44. Kidding

1.1K 210 24
                                    

Jawa Tengah | 26, Februari 2022
By : GwenXylona

-Kidding-

Jika ditanya apakah Jaemin Biantara baik-baik saja, jawabannya adalah tidak. Bahkan pemuda itu tengah tak sadarkan diri saat ini. Pria berkemeja hitam berdiri di ambang pintu, menatap nanar si mahasiswa yang bukan siapa-siapa sebenarnya, namun mampu membuatnya panik lahir batin. Pemuda yang ia tahu betul namanya Jaemin Biantara itu datang padanya, memberikan tatapan maut seolah ia adalah manusia paling berdosa.

Akan tetapi, baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya, pemuda itu limbung, nyaris terjembab jika saja tak dirinya tangkap, badannya panas, dan ia tak tahu harus bagaimana, ia jahat memang, namun entah dorongan dari mana sampai-sampai memanggil dokter hanya untuk memastikan Jaemin baik-baik saja. Dan melupakan rencana awal untuk pergi ke pesta dan menyelesaikan aksi balas dendamnya.

Pukul dua dini hari, Jaemin menggilat, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya tersadar dan langsung terduduk, Dikra di sana sebenarnya lega, namun wajah datarnya tetap ia sematkan, pria itu juga mendial nomor seseorang dan berjalan mendekati anak yang belum ada satu menit sadar dari pingsannya.

"Irene? Putramu datang padaku." pria itu memberikan ponselnya pada Jaemin yang masih bingung, namun Jaemin menerimanya saat sadar jika nama sang Mama terucap oleh si pria.

"M-Mama?"

"Sayang? Sayang kamu di mana? Kamu baik-baik aja?"

"Aku baik-baik aja, Mama tenang-"

"Mama ke sana sekarang, kamu tenang, ya, Sayang. Bertahan sedikit lagi. Mama udah bisa lacak GPS motormu." sela Irene yang sejujurnya membuat Jaemin terkejut, sejak kapan motornya itu dipasangi GPS oleh Mama? Secara, itu motor baru yang baru dirinya beli beberapa bulan lalu.

Jaemin menggeleng, sungguh, ia baik-baik saja, dia memang nekat, bukan berarti hilang akal, terlebih ini pukul dua dini hari. Pemuda itu hendak menjawab tatkala pria bertubuh atletis, memiliki jenggot tipis, bermata elang, dan sedikit belo itu menatapnya tajam dan menyahut ponsel ditangannya, tersentak tentu saja, namun Jaemin sadar, ponsel itu bukan miliknya, bukan haknya untuk kembali merebut.

"Woah, beruntung sekali saya, rumah ini akan dikunjungi oleh selebritis sekelas Irene Paradista, haruskah saya menyiapkan sajian khusus?"

"Bajingan, jika putraku terluka barang se-centi, maka sisa hidupmu tidak ada bedanya dengan neraka!"

Jaemin menggeleng, suara ibunya terdengar begitu jelas, meskipun memberikan ancaman, Jaemin tahu Mama ketakutan, "Ma! Mama jangan ke sini, aku janji aku pulang secepatnya dalam keadaan utuh, Mama jangan ke sini-"

"Sayang dengar! Mama ke sana, buat jemput anak Mama, buat bawa anak Mama ke rumah, ingat itu, Mama akan jemput Nana. Tunggu di sana, jaga diri baik-baik sebelum Mama datang, apapun buat anak Mama, apapun."

Dikra Admadja terkekeh pelan, "Saya tunggu sayang dan uangnya, Sayang."

Pip pip

Jaemin merasa kepalanya akan pecah saat mendengar omongan manusia itu, dan ia tahu betul apa artinya, "Keparat! Lo boleh apa-apain gue, tapi jangan nyokap gue!!"

Pria itu kembali duduk di salah satu sofa, menatap si bungsu Biantara dengan tajam, "Saya ini hanya manusia biasa yang juga punya rasa suka, terlebih pada wanita ayu macam ibumu. Lagipula, kalau saya mau aoa-apain kamu, bukan seharusnya kamu masih di sini, mungkin sudah saya hanyutkan mayatmu di sungain"

Ingin sekali Jaemin meludahi rupa menjijikkan pria ini, sayangnya ia terlampau tahu adab, sehingga untuk melakukannya, ia mesti berpikir ribuan kali, agaknya ia masih bisa bersabar, menahan amarah yang kapan saja bisa membludak.

Linier [Babu Lee]Where stories live. Discover now