumis cumi cabai hijau?" tebak Dania.

"Benar." Intan tersenyum dan mempersilakan Dania duduk.

"Astaga, ini kelihatannya enak banget." Dania menatap haru makanan yang tersaji di atas meja.

"Ya udah kalau gitu kita langsung makan aja," ujar Intan.

Intan menuangkan air mineral ke dalam masing-masing gelas. Sementara Dania mengambilkan makanan untuk Sebastian. Setelah itu mereka makan bersama. Mereka makan dengan tenang, minim obrolan. Intan memang akan memberitahukan kabar kehamilannya setelah selesai makan nanti.

Setelah selesai makan, Intan membereskan semuanya. Sementara Dania masih duduk di meja makan bersama Sebastian. Saat Intan kembali ke meja makan, Dania menyodorkan sebuah kotak kecil ke arah Intan. Intan mengernyit, seolah bertanya pada Dania.

"Hadiah kecil untukmu, kemarin kamu ulang tahun, 'kan? Maaf aku baru ngasih kadonya. Selamat ulang tahun, Intan." Dania tersenyum simpul pada Intan.

"Astaga, kamu repot-repot." Intan menerima kotak itu.

"Buka aja, In! Semoga kamu suka," ujar Dania.

"Oke, aku buka ya." Intan membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat sebuah jam berwarna perak yang sangat bagus. Intan tersenyum dan mengambil benda itu, memakainya. "Bagus banget, Dan. Makasih banyak ya," ujar Intan terharu.

"Sama-sama. Anggap aja itu kado dariku dan Sebastian," sahut Dania sembari menoleh pada Sebastian yang ada di sebelahnya.

"Makasih, Tian. Seharusnya kalian gak usah repot-repot," ucap Intan.

Kawin KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang